Mohon tunggu...
Syafruddin dJalal
Syafruddin dJalal Mohon Tunggu... profesional -

bagi Kompasianer yang satu ini, hanya ada satu Indonesia yakni Indonesianya, Indonesia Anda dan Indonesia kita. Mengapa harus berbeda tegasnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dialog antara Sapi dan Pohon Kelapa

29 November 2009   07:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:09 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Assalamualaikum!” Demikian Pohon Kelapa menyapa seekor Sapi yang baru saja dikat pada tubuhnya  dalam pekarangan sebuah rumah Mendengar sapaan itu, sapipun menjawab. walaikumussalam” . Tak lama kemudian  keduanya pun terlibat dalam perbincangan yang begitu akrab tentang banyak hal mulai soal kesehatan hingga hal-hal yang bekenaan dengan Qurban. Mas Sapi..  tahun lalu koq, ada sapi yang ngamuk ketika hendak disembelih?” Kemudian Pohon Kelapa melanjutkan, “Anda kan sadar  bahwa kita, hewan dan tumbuhan telah ditakdirkan oleh Allah SWT sebagai bahan makanan bagi manusia. Sehingga buah saya ketika dipetik dan Anda ketika disembelih oleh manusia adalah dalam rangka memenuhi kesejatihan kita sebagai makanan manusia?”Sapi pun mengamini pernyataan Pohon Kelapa itu, seraya berkata :”mungkin sebangsa saya itu merasa bukan disembelih tapi dibantai heee” “lantas apa bedanya mas… kan kedua cara itu untuk menjadikan kita sebagai santapan?”Demikian Pohon Kelapa menyergap Sapi dengan pertanyaan bernada protes! Sambil menggelengkan kepalanya, Sapi pun menjelaskan, ”Jelas berbeda mas… karena sembelih memenuhi syarat qurban, antara kami harus berbadan sehat dan paling utama adalah niat tulus orang yang mengQurbankan kami. Kalau ada riya’ pamer maka pegurbanan kami pun tidak mendatangkan manfaat apapun bagi si orang itu. Dan saya setuju  dengan ulah kawan saya itu. Sebab saya pun tidak ingin mati sia-sia”Sejenak perbincangan mereka terhenti. Mungkin dikarenakan mereka merenugi hikmah di balik Idul Adha. Kemudian Sapipun meminta tanggapan Pohon Kelapa ,Bagaimana dengan sikap Anda sendiri atas pengurbanan yang tidak memenuhi syarat sepeti itu” Ya… saya pun sepakat dengan hal seperti itu, tapi saya tidak mempunyai kekuatan untuk ngamuk seperti Anda heee”. Kemudian kelapa terdiam sejenak karena buahnya tengah dipetik oleh Pak Usman, si pemilik rumah dan pemilik sapi yang akan di qurbankan itu. Setelah usai buahnya dipetik, Pohon Kelapa pun melanjutkan tanggapannya. meskipun tak mampu ngamuk seperti bangsa Anda, tapi saya bisa perintahkan kepada kelapa untuk mempercepat proses pembasian segala jenis makanan yang menggunakan kelapa terutama santan. Kalau saya tahu, jika makanan itu dibeli dari sumber yang tak halal. Seperti saya lakukan tahun lalu” heee heee” Keduanya pun tertawa lepas. “Bagaimana dengan Pak Usman? Anda kan sudah lama ditanam di sini. Jadi setidaknya sudah tahu tentang tabiatnya” Tanya Sapi kepada Pohon Kelapa. Beliau itu baru kali ini berqurban… yang saya dengar dari perbincangannya dengan ibu Usman. Beliau memang sejak masih berusia muda memang punya keinginan untuk turut menyembelih ente saat Idul Adha. Tapi baru sekarang punya uang” “Lantas dari mana uangnya berasal? Dia kan hanya karyawan swasta dan bukan pejabat. Rumahnya biasa saja. Mana punya dua anak yang masih sekolah lagi” Selidik sapi. “ heee… jangan curiga mas… Beliau menyisihkan setiap pendapatannya sejak dua Idul Adha yang lalu. Setelah tabungannya cukup, maka dua hari lalu ente di beli. Tidak hanya itu, sejak batang tubuhku mengeluarkan buah. Siapa pu  yang datang meminta buah kelapa kepadanya, beliau pasti ber!i”. Demikian penjelasan Pohon Kelapa Kepada Sapi. “ Jika benar seperti itu penjelasan Anda. Kematian saya tidak sia-sia. Jadi untuk apa ngamuk seperti yang dilakukan pendahulu saya tahun lalu itu” Penegasan sapi kepada Pohon Kelapa. Kini sang calon qurban tampak tenang. Dan seakan  tak sabar menanti untuk disembelih. Sesaat kemudian, kampung digegerkan oleh teriakan para penduduknya, awas ada sapi ngamuk!!!” Mendengar teriakan itu, Sapi Qurban milik pak Usaman dan Pohon kelapa tertawa,heee”

***

10 Dzulhijjah 1430 H Pada sebuah meja makan di rumah Ali,telah tersaji aneka makanan khas lebaran termasuk gulai sepi yang berasal dari Qurban milik Pak Usman. Dan makanan itu pun siap  di santap oleh seisi rumah  sepulang dari shalat id. Sambil makan mereka pun berbincang-bincang.. Pak.. Sebentar sore kita ke rumah Pak Usman ya?. Untuk silaturrahmi. Paling tidak kita mau ucapkan terima-kasi. Meskipun saya tahu, beliau tidak membutuhkan” pinta Ibu Ali kepada Sang Suami. “Ya… tapi mari kita doakan keluarga Pak Usman agar mereka diberi rezeki yang melimpah atas pengurbanannya ini”. Dan saya yakin, Allah SWT akan membalas dengan kebajikan setiap amalan baik hambNya. Termasuk berqurban! Demikian penegasab Pak Ali. Mendengar percakapan itu, Daging sapi berpesan pada kuah gulai, hai … Kuah sampekan kepada Pohonmu, bahwa penjelasannyat tentang Pak Usaman, benar adanya dan karena itu mari kita meminta keselamatan dan kebahagiaan kepada Allah SWT bagi hambaNya itu.” Santanpun  mengcapkan , “Amin!!!”

***

wassalam,

"SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA"

Syafruddin Djalal & Keluarga di Kota Palopo, Sulsel

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun