Kurikulum pada sebuah pesantren yaitu seperangkat rencana dan sebuah pengaturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar dan cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan di pesantren.
Disiapkan pada tahun 2022 dan dievaluasi secara bertahap sejak tahun 2021, luncur lah Kurikulum Merdeka. Yang bertujuan untuk mengembangkan minat belajar dan potensi siswa, serta keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan zaman. Kurikulum ini pertama kali diluncurkan pada tahun 2022 dan bersifat opsional. Artinya, sekolah dapat memilih untuk mengadopsi Kurikulum Merdeka atau tetap menggunakan Kurikulum 2013.
Proses dalam kegiatan pembelajaran yaitu proses yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa dalam sebuah situasi edukatif untuk mecapai tujuan bersama. Â Guru juga menyusun proses pembelajaran serta melakukan pengelompokan murid berdasarkan tingkat kemampuannya. Â Dalam proses kegiatan pembelajaran ada 3 tahap yaitu; kegiatan pra pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran dan kegiatan akhir pembelajaran.
Siswa yang berusia 15 tahun ke bawah berkompetensi minim dalam memahami bacaan atau menerapkan konsep matematika dasar. Untuk dapat mengatasi, kemendikbudristek melakukan penyederhanaan kurikulum dalam kondisi khusus (Kurikulum darurat) untuk mengatasi ketertinggalan pembelajaraan pada masa pademi. Â Efektivitas kurikulum dalam kondisi khusus semakin menguatkan pentingnya perubahan rancangan dan strategi implementasi kurikulum secara lebih komprehensif.
Kurikulum Merdeka juga tidak hanya terdapat pada sekolah umum, melainkan pada sekolah pesantren yang juga melakukan Kurikulum Merdeka. Medel pembelajaran pesantren dikenal dengan model bandongan, sorogan, dan masih banyak lagi. Dalam model "sorogan" ini untuk kalangan pesantren kitab, sorogan ini caranya yaitu murid menyetorkan hafalan yang sudah di hafalkan sebelum maju kepada guru pengampunya. Sedangkan "bandongan" untuk kalangan masyarakat pesantren dengan metode kitab, bandongan ini caranya yaitu dengan guru membacakan dan menjelaskan pegonan kitab kuning lalu murid mendengarkan dan menulis apa yang telah didengarnya menggunakan tulisan pegon.
Sorogan dan bandongan adalah pengelola pendidikan pesantren dalam hal penguatan strategi pembelajaran. Ditemukan metode ini entah sejak kapan dan tidak kenal siapa penemu metode ini untuk pertama kalinya. Model ini sudah mendarah daging di kalangan pesantren terutama pondok pesantren yang bermetode kitab.
Ada pun pesantren dimana santrinya sebelum maju sorogan mereka menghafalkan terlebih dahulu. Apabila saat maju mereka terdapat salah dalam menyebutkan arti kata, mereka diminta mundur kembali untuk mencari arti kata itu dalam kamus bahasa arab. Dengan proses itu membuat mereka tidak malas untuk mencari dan membaca. Mereka juga dilatih untuk belajar mandiri terlebih dahulu sebelum pembelajaran kelas pesantren dimulai. Dalam kelas pun mereka akan belajar cara mengartika dengan tulisan pegon lalu dibaca.
Lalu apakah pesantren kurang peduli dengan sains maupun teknologi? Apakah masih disebut tidak modern? Pesantren tidak modern jika tolak ukurnya adalah penghargaan terhadap sains dan teknologi. Namun, penghargaan terhadap dua sisi telah melahirkan banyak anomali diberbagai bidang, terutama pendidikan. Pesantren juga menerapkan salih (Sadar Lingkungan Hidup) artinya  mereka sadar akan lingkungan hidup disekitar mereka. Peduli apa yang ada didekatnya dan peka terhadap lingkungannya.
Pesantren tidak hanya belajar tentang kitab kuning, nahwu, tajwid, al-qur'an, dan juga nadhoman imtihan. Ada pesantren yang menyediakan madrasah gabung dengan satu yayasan pesantren. Mereka juga belajar ilmu lainnya di madrasah yang disediakan oleh pesantren tersebut. Para santri yang masih menempun pendidikan di jenjang MI, MTs, dan juga MA mereka juga belajar ilmu lainnya seperti pelajaran ipa, sejarah Indonesia, matematika, biologi, kimia, fisika, pkn, dan lainnya.
Jadi para santri yang mondok tidak hanya belajar pelajaran pesantren, namun juga belajar pelajaran umum. Ini artinya mereka bisa mengimbanginya. Santri juga tidak hanya fokus terhadap ilmu agama, ilmu umum namun, mereka juga menciptakan karya tulis yakni sastra. Para santri mengembangkan karya tulisnya melalu sastra seperti; teater, puisi, cerpen, naskah lakon dan banyak lainnya.
 Kurikulum pesantren dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu; Pendidikan Agama, pengalaman dan pendidikan moral, sekolah dan pendidikan umum serta, ketrampilan dan kursus. Selain Kurikulum Merdeka, pesantren juga memberlakukan kurikulum yang berbentuk ketrampilan dan kursus secara terencana dan terpogram melalui kegiatan ekstrakulikuler. Kursus yang popular di pesantren adalah baca kitab, al-qur'an, sastra, bahasa arab, komputer dan bahasa inggris.