Indahnya sebuah kota tak lepas dari kebersihan yang nampak pada kota itu. Kebersihan menjadi syarat utama dan mutlak. Oleh karena itu pemerintahpun ikut memacu memberi dorongan agar setiap kota tampil bersih dan memikat, digairahkan dengan “mengajak” untuk berlomba-lomba menjadi wilayah yang terbersih melalui anugerah Adipura.
Kota tempat tinggal saya Kota Cimahi salah satu kota yang meraih penghargaan Adipura, Cimahi sebagai kota peraih Adipura katagori kota sedang. Ditahun 2015 Adipura yang ke lima kalinya bagi Kota Cimahi. Kemudian kota tempat saya bekerja, Kota Bandung pun telah meraih penghargaan Adipura. Bandung meraih Adipura sebagai kota terbersih di Indonesia dengan katagori sebagai kota terbersih katagori Metropolitan . Bagi kota Bandung sebagai kota besar dan Ibukota Propinsi, ini merupakan penantian dan usaha yang cukup panjang , selama 17 tahun Bandung berupaya untuk mendapatkan kembali Adipura yang pernah diraih.
Sebagai warga kota yang meraih penghargaan prestise ( Adipura ) saya bangga , selain bangga sekaligus memiliki tanggung jawab sebagai warga untuk menjaga keberhasilan ini. Dengan adanya atau dengan meraih piala Adipura, harapannya melalui Adipura akan berdampak menjadi budaya warga. Boleh jadi ketika tidak mendapatkan Adipura , berarti warga kota tersebut masih belum optimal dalam kesadaran untuk kebersihan wilayah tempat tinggalnya.
Namun bukan berarti Kota peraih Adipura telah membentuk sepenuhnya budaya kesadaran masyarakat nya akan pentingnya kebersihan dikota. Menjadi catatan , seperti yang saya amati, ketika kesempatan waktu saya berjalan-jalan, terutama disaat menikmati akhir pekan, masih ada yang belum cukup perduli , membuang sampah sembarangan, tidak pada tempatnya, beberapa laporan dari wargapun saya ketahui melalui surat pembaca dikoran, siaran radio, medsos, masih ada yang tega membuang sampah ke sungai, lempar sampah dari kendaraan, bahkan dari kendaraan menurut saya mobil bagus, belum menjamin pemiliknya memiliki budaya sebagus kendaraannya untuk urusan sampah. Ya begitulah pengamatan saya, ditempat ruang terbuka publik, taman, sarana umum masih ada yang belum begitu perduli pada kebersihannya.
Jadi masih menyisakan pekerjaan rumah yang harus dituntaskan kedepan terkait kebiasaan buang sampah sembarangan tidak pada tempatnya. Bahkan istilah “ buang “ sampah pada tempatnya, diusulkan lebih baik diganti dengan “ simpan” sampah pada tempatnya. Kalau “buang” itu diartikan membuang kemana saja, lain halnya bila dengan kata “simpan “.
Bila kita sandingkan dengan beberapa negara lain yang sudah baik perilaku masyarakatnya tekait sampah ini, seperti dengan Singapura saja, kita masih tertinggal. Singapura Secara keseluruhan, merupakan salah satu kota terbersih di dunia, disana diterapkan hukum ketat melarang membuang sampah dan bahkan, ludah, sembarangan( kompas.com ). Di tanah air persoalan sampah masih menjadi perhatian besar, tentunya karena pemahaman kita semua mengenai sampah ini, masih tidak sama. Seperti kita masih menganggap bahwa sampah bukan menjadi tanggung jawab pribadi, karena masalah sampah ini sudah ada yang mengurus, jadi itu tanggung jawab mereka. Dan masih belum tegasnya aturan yang telah ditetapkan.
Hal yang sangat mendasar ini akan menjadi pekerjaan rumah besar , terutama bagi peraih Adipura yang memiliki tanggung jawab selanjutnya untuk mempertahankan Adipuranya. Dengan cara membangun terus kesadaran masyarakat nya ( sosialisasi dan edukasi ) untuk mampu bertanggung jawab terhadap sampah yang terdapat dilingkungannya.
Pepatah mengatakan “lebih mudah meraih daripada mempertahankan “, tinggal bagaimana untuk mempertahankan setelah berhasil meraih penghargaan/piala Adipura. Mengutip dari motivator Andrie Wongso yang disampaikan di www.andriewongso.com, bahwa “ bila kita melakukan suatu hal terus-menerus, maka kita akan mendapatkan hasil yang sama”. Pepatah ini mengandung dua makna positif, yang pertama bahwa apa bila hal tersebut adalah baik adanya, maka sebaiknya lakukanlah hal tersebut terus menerus ( konsisten ) agar kita selalu mendapatkan hasil yang sama. Kedua, agar kita sadar bahwa untuk mendapatkan hasil yang berbeda atau lebih , kita sebaiknya memikirkan untuk melakukan hal yang berbeda ( Inovasi ).
Jika budaya bersih sudah menjadi dasar utama dan dimiliki serta disadari semua, Adipura pun bukan menjadi sesuatu yang harus dikejar-kejar, tetapi akan datang dengan sendirinya. Adipura bukanlah tujuan utama karena yang terpenting adalah bagaimana mengubah perilaku masyarakat untuk cinta kepada lingkungan yang bersih dan sehat. Adipura hanyalah dampak dan itu bonus.
*) Sumber Gambar Utama: tribunnews.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H