AGRESI KE IRAK I
Agresi kaum jagal ke tanah-tanah subur dengan kehidupan merdeka adalah fakta masa lampau di lembah-lembah primitif, dipertontonkan ulang generasi yang patuh pada nenek moyang yang kanibal dan barbar, dengan defenisi baru disari dari kitab-kitab suci kaum modern yang menyebut diri beradab.
Zaman menggelar kejahatan masa lalu yang telanjang di depan mata dengan wajah bertopeng masa kini, sebab masa lalu dan masa kini kadang-kadang hanya digaris tengah dengan huruf-huruf yang buram.
Agresi kaum jagal ke tanah-tanah merdeka di irak adalah migrasi para kampret primitif dengan peralatan modern untuk menikmati anggur yang beraroma minyak di padang-padang sahara yang merintih.
Â
AGRESI KE IRAK II
Lolong anjing malam, panjang dan angker seperti meratapi nasib yang jatuh di pangkuannya. Para agresor telah tiba dengan wajah seram seperti hantu malam yang mengerikan.
Lolong anjing malam menyeruak hening, ketakutan seperti menyaksikan iblis malam yang keluar dari sarangnya. Para agresor tersenyum dengan kibasan kengerian yang mematikan.
Â
 PESAN UNTUK PARA AGRESOR
Kalau hatimu adalah mulut yang tak pernah tertutup, maka setiap jengkal tanah di bawah langit ingin kau masukkan dalam lambungmu.
Kalau mulutmu tak pernah usai mengunyah apa-apa yang ada di bawah matahari, maka hanya tanah segenggam tangan bayi yang akan menghentikanmu dalam kematian yang malang. Tidak ada kesedihan yang akan mengikuti pusaramu, sebab semesta telah menutup setiap pintu-pintu nadanya bagi keserakahan yang terpelanting ke jurang neraka.
Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H