sumber foto lihat disini
kupanggul sebongkah kata yang diselimuti lumut
ku sumbat dingin yang terbuang di mozaik kehidupan
selalu jatuh, sesaat kemudian wajahku di tetesi embun
yang datang dari kabut masa lampau
sejenak kurenung
tak jua sua, tapi yang ku tahu
disini, di kaki langit
aku pun terus mengayun langkah
sembari bercakap, pada lampu-lampu redup dan tiang-tiang karatan
memanggilku suatu saat, lalu menerbangkanku ke suatu masa
di mana pengharapan itu dicicil satu persatu, lalu pecah
pecah sepecah-pecahnya
sedering senja, dalam liukan kunang-kunang yang mencoba mengusir gelap.
ranting bernyanyi direlung sunyi
lalu menuntunku dalam dialog ilalang
dan perlahan-lahan mengejaku pada sebilah rasa,
agar kembali menapak imajinasi,
"ragamu mungkin kuat, tapi jiwamu pasti rapuh, wahai hati seekor ulat...” imbuhku
puing ingatan itu ku tata kembali,
di sini, sehasta kerinduan tak terjamah,
tak akan ada lagi yang jatuh,
hanya angan-angan berlabuh di tanah tandus
(Syafriansah Viola, Kuala Tungkal, 12 Mei 2014)