KEPADA PARA PENGUNGSI PERANG TANAH TIMURÂ
Meronta karena ketidaksabaran mengunyah bara kepedihan hidup yang dihidangkan orang-orang gila negeri seberang, dibungkus seperti kado ulang tahun dan dikirim atas nama kemanusiaan, adalah nyanyianmu yang terdengar seperti dengung laba-laba kelaparan dalam tenda-tenda pengungsian.
Mata dunia menyaksikan derita terpajang disetiap layar-layar kaca yang berbohong. Kalian tidak kekurangan sedikitpun  perlengkapan dunia, hanya kekayaan itu teronggok rapi dalam gudang-gudang keserakahan yang terkunci. Kalian bukan korban perang, tetapi korban perampokan gerombolan robin hood. Mata sejarah hanya melihat penderitaan yang menempel dengan darah mengering di gurat wajahmu, tapi hatinya buta akan ronta jiwamu mendesis seperti gasing beliung pada gelombang udara kemanusiaan yang berdenyut disetiap tatapan.
Mengungsilah dari bungker-bungker perang berdinding dendam dan kebencian masuk ke bilik-bilik jiwa tersembunyi, di mana setiap relungnya adalah lorong-lorong nyanyian abadi dari petikan dawai-dawai gitar sang maha mengetahui. Rontamu akan bersemedi menjadi kesabaran pohon-pohon zaitun, tumbuh dengan akar keteguhan iman.
Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008. Judul Puisi telah diperbaharui. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI