ULAMA GADUNGAN DAN NEGERI GADUNGAN
Â
Seorang ulama berkhotbah atas nama tuhan tetapi disuruh oleh negara, dan sebuah negara berdiri atas nama rakyat.
Seorang ulama berbusa mulutnya menyebut kebenaran dan tuhan, tetapi isi perutnya dari tangan pemerintah dan pemerintah bekerja atas nama rakyat.
Seorang ulama menghiasi setiap ruangan suci dengan kalimat-kalimat dari langit demi negara dan pemerintahannya, tetapi hati rakyatnya tetap saja gembel meski berpakaian necis, tetapi kalbu masyarakatnya tetap berdinding asap hitam tebal walau otaknya lincah mengotak-atik kehidupan, tetapi jiwa orang-orangnya berselimut lumut hitam batu pekat walau jemarinya cerdas memindahkan bidak catur sejarah.
Seorang ulama telah berbohong atas nama tuhan sebab hatinya terbuat dari emas sepuhan tangan pemerintah dan negara menghiasi hatinya dengan ukiran permata dan kehormatan yang berkilau.
Seorang ulama silau matanya akan gemerlapnya kemewahan dunia, karena itu ia menjual suara-suara suci dari mulutnya kepada kekuasaan negara yang selalu langgeng karena merawat penghianatan pada Tuhan seluruh alam.
Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H