Mohon tunggu...
syafruddin muhtamar
syafruddin muhtamar Mohon Tunggu... Dosen - Esai dan Puisi

Menulis dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menangisi Tradisi: Fenomena Bissu dalam Kebudayaan Dominan

8 Oktober 2022   09:03 Diperbarui: 10 Oktober 2022   15:06 1960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

* Disampaikan dalam Talk Show Budaya, Artfest 2022 Sangdipa

Kenyataan umum yang kita alami dan ketahui, bahwa dalam sejarah kehidupan manusia, terdapat dua arus kebudayaan besar, pertama Kebudayaan Tradisional dan kedua Kebudayaan Modern. Secara faktual maupun teoritis, Kebudayaan Tradisional lebih awal keberadaannya dalam dalam peradaban manusia, ketimbang Kebudayaan Modern, yang muncul menyusul kemudian.

Dari sisi pengertian, Kebudayaan Tradisional sering dipahamai sebagai sistem hidup manusia yang berbasis nilai-nilai moral dan etik yang bersumber pada prinsip-prinsip spritualisme dan/atau religiusitas tertentu. Sementara Kebudayaan Modern, umumnya dikenal sebagai sistem kehidupan manusia yang berbasis pada nilai-nilai ilmiah dan/atau rasionalisme.

Sumber-sumber nilai dalam Kebudayaan Tradisional adalah kitab-kitab suci atau manuskrip-manuskrip yang berisi prinsip-prinsip kehidupan yang bersifat ketuhanan/ilahiyah, atau kodifikasi prinsip-prinsip moral dan etik dalam adat-adat tertentu, yang umumnya (telah) dipengaruhui oleh prinsip-prinsip suci suatu agama.

Jejakfakta.com
Jejakfakta.com

Sementara sumber nilai utama Kebudayaan Modern adalah hasil pemikiran rasional dari ilmuan. Pemikiran rasional ini diperoleh melalui suatu studi atau penelitian terhadap problem-problem yang dihadapi manusia. Pemikiran rasional sebagai sumber nilai, umumnya berbentuk teori-teori ilmiah yang telah mapan dan diterima secara universal. Pemikiran rasional diperoleh dengan menggunakan metode penalaran logika atau akal manusia yang bersifat independen, termasuk tidak boleh dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual atau religiusitas.  

Dari sisi historitas, Kebudayaan Tradisional merupakan awal dari kebudayaan manusia. Jejaknya telah ada dalam penanggalan sebelum Masehi dan setelah Masehi (sampai sekarang). Misalnya dalam konteks sejarah kebudayaan nusantara, dalam literatur, kita mengenal Kebudayaan Tradisional, baik yang bercorak hinduisme/budhisme atau kebudayaan khas dari masyarakat adat tertentu yang dianut oleh masayarakat nusantara, diberbagai daerah. Sementara Kebudayaan Modern, keberadaanya di masa penanggalan Masehi. Bermula dari kehidupan bangsa Eropa abad pencerahan, sekitar abad 15 atau 16, hingga abad mutakhir sekarang ini.

Dari sisi paradigma (pandangan dasar), baik Kebudayaan Tradisional maupun Kebudayaan Modern, memiliki perbedaan. Perbedaan ini karena perbedaan sumber-sumber nilai dari masing-masing kebudayaan. Kebudayaan Tradisional memiliki pandangan dasar terhadap kehidupan, yang diletakkan diatas landasan atas keyakinan akan adanya Kekuatan Gaib atau supramanusiwai/suprarasional, yang mencipta, mengatur dan mengendalikan kehidupan manusia. Sehingga, Kebudayaan Tradisional secara umum, berkaitan langsung dengan keyakinan keagaamaan atau religiusitas, atau keyakinan manusia terhadap roh-roh, jiwa atau ketuhanan: segala sesuatu yang bersifat metafisika, yang dianggap memiliki kekuatan yang meliputi kehidupan manusia, alam atau benda-benda.

dok sangdipa
dok sangdipa

Sementara Kebudayaan Modern, memiliki paradigma yang diletakkan diatas rasioanalisme. Dalam realitasnya seringkali menentang pandangan tentang 'alam gaib', karena dianggap irrasional. Paradigma Kebudayaan Modern mendasarkan diri pada kebenaran material atau fisik, bukan metafisik. Alam fisikal atau alam empiris, atau apa yang dapat diinderawi, menjadi dasar kebenaran dari paradigma Kebudayaan Modern.

Secara umum dapat dikatakan, perbedaan mendasar dari dua bentuk kebudayaan manusia ini adalah: Kebudayaan Tradisional berpusat dan berorientasi pada teosentrisme (Tuhan/kegaiban/metafisika), dan Kebudayaan Modern berpusat dan berorientasi pada antrophosentrisme (Manusia/alam natural/fisik).

Fenomena Budaya 'Bissu' 

Bissu merupakan salah satu kebudayaan tertua dalam sejarah kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan. Dalam literatur, eksistensi budaya Bissu adalah pra-Islam. Kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan pra-Islam, dalam konteks kepercayaan, dapat diidentifikasi dalam beberapa budaya yang berbasis pada kepercayaan, seperti budaya Tolotang, budaya Patuntung dan budaya Attoriolong.

Kaum Bissu merupakan penganut/pelaksana Attoriolong, yang merupakan sistem kepercayaan masyarakat Bugis pra-Islam. Sebagai suatu sistem kepercayaan, Attoriolong memiliki pranata sendiri: pertama, kehidupan duniawi (atuwong ri lino). Mempercayai adanya Nyawa sebagai yang menghidupkan, sumange atau sunge yang membuat manusia dapat beraktifitas. Kedua, kehidupan akhirat (esso ri munri atau pammasareng). Percaya bahwa dunia ini terdiri dari dunia nyata dan dunia maya. Dalam dunia maya/gaib terdapat mahluk-mahluk yang memilki kekuatan tertentu. Kaum Bissu-lah yang mampu memasukinya dan menjadi perantara bagi manusia untuk membangun komunikasi dengan dunia gaib. Ketiga, sakit dan kematian. Sakit/kematian dipercaya sebagai akibat tingkahlaku manusia yang 'melanggar' dan membuat murkah penghuni di alam gaib, karena telah merasa terganggu. Keempat, dunia para dewa (dewatae). Percaya bahwa para dewa yang menentukan nasib semua yang bergerak. Ada dewa yang berada di langit, di bumi, dan di air. Penghormatan pada dewa, biasanya dilakukan dengan sesajen dalam upacara. Kelima, mahluk halus (tau tenrita). Selain mempercayai adanya dewa, juga percaya pada mahluk halus lain, yang bukan dewa. Keenam, leluhur (tau rioloe). Percaya pada roh leluhur yang abadi. Roh ini menitis pada pribadi tertentu dari satu generasi ke generasi lain. Ketuju, keramat dan sakti (makerrek). Percaya pada kekuatan gaib pada peristiwa alam atau individu. Kedelapan, jimat (ulawu na simak). Percaya pada benda-benda tertentu bisa memberi kesaktian atau manfaat/keberuntungan tertentu. Kesembilan, persembahan (massompa). Upacara ritual yang melibatkan orang banyak.

Dalam perjalanannya, kaum Bissu dalam praktik budayanya mengalami banyak tantangan. Di era masuknya Islam di jazirah Sulawesi Selatan, budaya Bissu berbenturan secara langsung dengan praktik ajaran Islam. Sehingga berdampak pada 'sinkretisisme' praktik budaya: kaum Bissu menjadi menganut ajaran islam, sekaligus pada saat yang sama, praktik budaya makbissu masih dilaksanakan.

Di era pemerintahan republik, eksistensi budaya Bissu makin perlahan meredup. Beriring makin masifnya kekuasaan politik modern, dengan kebijakan hukum, pelaksaaan praktik budayaa bissu makin terbatas. Berbeda ketika politik masih dalam sistem kerajaan, kaum bissu menempati salah satu posisi 'strategis' dalam kerajaan. Posisi ini yang memungkinkan budaya Bissu menjadi dominan dalam kehidupan masyarakat, dimasa lalu.

Dominasi Budaya Modern

Kebijakan pemerintahan republik, yang berorientasi pada pembangunan masyarakat dalam kerangka modernisme, dalam jangka panjang telah berdampak secara langsung pada kehidupan Tradisional, bukan hanya terhadap budaya Tradisonal wilayah Sulawesi Selatan, tetapi hampir pada semua elemen tradisonal di wilayah pemerintahan modern RI. Secara perlahan namun pasti, bidang-bidang kehidupan masyarakat dimodernisasi, melalui kebijakan negara.

dok sangdipa
dok sangdipa

Dengan makin dominannya Kebudayaan Modern dalam semua lapisan kehidupan masyarakat, tidak hanya secara nasional, tetapi juga secara global, menyebabkan seluruh kehidupan Tradional mengalami 'kemunduran'. Dominasi Kebudayaan Modern ini, menyebabkan sebagaian besar budaya tradisonal mengalami mengalihan 'posisi' di era modern ini: dari posisi sebagai 'pusat kebudayaan masyarakat' menjadi 'elemen sistem kebudayaan': dimasa lalu menjadi 'subyek' kebudayaan, dimasa sekarang menjadi 'obyek' kebudayaan.

Kegiatan industri sebagai bagian pokok Kebudayaan Modern, menarik budaya tradisional dalam pusaran industri pariwisata. Kebudayaan Tradisional dalam kerangka Kebudayaan Modern dipandang sebagai 'bahan jualan', untuk memajukan perekonomian masyarakat.

Sehingga nilai-nilai tradisonal, yang pada esensinya banyak mengandung kebaikan-kebaikan surgawi, menjadi kehilangan elanvitalnya dan tidak mengalami transmisi secara baik, untuk kontinuitas Kebudayaan Tradisional itu sendiri. Yang patut 'ditangisi' adalah mengendapnya nilai-nilai tradisonal dalam manuskrip dan dibenak minoritas pelakonnya, sehingga nilai-nilai moral dan etik yang besendi kesakralan spiritual/religious makin mengabur dalam kehidupan masyarakat.

Karena itu juga, dominasi Kebudayaan Modern yang sangat massif ini, menyebabkan kehidupan mayarakat manusia kehilangan nilai-nilai sakralitasnya. Kehidupan masyarakat manusia didominasi nilai-nilai profan dalam bentuknya sebagai materialisme.  

Meski demikian, kehidupan Tradisional dalam pengertiannya sebagai 'paradigma nilai-nilai sakral' nadinya akan tetap berdenyut, dan hidup, sebab nilai-nilai yang ada didalamnya bersifat fundamental, dan berkesesuaian dengan fitrah manusia, sebagai mahluk yang memiliki daya atau potensi ilahiya dalam dirinya.

Sangat mungkin, siklus sejarah akan berputar arah. Yang awalnya kehidupan bersifat Tradisional, kemudian berubah menjadi Modern, akan kembali lagi menjadi Tradisional dalam pengertian hakiki. Sebagaimana puisi seorang penyair sufi, Sana'i, menyebut: kebenaran yang datang awal ia akan tiba terakhir.

SM. Agustus 2022.

Daftar Bacaan

Syafruddin Muhtamar, 2007, Masa Depan Warisan Luhur Kebudayaan Sulewesi Selatan, Pustaka Refleksi, Makassar.

Sayyed Hossein Nasr, Pengetahuan dan Kesucian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Feby Triadi, 2020. Bissu; Kepercayaan, Perilaku, Dan Kewarganegaraan, Jurnal Pangadereng, Vol. 6 No. 1.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun