Mohon tunggu...
hikbal pane
hikbal pane Mohon Tunggu... Mahasiswa - menyukai bunga; ekspresi, mekar dan bebas.

Mahasiswa Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa dan Seni, Prodi Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menyatu Asa, Menguar Kisah, Modul Nusantara!

15 September 2022   09:31 Diperbarui: 15 September 2022   09:37 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Singkatnya, saat berkunjung ke masjid ini. Terbayang beberapa hal yang menjadikan Masjid ini menarik. Mulai dari ornamen, sampai pada pilar-pilar yang megah. Berbagai pertanyaan muncul soal artistik, dan semua terjawab sudah oleh Bapak penjaga Masjid.

Sang Pencerah adalah Segala Hal!

Berlanjut pada pelaksanaan sesi inspirasi, masih di hari yang sama. Beberapa mahasiswa diarahkan untuk kembali ke Gedung Viktor Universitas Pamulang, guna nonton bareng film. 

Film selalu mendapat porsi besar dalam daftar kegiatan saya, sebab itu sangat menyambut hal ini. Beberapa poin yang menonjol dan saya ingat; bahwa  ditampilkan film berjudul "Sang Pencerah" yang kemudian melahirkan refleksi banyak nilai-nilai sosial.

Kiai Ahmad Dahlan diperankan oleh Lukman Sardi, pelopor sembari pendiri organisasi Muhammadiyah. Berlandaskan asas beragama yang murni, sebab di lingkungan beliau tinggal masyarakat sering mencampur ibadah dalam beragama dengan memuja hal selain Allah. Beliau juga progresif dalam ijtihad, yaitu menerangkan kiblat sholat yang benar kearah mana. Dan hal-hal lain yang pada akhirnya menerima penolakan dan melahirkan perbedaan.

Mulai dari langgarnya yang dibongkar, sebab dianggap kafir. Bahkan pada penghinaan kepada diri beliau. Pada akhirnya, hal-hal tersebut menyiratkan banyak maksud. Termasuk, fanatisme agama, membenci sesama umat, dan yang lainnya. Kasus-kasus tersebut bisa menjadi awareness bagi mahasiswa/i yang menontonnya. 

Bahwa sesama manusia sudah seharusnya saling menghargai dan menghormati, apapun perbedaan yang ada. Hal itu sudah memang menjadi landasan dari kemanusiaan yang beradab. 

Di akhir sesi, kami diminta melakukan refleksi pada semua kegiatan yang berlangsung. Tentunya apa yang menjadi tontonan, apa yang dilakukan, apa yang dilihat, jika hal tersebut positif, tentunya sangat bisa di-impelementasikan dalam kehidupan nyata. 

Termasuk dalam menjalin relasi dengan banyak orang dengan latar belakang berbeda. Yap, bertukar sementara, bermakna selamanya!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun