Mohon tunggu...
Syafriansyah Viola
Syafriansyah Viola Mohon Tunggu... Pegawai Negeri Sipil -

suka baca fiksi dan sekali-sekali....menulis!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[FR] Kisah Sedekah dan Malam Lailatul Qadar

15 Juli 2015   09:28 Diperbarui: 15 Juli 2015   09:28 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini seperti negeri dongeng saja, batinku. Kini aku tiba di pertigaan jalan, ku jumpai orang-orang hilir-mudik. Mereka mengenakan jubah besar serupa kaum sufi, berwarna putih panjang. Tubuh mereka tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek. Kulit mereka berwarna putih kemerah-merahan seperti kulit bayi yang baru lahir. Mereka berlalu seolah tak memperhatikan keberadaan ku.

Kaum laki-laki dan perempuannya, semua berusia muda dengan rambut putih terang hingga sepunggung. Beberapa orang mengendarai kuda, ada juga yang berjalan kaki. Seingatku, mereka mirip sekali dengan kaum elf yang ada di film Lord of The Ring. Tubuh dan wajah mereka senantiasa bercahaya, dimana tak satu pun aku mengenali wajah mereka. Orang-orang ini seolah terlahir dari cahaya, pikir ku.

Ada keteduhan dan kesejukan yang entah datang dari mana, bila aku memandang wajah mereka.

Aku pun termenung beberapa saat. Tiba-tiba, seorang kakek tua berjanggut putih menepuk pundak ku, “Ada apa, Nak? Kau tersesat. Mari, ikutlah bersama ku!” Aku kaget dan tersadar. Kakek ini wajahnya mirip sekali dengan pengemis tua yang datang magrib tadi. Ku buang perasaanku, dan ku amati lekat-lekat wajah kakek tua ini.

Kakek tua itu pun melanjutkan perjalanan dan aku mengikuti langkah kakinya. Kami mengelilingi kota ini sambil menikmati keindahannya. Di dalam perjalanan, terjadilah percakapan di antara kami berdua.

“Aku berada dimana, wahai kakek tua?” tanya ku.

“Engkau berada di surga, anak ku!” ujar kakek.

Aku terkejut, tapi ku simpan dalam hati.

“Siapa orang-orang ini, kek?” aku bertanya lagi.

“Nak, warga yang tinggal di kota ini adalah orang-orang yang senantiasa suka bersedekah. Mereka membersihkan hartanya dengan menyisihkan sebagian untuk memberi makan kaum yang kelaparan. Mereka bersedakah, ada yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi.” terang si kakek tua itu.

“Kenapa penduduk kota ini sedikit sekali, kek?” Aku makin penasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun