Setelah memendam impian mengunjungi Rammang- rammang, akhirnya kesampaian juga. Informasi tentang Rammang-rammang saya dapatkan dari teman beberapa tahun lalu. Saya menjadi tambah penasaran setelah melihat di you tube ternyata sudah terkenal bahkan oleh turis mancanegara. Tentu saja saya sebagai orang Makassar tersinggung berat, masa saya yang hanya berjarak 30 km tidak menyempatkan diri mengunjunginnya? setelah ada waktu, saya pun mengajak teman-teman di lentera negeri untuk jalan-jalan kesana. ada beberapa yang berminat, dan ternyata ada yang sudah pernah kesana juga. Mantaplah.. tak perlu pake nyasar.. he..he...
Dermaga 1 Rammang-rammang
Hari sabtu pagi nan cerah, kami berempat meninggalkan makassar arah ke maros poros pangkep, sampai di jalan masuk pabrik Semen Bosowa kita belok kanan. Hanya 5 menit sampailah kita di dermaga I Rammang-rammang. Ada warung tempat menyimpan motor, lalu turun di dermaga. Keindahan alam sudah tampak di depan mata. Meskipun ada diantara kami yang pernah kesini, namun ternyata aturan penyewaan perahu berubah-ubah. Ternyata setiap rombongan harus menyewa 1 perahu, terserah rombongan kecil atau besar harganya sama (Rp 250.ooo). Merasa ini tak adil, kami mencoba gabung dengan kelompok lain yang baru datang, tapi para penyewa perahu protes. Teman saya membisiki untuk ke dermaga 2. Kami pun cabut dari dermaga 1 menuju dermaga 2 di desa salenrang. Setelah tiba di dermaga dua, orangnya lebih welcome menjelaskan aturan penyewa perahu, sistem antrian dan harga sama antara perahu besar dan kecil. Meski merasa sistem itu kurang adil, apa boleh buatlah.. kita go saja, akhirnya bapaknya setuju dengan harga Rp 200.000. Tentu tak lupa mengambil foto diatas dermaga.
Menyusuri Sungai menuju Rammang-rammang
Waktunya menyusuri sungai kecil menuju Rammang-Rammang. sungai kecil yang sebelah kiri kanan pohon nipah, diselingi batu-batu karst. Nampak jelas gunung-gunung karst disisi kiri dan kanan. Gunung-gunung karst ini bersambung dengan karst yang ada di bantimurung yaitu Kawasan Bulusaraung, Karst ini warisan dunia, terbesar kedua di dunia setelah china. Sekitar 20 menit naik perahu menyusuri sungai sampailah kita ke Rammang-Rammang, sebuah perkampungan kecil yang dikelilingi oleh gunung karst, penghuninya hanya 14 rumah. Kebutuhan hidupnya terpenuhi dengan alam disekitarnya. Ada empang, sawah dan kebun sayur. Benar-benar kampung yang mandiri. Kampung ini mirip cluster elit yang dibatasi oleh gunung karst, jalan keluar dari cluster ini hanya lah jalur sungai, tembus ke maros atau ke balocci pangkep.
Menuju bukit
Menuju bukit
Warga Rammang-rammang sangat ramah, mereka belum komersil dan sangat bersahabat. Anak Mapala (pencinta Alam) sering menginap disini. Mereka justru mengeluhkan penyewaan perahu yang tidak terkoordinasi dengan baik. Kami mengunjungi beberapa titik di kampung ini. tempat yang paling indah yaitu diatas gunung batu lalu melihat kebawah... Benar -benar asli. Serasa tak ingin pulang. Tak terasa waktu sudah sore dan perahu sudah datang menjemput. Huh.. sungguh belum puas, harus kesana lagi dan menginap. Kembali kami menyusuri sungai kecil sampai ke dermaga. Akhir pekan yang mengesankan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H