Mohon tunggu...
Syafitri Rahmania Ulfah
Syafitri Rahmania Ulfah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa psikologi UIN MALANG angkatan 2012 berasal dari kab.malang-kec.ngantang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dispraksia

17 April 2015   03:43 Diperbarui: 4 April 2017   17:55 2905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

MAKALAH

GANGGUAN PERKEMBANGAN MOTORIK DAN PRESESPSI (DISPRAKSIA)

Makalah ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kesulitan Belajar

Dosen Pembimbing : Dr. Hj. Rifa Hidayah, M.Si, Psi

Oleh:

1.Mamluatul Hasanah12410139

2.Fauzul Mutmainah12410142

3.Syafitri Rahmania Ulfah12410149

Kelas : Y

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANAMALIK IBRAHIM MALANG

Februari, 2015

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh siswa untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Sehingga melibatkan banyak factor-faktor yang memprngaruhi baik internal maupun eksternal. Faktor internal merupakan factor yang menpengaruhi dari dalam diri siswa, meliputi : motivasi, pemenuhan gizi, serta kondisi fisik serta kondisi mental. Peran kognitif sangatlah penting dalam melancarkan proses belajar serta menghasilkan hasil belajar yang efektif. Siswa membutuhkan proses berpikir yang sangat kompleks seperti menginterpretasi, persepsi serta evaluasi dalam proses pembelajaran. Selain itu, kesehatan fisik juga penting dalam proses pembelajaran. Adanya disfungsi fisik akan menghambat proses belajar dan kefektifan hasil belajar.

Faktanya, dalam proses perkembangan anak dijumpai beberapa bentuk kesulitan belajar yang terjadi kepada siswa. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menyebabakan siswa mengalami hambatan dalam proses belajarnya.Gangguan motorik adalah gangguan pada integrasi auditori-motor (clumsy) yang ditandai dengan gangguan motorik kasar maupun motorik halus. Contoh lain dari kesulitan belajar yang bisa dijumpai adalah gangguan persepsi. Gangguan persepsi merupakan gangguan dalam menginterpretasi dan mengasumsikan informasi yang diterima dalam proses pembelajaran. Sehingga, peran aktivis pendidikan serta orang tua seharusnya bisa mendeteksi sejak dini tentang adanya kesulitan belajar dan jenis kesulitan belajar yang dialami para siswa. Sehingga, guru serta orang tua dapat bersinergi dalam berperan mengatasi permasalahan kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik. Metode dan strategi yang diambil seharusnya tepat dengan tujuan dan permasalahan yang dihadapi. Sehingga, hambatan proses belajar bisa teratasi dan hasil belajar bisa diraih secara optimal.

B.RUMUSAN MASALAH

1.Apa yang dimaksud dengan gangguan Perkembangan Motorik?

2.Apa yang dimaksud dengan gangguan Perkembangan Perseptual?

3.Bagaimana cara mengatasi gangguan Perkembangan Motorik dan Perseptual?

C.TUJUAN

1.Mengetahui tentang gangguan Perkembangan Motorik.

2.Mengetahui tentang gangguan Perkembangan Perseptual.

3.Mengetahui cara mengatasi gangguan Perkembangan Motorik dan Perseptual.

BAB II

PEMBAHASAN

A.Gangguan Perkembangan Motorik.

Gangguan perkembangan motoric sering diperlihatkan dalam bentuk adanya gerakan melimpah (over movement) (ketika anak ingin menggerakkan tangan kanan, tangan kiri ikut bergerak secara sengaja), kurang koordinasi dalam akyivitas motorik, kesulitan dalam koordinasi motoric halus(fine-motor), kekurangan dalam penghayatan tubuh (body-image), kekurangan pemahaman dalam hubungan keruangan atau arah, dan bingung lateralitas (confused literary) (Lemer, 1981 : 189). Berbagai gejala gangguan perkembangan motoric tersebut sering dengan mudah dapat dikenali pada saat anak berolahraga, jatuh dari kursi, pensil atau bukunga jatuh, dan memperlihatkan kecanggungan (clumsy).

Gangguan perkembangan motoric dapat juga menyebabkan kesulitan belajar. Meskipun demikian, tidak semua anak berkesulitan belajar nemperlihatkan adanya gangguan perkembangan motoric. Jika seorang gurur mengetahui secara pasti adanya anak berkesulitan belajar memperlihatkan belajar akademik yang disertai dengan adanya gangguan perkembangan motoric, hendaknya tidak hanya memberikan latihan motoric tetapi juga latihan dalam bidang akademik secara bersamaan.

Menurut Piaget seperti oleh Lerner (1981;189) belajar sensori motor pada masa dini merupakan bangunan dasar bagi perkembangan perseptuan dan kognitif yang lebih kompleks. Sensorimotor adalah gabungan antara masukan sensasi (input of sensation) dengan keluaran aktivitis motoric (outpu of motor activity). Menurut Myers (1986:1400), sensasi (sensation) adalah proses yang dirasakan dan dialaminya energy rangsangan tertentu oleh indra kita. Adanya sensasi tersebut menunjukkan adanya suatu proses yang terjadi di dalam sistem syaraf pusat. Manusia memiliki enam indra sebagai saluran penerima data kasar dari lingkungannya, yaitu penglihatan (visual), pendengaran (auditory), perubahan (tactile), kinestetik (khesthetic), penciuman (alfactory), dan pengecap (gustatory).

Menurrut Lerner (1981;189), beberapa penulis menyebutkan sensori motor dengan perseptual-motor, Perseptual-motor merupakan interaksi dari berbagai macam saluran persepsi dengan aktivitas motoric. Menurut Myers (1986;140), persepsi adalah organisasi dan interpretasi informasi sensori, yang memungkinkan kita menyadari berbagai obyek dan peristiwa proses pengorganisasian data kasar yang dicapai melalui berbagai indra dan interpretasi makna mereka, sedangkan informasi perseptual adalah perbaikan dari informasi sensoris.

Dalam proses belajar motorik, beberapa saluran sensai atau presepsi terintregasi satu sama lain dan terkait dengan aktiivta motoric, yang pada gilirannya menyediakan informai balikan untuk mengoreksi persepsi. Dengan demikian, anak misalnya, dapat merasakan lantai yang miring, memiliki kesadaran tubuh untuk mengubah posisi dan keseimbangan, dan melihat lantai dan kaitannya dengan obyek-obyek yang lain berubah posisi.

Ada tiga teori tentang perkembangan motoric yang diadakan dibahas pada bab ini yaitu

1.Teori pendidikan jasmani adaptif dan belajar motoric Cratty

2.Teori perseptual-motor Kephart

3.Teori sensori mengamsusikan bahwa

a.Manusia belajar mulai dengan belajar motoric

b.Ada urutan tahapan-tahapan perkembangan motoric yang dialami,

c.Banyak bidang akademik dan kinerja kognitif yang berakar pada keberhasilan pengalaman motoric.

a.Teori Pendidikan Jasmani Adaptif : Cratty

Cratty adalah seorang ahli pendidikan jasmani. Ia menekankan pentingnya permainan gerak dalam membantun anak yang memiliki masalah belajar. Ia pecaya bahwa aktivitas gerakan dapat memberikan suatu pengalaman sensoris yang dapat meningkatkan prestasi belajar anak secara umum di kelas.

Cratty memberikan beberapa contoh tentang pendidikan jasmani dapat dikaitkan dengan belajar di kelas. Sebagai contoh, perhatian anak dapat diperpanjang melalui berbagai permainan dan aktivitas jasmani dengan harapan meningkatkan perhatian anak terhadap pelajaran akademik. Belajar huruf-huruf dapat disajikan dalam bentuk aktifitas fisik dengan cara membuat hurut-hurut besar dari kayu yang diletakkan di lantai. Dengan mengajak anak-anak berjalan melewati huruf-huruf besar, tersebut, mereka akan mengenal bentuk berbagai huruf, menurut Cratty, berbagai aktivitas yang melibatkan seluruh tubuh, dapat menjadi sarana bagi anak hiperaktif untuk berlatih memusatkan perhatian. Menuru Cratty, kemampuan memainkan suatu jenis permainan dapat meningkatkan konsep diri, seperti bersepeda, memainkan suatu jenis permainan, dan menari, menandai aktivitas-aktivitas semacam itu mungkin akan menimbulkan serangkaian kegagalan dalam belajar akademik.

Progam pendidikan jasmani adaptif adalah progam pendidikan jasmani yang telah dimodifikasi untuk mempertemukan kebutuhan-kebutuhan anak yang menyandang ketunaa. Tujuannya adalah untuk membantu yang menyandang ketunaan mengambil manfaat kenikmatan aktivitas rekreasi seperti yang diperoleh anak-anak lain yang sangat bermanfaat bagi perkembangan jasmani, emosi, dan sosial yang sehat. Dalam beberapa kasus anak-anak berkesulitan belajar jasmani adaptif memungkinkan anak-anak berkesulitan belajar ikut berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan jasmani seperti yang dilakukan oleh anak-anak lain pada umumnya.

b.Teori perseptual-motor Kephart

Teori perseptual motor yang berkaitan dengan kesulitan belajar disetuskan oleh N. Kephart pada tahun 1967 dalam makalahnya yang berjudul perceptual-motor aspects of learning disabilities (Lerner, 1988:276). Teori yang didasarkan atas konsep-konsep psikologi perkembangan ini mengemukakan bahwa perkembangan perseptual-motor yang normal menentukan suatu konsepdunia yang kukuh dan dapat diandalkan, suatudunia perseptual-motor yang stabil. Dalam teori perseptual-motor Kephart, urutan perkembangan motoric yang nirmal diperbadingkan dengan perkembangan motoric anak berkesulitan belajar. Anak pada umumnya telah mampu mengembangkan suatu dunia perseptual-motor yang cukup mantap pada saat mereka mulai berhadapan dengan tugas-tugas akademik, yaitu pada usia sekita enam tahun. Bagi banyak anak berkesulitan belajar, mereka belum memiliki dunia perseptual-motor yang mantap dan dapat diandalkan. Anak kesulitan belajar sering menemui masalah ketika dihadapkan pada tugas-tugas simbolik karena mereka memiliki suatu orientasi yang tidak memadai, yaitu oleh Kephart disebut realitas dasar tentang kemestaan yang mengelilingi mereka (the basic realities of the universe thet surround them), terutana tentang dimensi-dimensi keruangan dan waktu. Untuk menghadapi tugas-tugas simbolik , seorang anak harus memiliki kemampuan untuk melakukan observasi yang tepat tentang ruang dan waktu, dan kaitan mereka dengan berbagai objek atau peristiwa.

Teori perseptual motor menyebutkan bahwa anak yang belum memiki pengalaman yang diperlukan untuk menginternalisasikan suatu skema dunia yang komprehensif dan konsisten. Mereka belum dapat menorganisasikan sistem pemrosesan informasi, dan secara motorikm perseptual maupun kognitif, mereka mengalami disentegrasi. Ada tiga konsep yang perlu dipahami dalam teori perseptual-motor khepart, yaitu

1.Perkembangan pola motoric (development of motor patterns)

2.Generalisasi motor (motor generalization)

3.Penyesuaian perseptual-motor (perceptual-motor match)

Ketiga konsep tersebut secara berturut-turut dapat dijelaskan seperti berikut ini.

Perkembangan Pola Motorik. Yang pertama kali dipelakari oleh seorang indiviu adalah belajar motoric yaitu respons otot dan gerak. Melalui perilaku motoric anak berhubungan dengan dan belajar tentang dunia. Menurut Kephart, kesulitan belajar mungkin berawal dari tahap ini karena respons motoric anak tidak berkembang ke dalam pola-pola motoric. Perbedaan antara keterampikan motor (motor skill) dengan pola motoric (motor pattern) merupakan suatu elemen penting dari kerangka pemikiran Kephart.

Keterampilan Motorik adalah kegiatan motoric yang mungkin memiliki derajat ketingian yang tinggi, tetapi tujuannya adalah untuk menampilkan suatu perbuatan khas atau menyelesaikan suatu tujuan tertentu. Pola motoric mungkin memiliki derajat ketelitian yang lebih rendah tetapi memiliki variabilitas yang tinggi. Kegunaan pola motoric lebih luas, tidak hanya untuk penampilan, tetapi juga menyediakan umpan balik dan informasi yang lebih banyak kepada individu. Sebagai contoh, melemparkan bola ke sasaran tertentu adalah suatu keterampilan motoric, tetapi kemampuan menggunakan keterampikan tersebut sebagai bagian dari permainan boal basket adalah suatu pola motoric.

Jika anak dipaksa untuk menampilakn suatu kegiatan motoric yang belum saatnya berkembang, anak tersebut mmungkin dapat melakukan, tetapi akan terjadi oleh Kephart disebut keterampilan terpecah (splinter skill). Keterampilan terpecah bukan merupakan suatu bagian integral dari perkembangan yang berurutan secara teratur. Kephart memberikan contoh keterampilan terpecah tersebit dengan seorang anak yang dipaksa belajar menulis meskipun ia belum memiliki kesiapan fisiologis untuk melakukan pekerjaan tersebut. Anak dapat memeroleh suatu keterampilan terpecah yang memungkinkan ia dapat menulis namanya sendiri dengan menghafalkan urutan gerakan-gerakan jari halus(fine finger movement) yang tidak terkait dengan pergelangan tangan atau bagian tubuh yang lain. Contoh lain adalah tentang anak yang menari dengan keteramplan terpecah, yang gerakan kaki atau tangannya tampak tidak terkait dengan bagian-bagian tubunnya yang lain.

Generalisasi Motorik. Ada empat generalisasi motoric yang menurut Kephart sangat penting bagi keberhasilan anak di sekolah, yaitu

1.Keseimbangan danmenjaga sikap tubuh (balance and manintenance of posture)

2.Hubungan dan pelepasan (contact release)

3.Lokomosi (locomotion)

4.Menerima dan melepaskan (receipt and propulsion)

Menurut Kephart, anak belajar tentang struktur ruang melalui empat generalisasi tersebut.

Keseimbangan dan menjaga sikap tubuh. Generalisasi motoric jenis ini melibatkan aktivitas-aktivitas yang menyebabkan anak menyadari dan menjaga suatu hubungan dengan kekuatan dan gaya berat. Gaya Berat (gravity) merupakan suatu kekuatan dasar dan titik awal anak melakukan eksplorasi ruang. Gaya berat tersebut sangat penting bagi anak karena memungkinkan ia menjadi sadar terhadap dorongan sehingga dapat memanipulasi tubuhnya sesuai dengan gaya berat tersebut. Anak-anak akan selalu beraksi terhadap kekuatan-kekuatan gravitasional dalam hampir semua situasi. Pada saat bayi pertama kali mengangkat kepalanya, ia akan melawan tarikan gravitasional : begitu pula pada saat anak berdiri pada posisi tegak, pada saat meliwati balok keseimbangan, atau pada saat berjalan tandem.

Hubungan dan pelepasan. Melalui generalisasi motoric jenis ini, anak memperoleh informasi tentang segala sesuatu dengan memanipulasi segala sesuatu tersebut. Aktivitas-aktivitas seperti menjangkau, menggenggam dan melepaskan benda-benda, memungkinkan anak-anak menemukanberbagai objek melalui saluran sensori penglihatan, pengecap, pendengaran perabaan dan penciuman. Melalui aktivitas senseris motor yang luas smacam itu abak akabmengamati sifat dan ciri berbagai objek, dan akhirnya mengembangkan keterampilan persepsi bentuk, hubungan bentuk dengan latar belakang, dan sebagainya. Sebagai contoh melalui memegang sebuah kubus memasukkan ke dalam mulut, dan akhirnya menjatuhkan kubus tersebut, anak akan memakai konsep-konseo seperti kertas, sudut, merah (warna kubus )dan lain sebagainya.

Lokomoasi. Generalisasi jenis ini memungkinkan anak mengamati hubungan antarberbagai objek dalam ruang. Pola motoric seperti merangkak, berjalan, berlari dan melompat memungkinkan anak bergerak melalui berbagai ruang untuk menemukan sifat ruang sekitar dan hubungannya dengan berbagai objekk. Dengan demikian anak bergerak untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya sekitar.

Menerima dan melepaskan. Tiga jenis generalisasi yang pertama adala tetap berbagai objek tetap berasa dalam suatu tempat dalam ruang. Generalisasi motoric menerima dan melepaskan adalah dinamis. Anakbelajar tentang gerakan berbagai objek dalam ruang melalui aktivitas motoric seperti menangkap, mendorong, menarik dan melempar. Menurut Kephart, anak pada mulana egosentrik melihat diri mereka sebagai pusat dari segala sesuatu. Semua arah diinterpretasikan menuju dan berasal dari diri mereka. Bola yang menggelinding mendekati dan kemudian menjauhi mereka, menimbulkan pemahaman tentang konsep garis tengah atau pusat. Konsep tentang garis tengah memainkan suatu peranan penting dalam rangka pemikiran Kephart tentang lateralitas dan arah. Ia membantah bahwa anak harus belajar menghadapi tiga bidang garis tengah dalam tubuh mereka yaitu.

1.Lateral, kiri-kanan garis tengah

2.Depan dan belakang garis tengah

3.Vertical, atas-bawah garis tengah

Menerima (receipt) menunjuk pada aktivitas tentang anak melakukan observasi terhadap berbagai objek yang menuju diri mereka, dan melepaskan(propolsion) menunjuk pada aktivitas tentang anak melakukan observasi terhadap berbagai objek yang meninggalkan diri mereka. Dengan menggabungkan berbagai gerakan dan observasi tersebut, anak akan menemukan gerakan lateral pada diri mereka, atas-bawah, belakang-depan, dan kanan-kiri.

Penyesuaian Perseptual-Motorik. Sambil memperoleh informasi melalui generalisasi motoric, anak juga mulai menerima informasi perseptual. Pada saat anak tidak dapat menemukan seluruh objek dengan cara motoric, mereka mulai belajar menemukan objek tersebu secara perseptual. Data perseptual hanya menjadi bermakna jika data tersebut dikaitkan dengan informasi motoric yang telah ada dalam diri anak. Proses membandingkan dan mengumpulkan dua macam data masukan tersebut Kephart dinamai penyesuaian perseptual-motor.

Dunia perseptual sering memperlihatkan seolah-olah menyimpang dari wujud yang sesungguhnya. Sebagai contoh, suatu benda berbentuk lingkaran jika dilihat dari sudut tertentu dapat tampak seperti elips atau seperti garis lurus. Suatu bentuk empat segi panjang jika dilihat dari penyesuaian perseptual-motor, persepsi menyimpang disesuaikan dengan informasi yang telah disimpan melalui generalisasi motoric sehingga dengan demikian dapat diperoleh persepsi yang sesuai.

Jika penyesuaian perseptual-motor tidak dapat dilaksanakan denga baik, maka anak akan hidup dalam dunia yang bertentangan, yaitu dunia perseptual dan dunia motoric. Anak demikian tidak dapat mempercayai informasi yang diterima karena kedua jenis informasi tersebut tidak memasang atau tidak sesuai dan tidak dapat disatukan. Dunia bagia anak semacam itu tentu saja tidak menyenangkan,tidak konsisten, sehingga mereka tidak percaya tempat dan tidak mempercayai yang ada dalam realitas. Kondisi semacam ini dapat menyebabkan perilaku anak menjadi aneh atau ganjil. Anak yang terus-menerus merba berbagai objek, mungkin karena mereka tidak percaya terhadap apa yang dilihat.

c.Teori sensori-Integrasi : Ayres

Ayres menyajikan teori belajar motoric berdasarkan perspektif terapi akupasional yang disebut teori-integrasinpada tahun 1978. Teori ini menggunakan prinsip-prinsip komples fisiologis otak dan rsep-resep tetapi fisil khusus serta berbagai latihan yang dirancang untuk memodifikasi fungsi otak para pasien yang menderita kelumpuhan. Ayres telah mengaplikasikan teori dan prosedur perlakuan tersebut bagia anak berkesulitan belajar.

Belajar merupakan fungsi kompleks taraf tinggi dari sistem saraf pusat. Otak manusia yang telah tersusun miliaran tahun, dapat beradaptasi dan telah berkembangn untuk merespon terhadap kebutuhan kognitif kompleks manusia. Kemmapuan otak untuk berfungsi secara efektif tergantung pada struktur saraf yang lebih rendah. Jika otak anak dipandang sebagai memiliki kualitas lentur atau adaptabilitas, maka hipotesis adanya keterkaitan antara aktivitas gerak dengan kesulitan belajar seperti yang dikemukakan oleh Ayres adalah masuk akal.

Ayres mengemukakan bahwa fungsi otak anak berkesulitan belajar dapat dimodifikasi melalui terapi yang memberikan stimulasi integrasi sensori di dalam otak sehingga anak dapat belajar secara normal. Ada tiga sistem penting dalam integrasi sensori yaitu sistem vestibular, sistem taktil, dan sistem proprioseptif. Sistem vestibular mencangkup stimulasi dari dalam tubuh itu sendiri. Ada berbagai metode terapi mencangkup aktivitas-aktivitas yang memberikan stimulasi terhadap tiga sistem yang telah dikemukakan. Sebagai contoh, stimulasi taktil melalui meraba dan menggosokkan permukaan kulit,stimulai vestibular melalui aktivitas seperti berayun, berputasr dan bergulung pada bola besar dan stimulasi proprioseptif melalui aktivitas papa skuter.

Ayres memperingatkan dengan sungguh-sungguh bahwa teknik ini memerlukan terapis yang terlatih dan bahwa luka dapat terjadi oleh penggunaak berbagai teknik tanpa pengetahuan yang cukup tentang hubungan antara berbagai jenis latihan tersebut dengan struktur otak.

B.Gangguan Perkembangan Perseptual.

Persepsi adalah batasan yang digunakan pada proses memahami dan menginterpretasikan informasi sensoris, atau kemampuan intelek untuk mencarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indra (Lerner,1988:282). Karena persepsi merupakan suatu ketrampilan yang dipelajari maka proses pengajaran dapat memberikan dampak langsung terhadap kecakapan perseptual. Ada dua pengertian (constructs) tentang persepsi yang memiliki implikasi bagi pengajaran anak berkesulitan belajar yaitu konsep modalitas-perseptual dan system persptual bermuatan lebih.

1. Konsep modalitas-Perseptual. Gangguan tentang gangguan pemrosesan perseptual yang terkait dengan kesulitan belajar merupakan bagian yang sangat pentingpada awal perkembangan bidang kajian kesulitan belajar.Banyak anak berkesulitan belajar memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menggunakan satu saluran perseptual tetapi sangat kurang dalam menggunakan saluran perseptual lainnya.

Guru sensitive akan menggunakan informasi tentang gaya belajar anak, kekuatan dan kelemahannya, untuk mengajarkan keterampilan akademik. Sebagai contoh, jika anak memiliki banyak kesulitan dengan persepsi auditoris, guru dapat mengantisipasi bahwa anak akan mengalami kesulitan dalam mempelajari berbagai bunyi. Dengan demikian, anak harus belajar membaca kata untuk memperoleh keterampilan membaca lancer, tetapi pengetahuan tentang kesulitan auditoris anak akan selalu mengingatkan guru tentang problema anak dan membantu guru tersebut dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran. Anak tersebut mungkin juga memerlukan latihan tambahan dalam persepsi auditoris dan perbedaan bunyi dalam berbagai kata.

2. Sistem perseptual bermuatan lebih. System perseptual bermuatan lebih berarti bahwa penerimaan informasi dari suatu modalitas lain. Anak berkesulitan belajar mungkin memiliki toleransi yang rendah untuk menerima dan mengintegrasikan beberapa system masukan pada waktu yang bersamaan. Ketidakmampuan menerima dan memproses data yang masuk secara berlebihan tersebut mungkin menyebabkan otak menjadi mogok. Berbagai gejala dari muatan berlebih tersebut dapat berupa kebingungan, kemiskinan ingatan, kemunduran, menolak tugas, kekurangperhatianan, atau anak menjadi ngambeg.

3. Ada beberapa jenis persepsi yaitu:

1.Persepsi auditoris

Anak-anak tersebut tidak memiliki masalah dalam ketajaman pendengaran, tetapi memiliki ketidakmampuan dalam persepsi auditoris, yaitu kemampuan untuk memahami atau menginterpretasikan segala sesuatu yang didengar. Persepsi auditoris dapat dibagi menjadi 5 sub bidang yaitu:

a.Kesadaran fonologis

Adalah kesadaran bahwa bahasa dapat dipecah kedalam kata, sukukata, dan fonem (bunyi huruf) yang esensial untuk belajar membaca. Anak yang mengalami kesulitan belajar membaca sering benar-benar tidak menyadari pembagian bahasa yang semacam itu. Mereka tidak dapat tidak dapat mengingat atau membedakan bunyi berbagai kata dan juga tidak dapat mengingat jumlah bunyi dalam satu kata. Konsekuensi dari tidak adanya kesadaran fonologis tersebut adalah anak menjadi tidak dapat memahami dan tidak dapat menggunakan prinsip alfabetik yang diperlukan untuk belajar fonik dan membaca kata-kata.

b.Diskriminasi auditoris

Adalah kemampuan mengingat perbedaan antara bunyi-bunyi fonem dan mengidentifikasi kata-kata yang yang sama dengan kata-kata berbeda. Anak yang memiliki kesulitan dalam diskriminasi auditoris mungkin akan sulit membedakan antara kata kakak dengan bapak atau antara ib dengan abu.

c.Ingatan auditoris

Merupakan kemampuan untuk menyimpan dan mengingat sesuatu yang didengar. Sebagai contoh, anak dapat diminta untuk melakukan tiga aktivitas, seperti menutup jendela, membuka pintu, dan meletakkan kotak diatas meja. Perintah-perintah semacam ini dapat digunakan untuk mengetahui ingatan auditoris seorang anak.

d.Urutan auditoris

Merupakan kemampuan mengingat urutan hal-hal yang disampaikan secara lisan. Urutan alphabet, nama-nama hari, dan nama-nama bulan adalah contoh urutan penting yang perlu dikuasai oleh anak.

e.Perpaduan auditoris

Adalah kemampuan memadukan elemen-elemen fonik tunggal atau berbagai fonem menjadi satu kata yang utuh. Anak dengan ketidakmampuan dalam perpaduan auditoris akan mengalami kesulitan untuk memadukan fonem-foem “m-a-i-n” untuk menbentuk kata “main”.

2.Persepsi visual

Anak dengan gangguan persepsi visual akan mengalami kesulitan untuk membedakan bentuk-bentuk geometri, huruf-huruf, atau kata-kata. Ada lima jenis persepsi visual yaitu:

a.Hubungan keruangan (spatial relation)

Menunjuk pada persepsi tentang posisi berbagai objek dalam ruang. Dimensi fungsi visual ini mengimplikasikan persepsi tentang tempat suatu objek atau symbol (gambar, huruf,angka) dan hubungan keruangan yang menyatu dengan sekitarnya. Dalam membaca, kata-kata harus dilihat sebagai keseluruhan yang terpisah yang dikelilingi oleh ruang. Kemampuan hubungan keruangan merupakan bagian yang sangat penting dalam belajar matematika.

b.Diskriminasi visual (visual discrimination)

Menunjuk pada kemampuan membedakan suatu objek dari objek lain. Berbagai objek mungkin dibedakan oleh warna, bentuk, pola, ukuran, posisi, atau kecemerlangan mereka. Kemampuan membedakan berbagai huruf dan kata secara visual merupakan bagian yang esensial dalam belajar membaca.

c.Diskriminasi bentuk dan latar belakang

Menunjuk pada kemampuan membedakan suatu objek dari latar belakang yang mengelilingi. Anak yang memiliki kekurangan dala bidang ini tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu objek karena sekeliling objek tersebut ikut memengaruhi perhatiannya. Akibat dari keadaan semacam itu, anak menjadi terkecoh perhatiannya oleh berbagai rangsangan yang berada disekitar objek yang harus diperhatikan.

d.Visual closure

Menunjuk pada kemampuan mengingat dan mengidentifikasi suatu objek, meskipun objek tersebut tidak diperlihatkan secara keseluruhan. Seorang pembaca yang baik misalnya, ia dapat membaca kalimat secara utuh meskipun ada sebagian yang dituutup. Bagi dia, ada cukup kata atau huruf sebagai petunjuk untuk memecahkanmasalah pada bagian kalimat yang tersisa.

e.Mengenal objek

Menunjuk pada kemampuan mengenal sifat berbagai objek pada saat mereka memandang. Pengenalan tersebut mencakup berbagai bentuk geometri, hewan, huruf, angka, kata, dsb. Kemampuan anak TK untuk mengenal secara baik bentuk-bentuk geometri, huruf, dan angka merupakan penduga yang baik bagikeberhasilan belajar membaca di SD.

3.Persepsi taktil dan kinestetik

Persepsi taktil dan kinestetik juga disebut persepsi heptik (heptic perception). Persepsi heptik menunjuk pada kemampuan mengenal berbagai objek melalui modalitas taktil dan kinestetik. Kemampuan mengenal berbagai objek melalui meraba, mengidentifikasi angka yang ditulis di punggung membedakan permukaan kasar dari yang halus. Mengidentifikasi jari mana yang digunakan untuk meraba, semuanya merupakan contoh dari persepsi taktil. Persepsi kinestetik diperoleh melalui gerak tubbuh dan rasa otot. Kesadaran posisi, rasa tubuh tentang kontraksi otot, tegangan, dan relaksasi adalah beberapa contoh dari persepsi kinestetik. Kedua dimensi dari system heptik merupakan hal yang penting untuk memperoleh informasi tentang kualitas objek, gerak tubuh, dan saling hubungan antar mereka. Sebagian tugas sekolah dan tugas kehidupan sehari-hari, menuntut kemampuan persepsi taktil dan kinestetik atau persepsi heptik.

4.Integrasi informasi dari berbagai system perspektual

Teori ini mengemukakan bahwa kesulitan utama dalam belajar adalah mengintegrasikan fungsi suatu modalitas dengan modalitas yang lain. Proses neurologis masuknya informasi ke dalam otak dari suatu modalitas ke modlitas lain disebut cross-modality perception atau disebut juga intersensory integration. Banyak anak berkesulitan belajar yang memperlihatkan kesulitan mengintegrasikan dua system perseptual yang sangat esensial dalam belajar akademik, yaitu persepsi visual dan auditif.

C.Cara Mengatasi Gangguan Perkembangan Motorik dan Perseptual.

a.Strategi Pengembangan Motorik Kasar

Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya. Karakteristik bagi anak usia dini adalah bermain, merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak.

Dengan bermain anak dapat bereksplorasi dan dapat mengembangkan motorik kasar, agar motorik kasar pada anak usia dini dapat berkembang secara optimal maka dirancanglah berbagai bentuk permainan-permainan yang menarik bagi anak. Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar.

Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.

1.Berlari.

Orang tua bisa melakukan kegiatan ini di halaman, atau di ruangan yang luas untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam rumah. Lakukan improvisasi dengan menggunakan bendera, kartu unik, atau benda yang dioper.

2. Memanjat. Jika di dekat rumah Orang tua ada taman bermain yang terbuka untuk umum, Orang tua bisa mengajak anak-anak Orang tua untuk bermain di area memanjat. Atau, buatlah area memanjat sendiri di rumah dengan menggunakan meja dan kursi. Untuk menghindari ada yang terluka, usahakan agar Orang tua menyediakan matras untuk mendarat jika mereka melompat.

3. Permainan jingkat. Dalam bahasa Jawa disebut engklek. Permainan ini baik untuk melatih keseimbangan dan koordinasi tubuh si kecil.

4. Main bola. Apapun  jenis permainan bolanya, ini sangat bagus untuk melatih kekuatan otot anak-anak

Menurut Catron menyatakan: "Permainan merupakan wahana yang memungkinkan anak berkembang secara optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek perkembangan anak ketika anak bernain, memumgkinkan anakbelajar tentang diri mereka sendiri, orang dan linkungannya dalam bereksplorasi dan menciptakan sesuatu".

Ericson menambahkan bahwa bermain sangat berguna sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri, membantu anak menguasai kecemasan–kecemasan dan konfllik-konfliknya. Permainan mampu meredakan ketegangan sehingga anak dapat melakukan penyesuaian diri dengan permasalahan-permasalahan hidupnya dan bermain memungkinkan anak menyalurkan energi fisiknya dan meredakan ketegangannya. Strategi pengembangan penghayatan dan kesadaran tubuh menunjuk bagian-bagian tubuh, permainan puzzle, mencari yang hilang, menggambar seukuran tubuh, meraba berbagai bagian tubuh, permainan pantomim, mengikuti perintah, membuat estimasi, ekspresi wajah, dan aktivitas air.

b.Strategi Pengembangan Motorik Halus

Persiapan dan alat-alatnyapun sangat mudah didapatkan di sekitar kita bahkan itu adalah sesuatu yang tanpa kita sadari bisa dijadikan sebagai sebuah pembelajaran buat si anak. Adapun aktivitas-aktivitas yang bisa dilakukan adalah:

1.Senam Tangan

Kegiatan membuka dan menutup tangan secara berulang-ulang disertai dengan nyanyian adalah sesuatu yang

2.Menggunting Kertas

Kegiatan ini sangat baik sekali karena melatih otot-otot tangan, usahakan posisi dalam memegang gunting tepat karena kegiatan memegang dan menggerakkan gunting sama halnya dengan menulis, maka jikalau salah maka akan berpengaruh dengan cara anak menulis.

3.Menempel

Menempel adalah kegiatan yang melibatkan visual, imajinasi dan motorik halus anak. Cobalah dengan gambar yang lebih sederhana seperti gambar sebuah mobil kemudian anak disuruh menempel pada bidang kertas yang kosong.Setelah anak mulai terbiasa dengan hal ini maka naiklah tingkat kesulitan tempelan dengan cara membuat gambar kemudian si anak menempel pada kertas yang sebelumnyasudah diberikan pola yang sama dengan gambar yang akan ditempel.

4.Menyambung titik-titik

Kegiatan menyambung titik-titik ini mengajarkan kepada anak untuk melatih kekuatan tangan, ketelitian, konsentrasi dan kesabaran, untuk anak yang masih belajar maka jangan terlalu memaksakan untuk mendapatkan hasil yang baik tapi teruslah berikan dia latihan dan semangat agar dia bisa menyelesaikan denganbaik.

5.Melipat kertas

Melipat kertas dengan menggunakan kertas origami adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bagi anak karena bisa dibuat apa saja, mulailah dengan kegiatan melipat yang sederhana seperti melipat bentuk segitiga, segiempat kemudian ke bentuk yang agak sulit. Yang dilatih dari kegiatan melipat ini adalah bagaimana anak menekan lipatan-lipatan itu karena kegiatan ini akan memperkuat otot-otot telapak dan jari tangan anak.

6.Plastisin

Plastisin sering dipakai dalam kegiatan mengasah keterampilan motorik dan kreatifitas karena bahannya yang Stimulus yang ditujukan pada pancaindra anak akan direspons secara motorik sehingga orang lain dapat memahami maksud melalui bahasa tubuh anak. Dengan dasar pemahaman ini, metode sensomotorik dapat membantu anak yang mengalami gangguan perkembangan.

c.Strategi Pengembangan Persepsi Auditoris Dan Visual

Metode sensomotorik merupakan pelatihan yang mengajak anak untuk mau mencoba sendiri. Dari mencoba sendiri, anak bisa lebih memahami apa yang sedang dicobanya, bisa memperbaiki sesuatu jika ia anggap salah, juga bisa berkreasi dengan lebih baik lagi. Metode ini termasuk dengan bagaimana para terapis dan guru ikut mengasah persepsi visual dan auditori anak, sehingga anak mampu mengekspresikan apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Metode sensomotorik meliputi.:

1.Persepsi visual untuk meningkatkan pemahaman visual

2.Mengembangkan motorik anak untuk mengontrol gerakan tubuh

3.Pengekspresian secara verbal pikiran dan perasaan

4.Kemandirian sehingga anak bisa bersosialisasi dengan tepat dan dapat mengatasi permasalahan

Metode sensomotorik bertujuan agar anak selalu mau mencoba bertahan hidup dalam kondisi apa pun, sanggup mengembangkan pikirannya untuk sesuatu yang baru, sanggup bersaing dengan siapa pun, sanggup mengutarakan apa yang dipikirkan dan dirasakannya, sanggup bekerja dalam tim, serta menjadi kreatif, imajinatif, fleksibel, dan bertanggung jawab.

Pada saat metode ini dilakukan, anak-anak mengikutinya tanpa merasa tertekan. Setiap hari kita akan melihat ketertarikan dari anak sebagai torang tua adanya perbaikan perkembangan, baik secara fisik maupun kejiwaan. Selain itu, anak-anak berkembang secara individual sesuai karakter masing-masing, dan mau bermain dengan teman-teman di sekitarnya.

d.Strategi pengembangan persepsi heptik (taktil dan kinestetik)

Persepsi heptik dapat dikembangkan dengan berbagai cara seperti marasakan macam-macam tekstur, papan raba (touch board), merasakan bentuk, merasakan temperature, merasakan bobot, mencium, atau menjiplak pola.

e.Strategi untuk mengembangkan integrasi sisitem perseptual

Integrasi visual ke auditoris dapat diperoleh dengan menyuruh anak melihat suatu pola titik-titik dan garis-garis; kemudian menyuruh anak menirukan pola tersebut dalam bentuk ritmis pada drum. Integrasi auditoris ke visual dapat diperoleh dengan menyuruh anak mendengarkan irama ritmis dan memilih salah satu pola visual titik dan garis yang sesuai dari beberapa pilihan. Integrasi auditoris ke motor visual dapat diperoleh dengan meminta anak mendengarkan irama ritmisdan mengalihkan irama tersebut ke suatu bentuk visual dengan menuliskan pasangan titik dan garis.

BAB III

KESIMPULAN

Gangguan perkembangan motoric sering diperlihatkan dalam bentuk adanya gerakan melimpah kurang koordinasi dalam aktivitas motorik, kesulitan dalam koordinasi motorik halus, kekurangan dalam penghayatan tubuh, kekurangan pemahaman dalam hubungan keruangan atau arah, dan bingung. Dalam proses belajar motorik, beberapa saluran sensasi atau presepsi terintregasi satu sama lain dan terkait dengan aktivitas motorik. Dan dalam gangguan motorik juga dijelaskan dengan 3 teori nya yaitu : Teori pendidikan jasmani adaptif dan belajar motoric Cratty, Teori perseptual-motor Kephart, Teori sensori-Integrasi Ayres.

Persepsi adalah batasan yang digunakan pada proses memahami dan menginterpretasikan informasi sensoris, atau kemampuan intelek untuk mencarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indra. Karena persepsi merupakan suatu ketrampilan yang dipelajari maka proses pengajaran dapat memberikan dampak langsung terhadap kecakapan perseptual. Dalam gangguang perkembangan persepsi juga dibahas dalam konsep modalitas-perseptual, sistem perseptual bermuatan lebih, dan juga beberapa jenis perseptuan yang menggambarkan tentang gangguan perkembangan perseptual.

Strategi-strategi yang dilakukan. Dalam strategi pengembangan motorik ada strategi pengembangan motorik kasar misalnya berlari, memanjat, permainan jingkat, main bola. Dalam strategi pengembangan motorik halus misalnya dengan senam tangan, menggunting kertas, menempel, menyambung titik-titik,melipat kertas,plastisin. strategi pengembangan persepsi auditoris dan visual misalnya menyuruh anak untuk mendengarkan bunyi lalu mengikuti pola dari bunyi tersebut. Dalam strategi pengembangan persepsi heptik (taktil dan kinestetik) misalnya

seperti marasakan macam-macam tekstur, papan raba, merasakan bentuk, Strategi untuk mengembangkan integrasi sisitem perseptual misal dengan mendengarkan irama ritmis dan mengalihkan irama tersebut ke suatu bentuk visual dengan menuliskan pasangan titik dan garis.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Kamtini dan Tanjung, H.W. 2005. Bermain Melalui Gerak Dan Lagu di TK. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.

Mulyadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar. Yogyakarta : Nuha Litera.

Tadkiratun.M. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti DPPTKDKPT.

[1] Abdurrahman, Mulyono.Pendidikan Bagi anak Berkesulitan Belajar (Jakarta : PT Adi Mahastya, 2003), hal 144.

Ibid, hal 144.

Ibid, hal 144.

Ibid, hal 144.

Ibid, hal 145.

Ibid, hal 145.

Ibid, hal 145.

Ibid, hal 145.

Ibid, hal 146.

Ibid, hal 146.

Ibid, hal 146.

Ibid, hal 147.

Ibid, hal 147.

Ibid, hal 147.

Ibid, hal 148.

Ibid, hal 148

Ibid, hal 148.

Ibid, hal 149.

Ibid, hal 149.

Ibid, hal 149.

Ibid, hal 149.

Ibid, hal 149.

Ibid, hal 150.

Ibid, hal 150.

Ibid, hal 150.

Ibid, hal 150.

Mulyadi.Diagnosis Kesulitan Belajar. (Yogyakarta :Nuha Litera, 2008),hal 142.

Ibid, hal 143.

Abdurrahman, Mulyono.Pendidikan Bagi anak Berkesulitan Belajar (Jakarta : PT Adi Mahastya, 2003), hal 152.

Mulyadi.Diagnosis Kesulitan Belajar. (Yogyakarta :Nuha Litera, 2008),hal 143.

Ibid, hal 145.

Ibid, hal 147

Ibid, hal 147.

Ibid, hal 147.

Abdurrahman, Mulyono.Pendidikan Bagi anak Berkesulitan Belajar (Jakarta : PT Adi Mahastya, 2003), hal 157

Tadkiratun.M. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. (Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti DPPTKDKPT, 2005) hal 1

Kamtini dan Tanjung, H.W. 2005. Bermain Melalui Gerak Dan Lagu di TK.( Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti, 2005) hal 23

Ibid, hal 23-25.

Abdurrahman, Mulyono.Pendidikan Bagi anak Berkesulitan Belajar (Jakarta : PT Adi Mahastya, 2003), hal 161.

Ibid, hal 164

Ibid, hal 165

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun