PERGANTIAN MUSIM
Langit memanjakan wajahnya dengan warna-warna kelabu, sebab mendung mendatanginya di pagi hari mendahului matahari. Langit berkata pada mendung, "Kenapa engkau datang, sepanjang musim ini aku tidak pernah berduka di pagi hari". "Banyak pohon-pohon berduka sepanjang musim ini dan mereka menanti kedatanganmu, setiap helai nafas adalah kecemasan yang pasti", berkata mendung pada langit.
Segera langit mengirim kabar pada matahari, untuk menjumpainya setelah kelabu pipinya sirna bersama tawa riang pohon-pohon yang merana, selama percintaan langit dan matahari sepanjang musim ini. Hujanpun tumpah dari pori-pori awan dan menjadi pahlawan bagi kekasihnya pada musim yang baru tiba ini.
Segera Tuhan mengulum senyumnya, menyaksikan ciptaannya patuh mengikuti irama nafasNya yang berhembus disetiap urat nadi semesta.
Â
Putaran waktu bergerak ke titik hampa yang penuh labirin, tanda berarak menuju ke waktu tak bernama dalam kepastian nyata: itulah sejarah sebagai bahtera Nuh tempat manusia menumpang, berlayar ke pelabuhan Abadi.
Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI