Mohon tunggu...
Syafrul Bandi
Syafrul Bandi Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

satu langkah dulu.. bandisyafrul@yahoo.co.id syafrulbandi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sedia Payung Sebelum Hujan, Berjaga-jaga Sebelum Bencana Tiba

17 September 2016   15:11 Diperbarui: 17 September 2016   16:05 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangsa Indonesia pernah meraih prestasi tinggi, berkat penanganan bencana yang tergolong cepat, Indonesia menerima penghargaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai bangsa penanggulangan bencana yang terbaik di dunia. Kala itu tahun 2004 ketika bencana tsunami di Aceh terjadi, dan menjadi bencana besar untuk bangsa Indonesia, penanggulangan yang dilakukan bangsa Indonesia dinyatakan lebih baik, jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya yang pernah mengalami bencana besar.

Bangsa Indonesia telah berhasil melakukan gerak cepat membentuk manajemen risiko bencana. Namun begitu, bila melihat potensi bencana di Indonesia yang sangat besar, selain penanggulangan bencana, langkah melakukan pencegahan, antisipasi , kesiapan. kesigapan atas bencana tentunya akan lebih baik. Makna pribahasa sedia payung sebelum hujan berlaku disini, Harus selalu waspada sebelum segala sesuatu terjadi. Mengantisipasi masalah sebelum masalah tersebut itu terjadi. Sebaiknya berjaga-jaga sebelum datang suatu bencana atau bahaya.

Wilayah Indonesia sebagian besar memang rawan bencana, secara geologis letak Indonesia dilalui jalur dua pegunungan muda dunia yaitu pegunungan Mediterania disebelah barat dan pegunungan Sirkum Pasifik disebelah timur. Menyebabkan Indonesia memiliki banyak gunung merapi yang aktif yang rawan menimbulkan bencana. Dan bencana lain yang sering terjadi di Indonesia, banjir, kemarau panjang, tsunami, meletus gunung berapi, gempa bumi, dan longsor.

Terjadi bencana alam di Indonesia selain kerena oleh faktor alam, juga karena ulah tangan manusia.Terjadinya banjir dan longsor. ada faktor yang paling berperan yakni faktor antropogenik atau pengaruh ulah manusia.Makin rusaknya lingku­ngan seperti meluasnya la­han kritis, daerah aliran sungai kritis, kurangnya ruang terbuka hijau dan hu­tan, meluasnya permu­kiman di dataran banjir, pe­lang­garan tata ruang, buruk­nya penge­lolaan sampah, se­di­men­tasi, budidaya perta­nian di le­reng-lereng perbuk­itan atau pegunungan tanpa kaidah konservasi, dan lain­nya te­lah menyebabkan wila­yah makin rentan terhadap ban­jir dan longsor. Kebijakan ju­ga makin meningkatkan ke­rentanan bencana menyu­sul se­makin banyaknya pe­ner­bi­tan ijin usaha pertam­bangan di bagian hulu daerah aliran su­ngai.

Budaya Sadar Bencana

Siapkah kita ketika terjadi bencana ? dari bencana yang terjadi sebagian warga masih terlihat panik, warga belum sadar dan siap menghadapi bencana. Yang ada hanya sikap pasrah. Sikap pasrah karena minimnya pengetahuan menghadapi bencana.Kita bandingkan dengan negeri sakura, Jepang memiliki kesamaan dengan kita sebagai negara dengan wilayahnya rawan bencana alam, namun mereka telah melakukan pendidikan bencana sejak dini. Semua kehidupan selalu dikaitkan dengan bencana sehingga masyarakatnya siap siaga.

Agar waspada bahwa bahaya bencana mengintai berada dekat di sekitarnya, membuat orang Jepang belajar. Bangsa Jepang menciptakan budaya sadar bencana mulai dari rumah, sekolah, tingkat daerah, diberikan cara oleh pemerintahnya agar warganya aman dan selamat. Mulai dari memberi latihan hadapi bencana, evakuasi dan lain-lain.Sehingga menjadi kebiasaan, seperti mereka terbiasa langsung menyimak info tentang bencana, pada saat gempa bumi, langsung melihat televisi atau mendengar radio mencari tahu info pusat gempa dan besarnya skala gempa, dan kemungkinan gempa susulan.

Bagaimana di Indonesia ? secara umum masyarakat Indonesia masih belum siap menghadapi bencana. Berdasarkan 3 penelitian dan kajian Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB ) mengenai tingkat kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana ternyata hasilnya menunjukkan bahwa pengetahuan kebencanaan memang meningkat. Tetapi pengetahuan ini belum menjadi sikap, perilaku dan budaya yang mengkaitkan kehidupannya dengan mitigasi bencana. Dari Pilot Survei Pengetahuan (Knowledge), Sikap (Attitude) dan Perilaku (Practice) Tahun 2013, hasilnya tingkat pengetahuan tentang bencana sudah baik tetapi belum menjadi sikap dan perilaku.

Kesiagaan orang Indonesia menghadapi bencana sangatlah rendah seperti dikatakan Kepala Humas Data Informasi dan Humas BNPB, DR. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si.,APU, oleh karena itu sangatlah penting bagi bangsa ini untuk membudayakan sadar bencana. Salah satu caranya dengan pendidikan sadar bencana.Karena Pendidikan sadar bencana akan membentuk karakter dan pengetahuan bencana. Untuk menumbuhkan kesadaran melalui edukasi memerlukan wadah atau saluran, dalam hal ini bagi Badan Nasional Peanangulangan Bencana (BNPB) saluran media sangatlah penting,

1.Media mampu mempengaruhi keputusan politik, mengubah perilaku, dan menyelamatkan nyawa manusia (UNISDR, 2011).

2.Komunikasi merupakan inti untuk suksesdalam mitigasi, kesiapsiagaan, respon, dan rehabilitasi bencana (Haddow, 2009).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun