Perjalanan kami lanjutkan ke arah Tampak Siring sesuai informasi yang kami peroleh. Sekitar 10 menit kami berkendara melewati jalan yang sesekali berkelok membelah pegunungan yang indah, kami tak juga menemukan tanda-tanda tempat wisata gunung kawi. Kami memutuskan untuk singgah makan siang dan sholat dzuhur, sekaligus bertanya jangan - jangan terlewat. Ternyata di depan kami, tak jauh dari tempat singgah terpampang warung bakso muslim. kami pun bergegas kesana, mengisi perut yang hampir tak bisa lagi diajak kompromi. Setelah makan dan shalat, kami pun berangkat. Ternyata Gunung kawi belum terlewati, masih 1 km lagi di depan, syukurlah.Sesaat kemudian, papan penunjuk gunung kawi terlihat di sebelah kanan. Kami diarahkan oleh tukang parkir untuk parkir di depan art shop. Selanjutnya, kami menelusuri jalan sampai di pintu masuk dan membayar karcis masuk. Disana kami harus memakai ikat pinggang/selendang sebagai tanda memasuki tempat suci. Candi Gunung kawi ternyata ada di lembah , tak kurang dari 300 anak tangga harus di lewati menuju kesana.Tentu saja turun tak jadi masalah, cuma saya mulai berpikir bagaimana naiknya nanti ..he..he..i. sepanjang jalan diapit oleh persawahan yang cantik. Di beberapa tempat terdapat art shop, mungkin maksudnya sekalian istirahat sambil belanja. Dilembah, kami melewati pintu gerbang yang dipahat, sepertinya sudah bagian dari candi. Berjalan 50 m ke kiri dan terlihatlah karya nan indah di tebing setinggi 20 m. relief 5 candi yang diukir dengan megah pada dinding tebing yang kokoh. Di depannya terdapat tanah yang lapang seperti tempat upacara. Di sebelah kiri terdapat tebing yang di lubangi, cukup untuk berdiri. Di seberang sungai sekitar 100 m , berhadapan dengan candi tersebut terdapat candi yang sama pada dinding tebing. Disebelahnya terdapat kompleks tebing yang di lubangi, mungkin sebagai tempat bertapa. Sungguh mengagumkan. Gunung kawi secara etimologi berasal dari 2 kata, gunung dan kawi. Gunung berarti pegunungan sedangkan Kawi berarti pahat. Candi ini di perkirakan di bangun pada abad ke 11. Beberapa tulisan pada candi menggunakan huruf kadiri ( huruf jawa kuno). Di buat oleh Raja Udayana atau anaknya Raja Anak Wungsu. Raja Udayana berasal dari dinasti Warmadewa, memiliki dua putra yaitu Erlangga (Raja di Jawa Timur) dan Anak Wungsu (Raja Bali). Nama Udayana diabadikan sebagai nama Universitas dan Kodam di Bali. Candi gunung kawi pertama kali di temukan oleh pemerintah belanda pada tahun 1920an (Belanda aja peduli, masa pemerintah kita kadang acuh dengan situs bersejarah). Di buatkan akses seperti tangga dan jembatan pada era Sukarno di akhir tahun 1950 an. Menurut penduduk setempat, Sukarno tak pernah lupa mengunjungi situs ini jika berkunjung ke Istana Tampak Siring. Setelah puas mengambil gambar, perjuangan menaiki anak tangga pun di mulai. Untungnya pemandangan yang begitu indah,Disekeliling terlihat padi menguning di sawah yang berundak- undak. Rasa penat pun terobati. sesekali kami berfoto atau singgah di art shop melihat - lihat kerajinan tangan dari tempurung kelapa dan tulang yang tak kalah cantiknya. Sesampai diatas, kami beristirahat dan mengembalikan energi dengan kelapa muda segar, wuihhh. Setelah puas, kami pun meninggalkan kawasan ini dengan kesan yang mendalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H