Program pertukaran mahasiswa merdeka yang digagas Kemendikbudristek melahirkan banyak cerita. Setiap mahasiswa yang pergi ke Kota baru, berjumpa dengan teman-teman satu Indonesia, mempelajari budaya masing-masing, patut bersyukur sebab kesempatan ini adalah sekali dalam hidup.Â
Selain dapat berkuliah di kampus lain dan membangun relasi dengan masyarakat lokal, program pertukaran mahasiswa merdeka juga menyediakan satu mata kuliah khusus, yaitu modul nusantara. Mata kuliah yang kemudian menarik minat seluruh mahasiswa nusantara.
Modul nusantara memiliki beberapa sesi, yaitu kebhinekaan, inspirasi dan refleksi. Inti dari program pertukaran mahasiswa merdeka adalah modul nusantara ini. Dimana mahasiswa yang bertukar dapat melihat tempat ibadah, wisata dan tempat bersejarah di kota yang dituju.Â
Kemudian, pada sesi inspirasi mahasiswa diberikan pengalaman dan pengetahuan terkait keberagaman suku, budaya, agama dan ras. Bisa melalui kegiatan menonton film, ataupun mengikuti talkshow yang membahas terkait keberagaman dan toleransi di Indonesia.Â
Sesi terakhir, ialah refleksi. Penyampaian gagasan, setelah melalui banyak kegiatan modul nusantara. Mahasiswa diharapkan mendapat pemahaman lebih luas terkait keberagaman budaya dan afirmasi kebiasaan masing-masing.
Menjalar pada Budaya Lokal
Bertukar dari Universitas Negeri Medan ke Universitas Pamulang di Tangerang Selatan, juga termasuk hal yang patut disyukuri. Sebab diberi kesempatan untuk mengeksplor budaya disini, dan membangun relasi dengan teman-teman di Universitas Pamulang.Â
Seminggu berpijak di Tangerang Selatan, mengajarkan banyak hal, termasuk hal-hal tak terduga sekalipun. Kemacetan, logat bahasa masyarakat lokal yang berbeda, bahkan fasilitas kampus yang lebih progresif. Berbagai kesempatan terbuka disini.Â
Sabtu kemarin, telah berlangsung kickstart modul nusantara di Universitas Pamulang. Agendanya beragam, kebetulan kelompok saya memiliki destinasi ke Masjid Dian Al-Mahri, yang sering dikenal dengan sebutan Masjid Kubah Mas di Depok. Pembangunannya dimulai sejak 2001. Dian Al Mahri adalah seorang pengusaha asal Banten yang memiliki beberapa sektor bisnis, termasuk tambang minyak bumi di Brunei Darussalam.
Berdasarkan beberapa Q&A yang dilontarkan para mahasiswa kepada penjaga Masjid, diketahui bahwa proses pembangunan Masjid Kubah Emas memakan waktu 7 tahun. Pengerjaan pembangunan masjid ini mulai dilakukan sejak 2001 dan diresmikan pada 31 Desember 2006, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.Â
Penggunaan pertama Masjid Kubah Emas adalah untuk melaksanakan Salat Ied tahun 1427 Hijriah saat itu. Terkait luas dan kepasitas Masjid. Ternyata bangunan Masjid Kubah Emas didirikan di atas tanah berukuran 8.000 meter persegi dengan luas total lahan 50 hektare dan dapat menampung sekitar 20.000 jamaah. Halamannya saja, yang berukuran 45 x 57 meter, bisa memuat 8.000 orang.