PLTD Senayan 101 MW Sebagai Black Start Unit MRT Jakarta
Jakarta -- Tragedi Blackout atau pemadaman massal yang melanda wilayah JABODETABEK, sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah pada Minggu (4/8/2019) membuat dampak yang sangat merugikan bagi semua pelanggan listrik seperti perusahaan-perusahaan khususnya PT. MRT Jakarta. Blackout disebabkan oleh gangguan penyaluran arus transmisi Unggaran dan Pemalang 500 KV. Sehingga transfer energi dari wilayah timur ke barat pulau Jawa membuat trip atau gangguan di seluruh pembangkit bagian barat Jawa.
Sebagaimana dikutip dari penyataan Direktur Pengadaan Strategis II, Djoko Raharjo Abumanan PT. PLN (Persero) mengalami kerugian mencapai Rp 90 miliar. Dengan perhitungan kehilangan daya pada hari itu sebanyak 9000 MW/jam dikalikan 10 jam dan Rp 1000 Kwh. Hal tersebut jelas membuat kerugian dari PLN sendiri dan belum lagi dari perusahaan-perusahaan pelanggan listrik lainnya. PT. PLN (Persero) melalui anak perusahaannya PT. Indonesia Power telah belajar dari tragedy blackout tersebut dengan 'mengebut' pembangunan PLTD Senayan 101 MW sebagai sebuah solusi kedepan.
PLTD merupakan pembangkit listrik bertenaga diesel yang menggunakan mesin diesel sebagai penggerak awalan generator untuk menghasilkan energi mekanik. Bahan bakar yang digunakan untuk pengoperasian mesin diantaranya ada high speed diesel (HSD), light fuel oil (LFO), dan natural gas. Di Indonesia saat ini tengah dikembangkan pada setiap PLTD untuk menggunakan dua bahan bakar (hybrid) yang memadukan bahan bakar gas dengan sumber daya energi terbaharukan seperti BBM dengan 100 persen minyak sawit (CPO).
PLTD Senayan memiliki kapasitas daya sebesar 101 MW dan kemudian akan diberikan supply sebesar 60 MW kepada pihak MRT Jakarta fase-I. PLTD digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam jumlah beban yang kecil, terutama untuk daerah terpencil dan memasok kebutuhan suatu perusahaan.
PLTD Senayan 101 MW yang berfungsi  sebagai Black Start Unit (BSU) atau sistem dengan sumber listrik tersendiri yang dapat memulai tanpa aliran daya dan mendapatkan listrik eksternal karena bisa memulai sistemnya sendiri. Karena itu PLTD Senayan dikhususkan menjadi penyokong daya untuk MRT Jakarta pada saat listrik padam dan overload (beban tinggi). Kemampuan BSU yang lain diantaranya adalah dapat menjalankan start sistem kembali hanya dengan waktu tujuh sampai sepuluh menit dan mengcover MRT Jakarta selama delapan hingga sepuluh jam.
Berdasarkan kebutuhan daya pada proses start-up, dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu Black Start Unit dan Non-Black Start Unit. Black Start Unit terdiri dari PLTA, PLTD, dan PLTG. Sedangkan Non-Black Start Unit ada PLTU sebagai unitnya. Hal tersebut disebabkan PLTU pada proses start memerlukan sumber listrik eksternal, tidak seperti Black Start Unit yang dapat melakukan start sistem dengan sumber listrik internalnya. Sehingga PLTD Senayan 101 MW diharapkan dapat beroperasi secara menyeluruh diawal tahun 2020 yang notabene sudah terulur dari waktu perencanaan awal pembangunannya dan dapat mengcover MRT Jakarta apabila terjadi blackout kembali.
Penulis: Dichi Syahbana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H