Mohon tunggu...
Syahid Arsjad
Syahid Arsjad Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Diskusi

penikmat kehidupan penuh warna, suka membaca, diskusi dan menulis. follow di twitter : @syahid_arsjad

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Resensi Film Mestakung

22 Oktober 2011   16:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:37 3169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya memang menunggu diluncurkannya film ini karena telah membaca bukunya yang penuh motivasi. disini resensinya. Pada saat ada kesempatan, saya tidak berpikir dua kali untuk menontonnya. Film ini seperti juga bukunya bercerita tentang perjuangan siswa-siswa indonesia untuk merebut juara pada olimpiade fisika tingkat international. Di filmnya, alur cerita lebih kepada perjuangan salah satu siswa dari pulau madura. Arif, tokoh utama pada film ini adalah siswa SMP yang berasal dari keluarga tidak mampu. Ayahnya adalah sopir truk serabutan karena ladang garamnya tidak lagi berproduksi. Ibunya menjadi TKW disingapura dan sudah tiga tahun tidak mengirim kabar. Arif anak yang cerdas , ia sangat senang mempelajari fisika. Baginya, fisika bukan sekedar kumpulan teori dan rumus tetapi ilmu yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dengan memperhatikan arah angin, memprediksi berat sapi dan memperhatikan kondisi tanah tempat karapan dia bisa memprediksi pemenang karapan sapi.Keahliannya itu dipergunakan untuk mengumpulkan uang. Selain itu, untuk menambah peemasukannya dia juga bekerja di bengkel. Semua dilakukannya untuk mencari ibunya lewat seorang calo dengan syarat sejumlah uang. Pada suatu kesempatan, guru fisikanya yang sangat antusias untuk mengembangkan sains menawarkan Arif untuk mengikuti lomba fisika tingkat propinsi. Gurunya sangat yakin arif memiliki potensi dibidang fisika setelah praktek menusuk balon tanpa meledak yang diselesaikan oleh arif. Awalnya tawaran ini ditolak, dengan alasan menghilangkan waktunya untuk mencari duit. Setelah mempelajari formulirnya dirumah, Arif berubah pikiran ingin mengikuti kegiatan tersebut mengetahui hadiahnya yang lumayan besar. Mulailah ia dibekali buku- buku pelajaran yang banyak oleh gurunya, dan arif serius mempelajarinya siang malam, semua dilakukannya untuk ibunya tercinta. Malangnya, kepala sekolah tidak menyetujui untuk mengutusnya lomba karena alasan klasik, dana. Meskipun guru fisikanya sudah memperjuangkannya, kepala sekolah bergeming karena lebih tertarik untuk membiayai IT disekolahnya. Suatu ketika, teman-temannya bermain bola di sekolah dan bolanya tersangkut di pohon mangga yang banyak semutnya. Arif memiliki ide, berbekal pompa sepeda, botol akua dan air dibuatlah water roket untuk menembak bola tersebut. Peristiwa ini direkam dengan baik oleh guru fisikanya dan dikirim ke pengajar tim fisika olimpiade yang kebetulan temannya. Pengurus tim akhirnya tertarik untuk merekrut arif setelah melihat video tersebut, karena siswa binaannya selama ini hanya kuat diteori namun lemah di fisika praktis. Awalnya Arif menolak, namun karena tempat olimpiade fisika internasional kedepan di singapura, dia bersedia dengan harapan bisa mencari ibunya. Bergabung dengan tim fisika persiapan olimpiade internasional  bukan hal yang mudah. Arif  sangat kesulitan untuk mengikuti perekmbangan teman- temannya yang sudah lebih dulu bergabung. Setelah beberapa minggu pun, nilainya tidak bergerak, paling rendah di kelas. Dia cuma bisa dapat rata-rata 50 sementara teman- temannya diatas 85. Tim pengajar pun memberikan peringatan kepada arif, jika tidak sanggup beradaptasi maka dia akan dipulangkan.Sebelum dipulangkan, Arif mengambil inisiatif untuk melarikan diri dari camp untuk pulang. Saat itu, dia ketemu dengan penjual ketoprak kenalannya sesama orang madura. Penjual tersebut menasehatinya bahwa kesuksesan itu tidak diperoleh dengan mudah, semua butuh kerja keras. Dan untuk sukses, mengerjakan sesuatu harus dengan hati. Jika tidak, kita pasti akan mudah menyerah. Nasehat ini menjadi energi baru bagi Arif, dia balik ke camp dan mulailah belajar dengan serius, dan nilainya pun mulai bersaing dengan teman-temannya. Saat penentuan anggota tim, Hanya  8 Anggota yang akan dipilih dari 13 orang. Dan dari 8 orang tersebut nama Arif tidak termasuk. Dia sangat sedih, dia sudah mengerahkan semua kemampuannya namun itulah hasil maksimum yang bisa diperolehnya. Untungnya, tim sponsor menambah anggaran sehingga ada penambahan 1 anggota tim dan yang terpilih adalah Arif. Di singapura, Arif pun memanfaatkan kesempatan untuk mencari alamat ibunya, sayang ibunya sudah meninggalkan alamat tersebut beberapa hari yang lalu. Arif pun lesu karena tidak bertemu ibunya, namun dengan semangat teman- temannya maka ia pun siap untuk bertanding. Pada bidang fisika praktis, ia menyumbangkan emas setelah menyelesaikan persoalan gerak osilasi dari tali. Dia menyelesaikan masalah tersebut dengan membayangkan pecut yang dipakai pada karapan sapi. Tim indonesia akhirnya merebut Juara Umum. Pada akhir film, Arif kembali kemadura dan ibunya telah ada dirumah.. Sungguh banyak pelajaran yang bisa diperoleh dari film ini , sangat menggugah  semangat belajar dan kerja keras kita. Jika kita sungguh- sungguh untuk melakukan sesuatu, maka semesta pun akan mendukung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun