Mohon tunggu...
Syafrul Bandi
Syafrul Bandi Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

satu langkah dulu.. bandisyafrul@yahoo.co.id syafrulbandi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bangga Bicara Bahasa Daerah

20 Februari 2016   20:05 Diperbarui: 20 Februari 2016   20:42 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Descargar Songa Video descargarsonga.video

Masih kah anda sehari-hari berkata- kata dengan bahasa lokal atau daerah, disebut juga bahasa Ibu ? mungkin anda termasuk yang kuat mempertahan kan bahasa warisan leluhur. Atau mungkin sudah tidak biasa lagi mempergunakan  bahasa leluhurnya.

Seingat saya,  semasa kecil saya  di tahun 70 an dan saya tinggal di tatar Pasundan ( Sunda – Jawa Barat ) bahasa daerah masih sangat dominan. Keseharian saya bertutur dengan bahasa daerah. Bahasa Indonesia saya gunakan diwaktu tertentu di sekolah atau disaat keadaan bahasa Indonesia dipergunakan  sebagai bahasa persatuan , misal bertemu dengan saudara – saudara dari luar daerah.

Dulu candaan teman  kalau saya berbincang dengan bahasa Indonesia, dibilang “ gaya euy , urang sunda mah  , urang sunda we teu kudu Iin donesiaan”  Ya karena begitu dominan nya bahasa daerah, jika berbincang, ngobrol dengan bahasa Indonesia dibilang gaya. Sepertinya ketika itu Bahasa Indonesia masih terkesan eksklusif. Bahasa Indonesia masih dipandang bahasa pejabat, orang terpandang, orang kaya, orang berpendidikan.

Lain dulu lain sekarang, kini kebiasaan bertutur mempergunakan bahasa daerah dikatakan mulai berkurang. Ratusan bahasa daerah yang ada di Indonesia, kian terancam punah. Salah satu penyebab punahnya bahasa daerah karena jumlah penuturnya semakin sedikit. Biasanya, bahasa daerah hanya dikuasai oleh para orang tua.  Sedangkan anak dan cucu mereka banyak yang menggunakan bahasa Indonesia, bahkan bahasa asing.

Di Jawabarat bahasa Sunda juga tergolong bahasa yang terancam punah. Kepala UPTD Balai Pengembangan Bahasa Daerah Jawa Barat, Husen M Hasan mengatakan, sudah banyak warga atau para pemuda khususnya yang meninggalkan bahasa Sunda.Menurutnya, salah satu pengaruh yang terbesar adalah budaya asing yang masuk melalui media internet. Globalisasi tidak bisa dihindari. 

Seniman dan budayawan Jawa Barat, Us Tiarsa pernah mengatakan bahwa saat ini bahasa ibu sedang mengalami degradasi yang tantangannya semakin hari semakin kuat, sehingga banyak bahasa ibu yang akhirnya punah. Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawanpun  mengakui tanda-tanda kepunahan bahasa ibu di setiap daerah sudah mulai tampak. Untuk itu Jawa Barat memiliki Perda No 5/2003 sebagai langkah antisapasi dan upaya melindungi bahasa ibu di Jabar yang melingkupi bahasa Sunda, Cirebon, dan Melayu Betawi ( tribunjabar.co.id ). Di ibu kota Jawabarat sendiri,  Bandung,  salah satu cara untuk pelestarian bahasa daerah setiap Rabu, dicanangkan program Rebo Nyunda ( Rabu Sunda ). 

Tak ingin bahasa daerah punah, untuk mencapai harapan itu jangan menunggu lama lagi, dapat dimulai dari keluarga sendiri, kebiasaan orang tua saya sehari-hari dalam berkomunikasi masih mempergunakan bahasa sunda ( daerah ) secara tidak langsung menjadi guru yang baik,untuk saya tiru demi mempertahankan bahasa daerah. Kemudian lengkapi dengan  membaca buku – buku, majalah  dengan bahasa daerah, membaca cerita pendek , menulis  atau mendengar acara seni daerah di radio, atau menyaksikan tayangan acara daerah di televisi lokal.

Pengenalan dan pemakaian Bahasa daerah harus tetap dilakukan, sehingga pelestarian bahasa daerah ke generasi muda diharapkan bisa tercapai. Dan kita harus bangga dengan tetap bertutur dengan bahasa daerah, bangga sebagai pelestari bahasa daerah. Bahasa daerah bisa tetap hidup selama penuturnya masih ada

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun