Mohon tunggu...
Syaheed Abduh
Syaheed Abduh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

takwa di atas segalanya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Our Dilemma

29 Maret 2021   23:56 Diperbarui: 30 Maret 2021   00:48 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana menurut anda Ketika anda bertarung dengan seseorang yang telah mengetahui langkah yang akan anda ambil berikutnya?. Pasti Anda berpikir bahwa itu adalah pertarungan yang sama sekali tidak adil. Sejatinya setiap pengguna (user) sedang bertarung melawan sistem IA (Intelligent Artificial) yang tahu semuanya soal kita berdasarkan data yang terkumpul, mengantisipasi dan memprediksi setiap langkah kita berikutnya sedangkan kita tidak tahu apa-apa.

Ketika Anda menonton film Terminator yang menceritakan tentang kondisi dimana teknologi robot yang memiliki kesadaran sendiri atau Intelligent Artificial dan mampu mengalahkan kekuatan dan kecerdasan manusia, Anda mungkin berpikir bahwa itu kemungkinan akan terjadi. Walaupun sebenarnya itu Cuma cerita fiksi belaka. Namun sebelum itu tahukah Anda bahwa saat ini teknologi telah melampaui dan mengalahkan kelemahan manusia, yang dimana itu berakar pada kecanduan. Dan itu skatmat bagi kemanusiaan.

3 tujuan perusahaan teknologi :

  • Engagement, Menaikkan penggunaan, scrolling
  • Growth, Menambah teman dan memperluas jaringan
  • Revenue,  Pengiklanan untuk menghasilkan uang

Bagaimana memanfaatkan psikologi dan menjadikannya teknologi?

Teknologi persuasif adalah semacam teknologi yang didesain untuk bisa mengubah prilaku seseorang sehingga dapat mengendalikannya dan mengatur apa yang akan di lakukannya dan akhirnya menanamkan kebiasaan secara tidak sadar di dalam otak. Terutama media sosial.

Media sosial membuat kita menyesuaikan hidup kita mengikuti pandangan orang lain tentang kesempurnaan dengan imbalan jangka pendek berupa ikon hati, like, jempol dengan alih alih popularitas palsu yang hanya sesaat dan membuat kita candu (Chamath palihapitiya – facebook former VP of Growth)

Generasi Z, yang lahir tahun 1996 adalah generasi pertama dalam sejarah yang terjun di media sosial di sekolah menengah. Generasi ini cenderung lebih rapuh dan tertekan, dan kurang berani mengambil risiko (jonathan haidt, PhD – Social Psychologist – NYU stern School of business)

Media sosial membuat Generasi ini agar ketika merasa kesepian, tidak nyaman, atau takut, punya penenang digital sendiri (smartphone) yang menghentikan dan membunuh kemampuan kita untuk menghadapi rasa takut dan kesepian serta setiap masalah yang dihadapinya, sehingga membuat sifat, fisiologi dan otak manusia menjadi tak berevolusi sama sekali.

Teknologi mengancam eksistensial

Jadi ini adalah model bisnis yang mengambil keuntungan atau mendapatkan uang dengan membebaskan informasi manipulatif tersebar tanpa kontrol dan diterima siapa saja, sehingga menjadikan kita seakan2 kehilangan jati diri dan keyakinan kita yang akhirnya menimbulkan pertikaian dan kekacauan pada struktur masyarakat di seluruh dunia

Jika situasi ini terus berlangsung peradaban umat manusia mungkin akan hancur karena kebodohan yang disengaja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun