Hari Jum'at adalah hari istimewa, khusus bagi umat muslim. Letak istimewanya ditandai dengan adanya kewajiban untuk shalat secara berjamaah bagi laki-laki dewasa dan pada pelaksanaan shalat tersebut ada khutbah yang dibacakan. Sederhana saja, dengan kewajiban shalat berjamaah, ada kesempatan pada individu-individu plaksananya untuk berinteraksi dengan sesama. Walau temponya sebentar, disana bisa terjadi komunikasi berharga. Kalau dilakukan dengan "ikhlas" bukan mustahil komunikasi jumatan bisa menciptakan suasana kedekatan, kesefahaman, atau bahkan bisa terjadi kesepakatan-kesepakan. Dengan dibalut suasana relijius, tentunya komunikasi yang terjalin adalah komunikasi yang juga rligius. Kalaupun terjadi kesepahaman dan kesepakatan, lebih memungkinkan itu adalah kesepahaman dan kesepakatan yang positif.
Pada saat bersamaan ada khutbah yang dibacakan. Intinya adalah nasihat-nasihat penggugah jiwa, untuk menjadi bahan renungan dan bahkan evaluasi diri. Durasi khutbah yang singkat, mungkin antara 10-15 menit, cukup untuk memberi enerji batin bagi yang mau menyimak dengan sungguh-sungguh. Karena itu, senantiasa diingatkan agar jangan sampai tidak menyimak materi khutbah. Para bilal, senantiasa mengutip sabda rasulullah untuk serius menyimak materi khutbah. "Iza kulta lishohibika anshit, wal imamu yaktubu faqod laghout", "Apa bila imam sedang membacakan khutbahnya, dan kamu berkata pada temanmu, maka shalat jumatmu akan sia-sia".
Nah agar jumatan kita kali ini menjadi lebih bemakna, yuk kita ambil kesempatan ini dengan menjadikannya sebagai media untuk menjalin komunikasi dengan sesama dan juga untuk menjadikan materi khutbah sebagai bahan renungan dan evaluasi diri. Selamat Hari Jumat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H