Mohon tunggu...
Syahdan Muhammad Kafi
Syahdan Muhammad Kafi Mohon Tunggu... Freelancer - Penyia di radio kampus, dan juga designer-designeran

anak kecil yang nyobain banyak jalan, kali aja ada.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"15 Million Merits", Menyibak Distopia Konsumerisme Digital dan Pergulatan Kemanusiaan

10 Januari 2024   23:37 Diperbarui: 10 Januari 2024   23:42 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"15 Million Merits," episode yang luar biasa dari Black Mirror, tampil sebagai karya seni futuristik yang menggugah, memberikan gambaran yang sangat memikat terhadap dunia yang tidak terlalu jauh dari kemungkinan masa depan kita. 

Dengan latar yang penuh dengan teknologi dan kecanggihan, episode ini tidak hanya menawarkan visual yang memukau, tetapi juga mengeksplorasi kritisisme mendalam terhadap peran teknologi dalam membentuk budaya konsumen. Pertama-tama, visualitas episode ini menciptakan dunia futuristik yang sulit untuk diabaikan. 

Keberanian pembuat film dalam mengeksplorasi desain set yang canggih dan sinematografi yang mengesankan memberikan lapisan emosional yang mendalam pada naratif. Kontras antara kehidupan sehari-hari para karakter dan kecerahan dunia virtual tempat mereka berpartisipasi menggambarkan distopia dengan cara yang memukau.

Kisahnya sendiri menyuguhkan cerita yang menggugah pikiran, mengajak penonton masuk ke dalam refleksi menyakitkan tentang budaya konsumen dan dampak teknologi terhadap manusia. Dalam dunia 15 juta poin, di mana nilai manusia diukur oleh seberapa banyak mereka berkontribusi dalam menciptakan energi melalui sepeda statis, penonton diberikan cermin yang memantulkan kecenderungan masyarakat modern yang terperangkap dalam siklus konsumsi.

Poin-poin tersebut, yang seolah menjadi bentuk mata uang sosial, mencerminkan pergeseran nilai dari kehidupan yang bermakna menuju pengabdian pada hiburan instan dan pemenuhan keinginan segera. Inilah yang membuat "15 Million Merits" menjadi pengamatan yang tajam dan relevan terhadap masyarakat yang semakin diombang-ambingkan oleh dorongan untuk memperoleh lebih banyak, tanpa benar-benar mempertimbangkan apa yang diorbankan dalam prosesnya.

Salah satu aspek yang paling menarik dari episode ini adalah kritiknya terhadap media sosial dan kehausan akan popularitas. Para karakter terlibat dalam persaingan tak berujung, memperebutkan perhatian dan apresiasi penonton virtual. 

Dengan sinisnya, "15 Million Merits" membuka jendela ke dunia di mana kita, sebagai individu, terkadang lebih memilih berada dalam sorotan dan mendapatkan pujian daripada mencari makna yang lebih mendalam dalam hidup.

Namun, titik puncak cerita terletak pada pilihan Bing, karakter utama, ketika diberi kesempatan untuk mengubah sistem yang menindas ini. Keputusannya untuk menggunakan kekuasaan yang baru ditemuinya untuk keuntungan pribadi membawa episode ini ke dimensi moralitas yang lebih dalam. Ini adalah momen yang mengejutkan, yang menuntun penonton untuk merenung tentang sejauh mana seseorang bersedia mengorbankan nilai-nilai dan integritas pribadi demi perubahan yang diinginkan.

Di samping visual yang memukau dan naratif yang kuat, akting para pemain juga merupakan poin yang mencolok. Penampilan gemilang Daniel Kaluuya sebagai Bing memberikan kehidupan pada karakter utama, menghadirkan konflik batin yang nyata dan membuat penonton merasakan pergulatan emosional yang kompleks. Keberhasilan penggambaran karakter ini membawa dimensi kemanusiaan yang lebih dalam pada cerita dan membuatnya semakin terasa dekat dengan penonton.

Dalam sudut pandang tema visual, "15 Million Merits" berhasil membangun atmosfer yang menciptakan dampak emosional. Pilihan warna yang cerah di dunia virtual dan kontrastnya dengan kehidupan abu-abu para karakter menciptakan kesan yang mendalam dan melibatkan penonton pada tingkat emosional yang lebih dalam. Ruang dan proporsi di dalam set menciptakan dunia yang futuristik namun autentik, menambah daya tarik dan daya serap penonton terhadap cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun