Cindi Sistryarani, Host Kompasiana TV
Motto Kompasiana TV: "Esensi Bukan Sensasi"
Kompasiana TV adalah media interaktif yang mempertemukan warga kompasiana, nara sumber dalam tayangan yang mengulas dan mengupas topik tertentu. Kompasiana TV ini tayang dari hari Senin-Jumat Jam 20:00 WIB. Program Kompasiana TV ini di pandu oleh seorang presenter cantik, alias ‘host’, bernama Cindy Sistriyarani. Salam malam mbak Cindy! ^_^
Sebagai media warga, kompasiana tv tampil dengan program acara yang informatif, aktual dan humanis. Mengangkat isu-isu yang mungkin terlewatkan oleh media tv meanstream. Dengan pesona dan gaya yang lebih menekankan nilai esensi dibandingkan nilai sensasi sebuah peristiwa atau isu faktual.
Saya kali ini akan menyoroti, tanpa ada maksud hati ingin memploroti Kompasiana TV. Baiklah. Langsung saja.
Pertama, Membedah ‘Esensi Bukan Sensasi’ .
Saya melihat, dialog yang ditampilkan dalam program Kompasiana TV masih terkesan ‘dingin’. Dingin yang saya maksud, datar-datar air dan monoton. Para nara sumber memberikan argumentasinya, lalu ditanggapi dengan tanya jawab dari kompasianer lewat Hang Out. Mungkin yang bikin sedikit suasana agak hangat saat itu, tentu saja, senyum tipis nan menawan dari mbak Cindy Sistriyarani (presenter Kompasiana TV). Salam malam mbak Cindy! ^_^
Kembali kita fokus. Tadi hanya iklan sedikit. Saya pikir, apa nilai jual program acara Kompasiana TV ini bagi penonton (baik warga kompasiana maupun warga Indonesia)? Hiburan-nya kah? Talkshow-nya kah? Ataukah nilai informatif isu aktual dan beritanya (news)?
Illustrasi saya seperti ini, nilai jual sebuah acara program tv talkshow atau bincang-bincang biasanya terletak pada para bintang tamu atau nara sumbernya, yakni artis atau selebritis. Namun, Kompasiana TV melakukan hal yang berbeda. Dimana nara sumbernya, adalah orang-orang yang menginspirasi atau orang awam yang jauh dari sorot kamera. Memang ada juga beberapa dari, kalangan elite pejabat atau ‘orang besar’.
Sesuai dengan motto kompasiana tv: ‘esensi bukan sensasi’. Saya pikir, saya tak menemukan nilai hiburan yang mencolok seusai menonton program acara kompasiana tv. Ataupun liputan investigasi yang menohok, seperti halnya pada berita investigatif. Atau, motto ini memang berusaha menghindarikan diri dari nilai hiburan dengan mengusung esensi bukan sensasi. Sebab, sependek pengetahuan saya, yang terkait sensasi itu selalu mengandung dan mengundang nilai hiburan. Lalu apa dan bagaimana meletakkan posisi kompasiana tv dalam hal ini?
Dari sana, saya menilai, bahwa inilah titik fokus pengelolaan kompasiana tv ke depannya. Bagaimana program kompasiana tv disukai dan lebih banyak merambah pemirsa di rumah. Menyulap kemasan program kompasiana tv menjadi menarik dan berisi.
Para kompasianers menjadi pelopor atau ujung tombak dalam mencetuskan ide atau topik apa yang akan diangkat pada sesi selanjutnya. Saya lihat ini sudah diterapkan di kompasiana, dimana item-item topik yang diangkat sudah dijejerkan di halaman depan kolom index kompasina tv di blog Kompasiana.
Saya membaca, pada umumnya para kompasianer merindukan agar kompasiana menampilkan bincang-bincang yang humanis dan bernilai pendidikan. Ini sudah jelas. Apalagi sebagian masyarakat dan saya sendiri sudah bosan dan jenuh disuguhkan dengan tayangan-tayangan yang berbau politik melulu. Kerinduan ini semakin tergerus dengan kemonotonan, cuaca dingin dan kurang bergairahnya pergerakan program kompasiana tv.
Intinya, yang ingin saya katakan adalah, bagaimana kalo kompasiana tv selain menampilkan bincang-bincang juga menampilkan video atau tayangan-tayangan dari isu aktual atau topik yang diangkat, mungkin lima atau 10 menit tiap setengah jam dalam waktu tayangnya. Video atau tayangan ini bisa dikelola oleh manajemen kompasiana tv sendiri atau kiriman dari warga kompasiana.
Kedua, Transformasi dari Media Tulisan Ke Media Gambar
Esensi dari sebuah tayangan tivi ada pada gambar, bukan tulisan. Dari argumentasi ini, saya melihat ada transformasi yang cukup revolusioner di program kompasiana tv. Transformasi ini merupakan wujud penjelmaan dari media tulisan (kompasiana) menuju media gambar (kompas tv). Saya sudah singgung sedikit di atas. Bahwa ide-ide dan gagasan topik yang akan ditayangkan di kompasiana tv berasal dari blog kompasiana yang esensinya adalah tulisan.
Sependek pengetahuan saya, tulisan tidak sama dengan gambar. Tapi, kompasiana tv mencoba menarik nilai esensial dari tulisan itu untuk diangkat dan ditampilkan dalam tayangan media gambar. Apalagi pergerakan kompasiana tv, lahir dari perpaduan unik kompasiana dan kompas tv.
Media warga dengan konten tulisan dikawinkan dengan media tv yang menitik beratkan pada gambar. Ini yang saya katakan sebagai hal revolusioner. Bagaimana mentransformasikan tulisan menjadi media gambar yang sedap dan gurih untuk ditonton?
Sampai di pertanyaan itu, saya tidak tau. Dan mungkin bisa didiskusikan lagi lebih lanjut.
Ketiga, Pertukaran informasi dan Opini.
Kompasiana tv dikelola secara unik. Media warga pertama yang menampilkan opini-opini dari para pemirsanya yang juga warga kompasiana. Sesi tanya jawab lewat Hang Out yang menghubungkan langsung antara warga kompasiana, nara sumber dan presenter tv, mbak Cindy Sistryarani. Sekali lagi, salam malam mbak Cindy! ^_^
Apa nilai esensial dari informasi dan opini ini dalam bungkus program yang menarik. Contoh, beberapa waktu lalu, kompasiana tv mengangkat topik tentang Go-Jek. Setelah ditampilkan di kompasiana tv, terjadi perbincangan yang cukup alot, antara pengguna Go-Jek, Pengendara Go-Jek dan Dinas perhubungan serta Organda terkait fenomena Go-Jek.
Pengguna dan Pengendara Go-Jek, berpendapat kehadiran Go-Jek memberi efek positif di masyarakat. Pelayanan dan keamanannya lebih nyaman, praktis dan terjamin. Di sisi lain, Dinas Perhubungan dan Organda, berpandangan berbeda, soal legalitas dan perizinan angkutan kendaraan roda dua. Go-Jek dinilai bisa menjadi bom waktu yang dapat saja meledak apabila dibiarkan terus berkembang bak jamur di musim hujan. Ini bisa mengganggu format transportasi massal yang sudah ada. Belum lagi gesekan-gesekan yang terjadi di lapangan anatar pengendara Go-Jek dengan Ojek Konvensional (Ojek Pangkalan).
Saya pikir, ini jelas. Go-Jek hadir sebagai penambal lubang yang ada pada sistem angkutan massal kita. Kalo seandainya pemerintah serius mengelola angkutan massal, saya pikir kehadiran Go-Jek tidak diperlukan lagi. Pertanyaannya, sejauhmana intensitas opini (kompasiana tv) ini bisa masuk dalam tata kelola angkutan massal kita?
Tulisan ini adalah opini pribadi saya sebagai warga kampung kompasiana dan penonton program kompasiana tv.
Salam Hangat,
sumber gambar: www.kompas.tv
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H