Sewaktu melintasi desa ini, terlihat bahwa kehidupan ekonomi warga desa cukup lumayan. Tak jarang yang memiliki mobil pribadi meskipun jalan raya sepertinya tidak memungkinkan untuk mobil. Barang-barang elektronik pun sudah sangat akrab dengan warga, meskipun listrik menggunakan Genset sehingga hanya bisa sampai jam 10 malam dan signal sulit diperoleh. Â Menurut dg. Tata dulu pernah ada pembangkit mikro hidro namun tidak berfungsi lagi karena minimnya perawatan.
Secara ekonomi daerah ini sangat potensil untuk dikembangkan, jarak yang dekat dengan Makassar dan alam yang indah serta adanya air terjun merupakan potensi wisata yang bisa menjadi sumber pendapatan daerah. Hanya saja perlu investasi dari pemda maros untuk memperbaiki jalan raya yang ada serta promosi untuk menarik wisatawan ke daerah ini.
Pendidikan dan Kesehatan
Sulitnya transportasi menyebabkan sulitnya akses pendidikan dan kesehatan pada warga. Selain itu Fasilitas pendidikan pun terbatas.  Puskesmas hanya ada di ibukota kecamatan, sedangkan  sekolah dasar hanya satuyang terletak di dusun bahagia, sehingga anak-anak dari dusun-dusun lain harus berjalan berjam-jam untuk berangkat ke sekolah. Untuk dusun yang lebih jauh, banyak warga yang menitip anaknya di rumah warga di dusun bahagia meski anaknya masih kurang dari 10 tahun untuk memperoleh pendidikan SD.  Mereka pulang seminggu sekali ke rumah orang tua. Namun tentu saja hanya orang tua yang sadar akan pendidikan. Tentu masih banyak anak-anak yang tidak bersekolah karena kondisi dan rendahnya kesadaran orang tua.
Hasanuddin, guru SD di Bonto Marannu menjelaskan kepada kami terbatasnya fasilitas pendidikan. Namun tidak menyurutkan minat anak-anak untuk bersekolah, jumlah siswa sekitar 260 orang. Memang semestinya ada SD yang dibangun di dusun -dusun lain karena di sana juga jumlah warganya cukup banyak yang membutuhkan pendidikan. SMP sudah ada satu atap dengan SD yang di Bonto Parang, namun tenaga pendidiknya masih terbatas. Di SD sendiri hanya 1 guru berstatus PNS, guru-guru lainnya masih berstatus honorer.
Pelayanan kesehatan tentu masih sangat sulit diperoleh, warga hanya mengandalkan pengetahuan tradisional turun temurun untuk survive. Atau bakti sosial yang diadakan sesekali oleh mahasiswa dan pemerintah. Saya lupa menanyakan mengenai pendidikan agama bagi anak-anak disini, saya hanya melihat satu mesjid kecil yang tidak terurus. Pasti masih banyak anak-anak yang tidak bisa mengaji dan mendapat pelajaran agama yang memadai disini. Dan Daerah-daerah pegunungan seperti ini yang tidak mendapat perhatian dari pemerintah dan lembaga dakwah sangat rawan untuk pindah agama.
Mungkin ada baiknya pemerintah Maros berkunjung ke desa ini, melihat potensi ekonomi dan parawisata yang ada sekaligus memperhatikan kebutuhan warganya akan pendidikan dan kesehatan. Jarak yang dekat dengan Makassar dan alam yang indah adalah potensi parawisata yang dapat bermanfaat dengan warga dan pendapatan keuangan bagi kabupaten maros, namun tentu saja akses transportasi harus diperbaiki. Paling tidak bagi saya, bahwa masyarakat dan pemerintah seyogyanya memperhatikan akses pendidikan dan kesehatan bagi saudara-saudara kita disana yang membutuhkan.