Mohon tunggu...
Syafitri Rahmania Ulfah
Syafitri Rahmania Ulfah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa psikologi UIN MALANG angkatan 2012 berasal dari kab.malang-kec.ngantang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Kelakuan Emak Makin Menjadi-jadi??

25 Maret 2015   17:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:02 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akupun anak angkat ke tiga dari emakku, wanita yang tak muda lagi usianya ini aku memanggilnya emak sebut saja Mawar itu nama emak, aku mulai dianggat menjadi anak keenamnya setengah tahun yang lalu, bersama saudara-saudaraku yang lain yang juga anak angkat dari emak. Aku pun hidup normal dan bisa berinteraksi dengan baik. Nama Asliku Safira, usiaku 20 tahun dan mulai bertempat tinggal dikota ini 2 tahun lamanya, setelah terpenjara dalam asrama yang sangat menakutkan akupun mulai mencari orang tua asuh untuk mengapdosiku sebagai anaknya. Setelah satu tahun berlalu keluar dari penjara menurutku (asrama ), aku mulai diasuh oleh wanita yang berumur 40 tahun. Karena emak tidak suka dengan nama asliku menurutnya sih terlalu bagus, maka namaku pun dipanggil dengan sebutan Pipit. Sejak awal mengasuhku emak memang orang yang baik dan penuh perhatian dengan anak-anaknya, tak heran kami pun selalu diberikan uang saku yang lebih ketika membantu emak membersihkan rumah serta membantu pekerjaannya, emak bukanlah seorang konglomerat, ia pun seorang yang sederhana dan suaminya pun sudah meninggalkan ia ketika pernikahannya seusia jagung dank arena cinta sejatinya tak lain hanya untuk suaminya maka emak pun berjanji tidak akan menikah lagi, bahkan ia pun mengadopsi anak-anak angkatnya dan ia rawat sebagaimana anak kandungnya sendiri.

Emak seorang pekerja keras, dan dikota metropolitan ini yang semuanya serba modern dan biaya kehidupan yang semakin mahal menjadi tuntutan untuk emak dalam menyekolahkan anak-anaknya, jiwa keibuannya yang sangat besarpun merelakan ia untuk dapat merawat anak-anak angkatnya dengan baik. Setelah setengah tahun tinggal bersama emak akupun mulai merasakan siapa dan sifat emak yang sebenarnya, yang dahulunya baik perhatian dan penyayang, akhir-akhir ini mulai menjadi-jadi. Menurut teori perkembangan yang ada dan aku baca, seharusnya emak tidak seperti ini heheh ungkapku dalam hati. Karena banyak permasalahan yang mungkin emak alami sekarang ini baik dalam masalah ekonomi dan keluarga.

Tingkah laku emakpun semakin menjadi-jadi diusianya yang masih segitu,beliau sering mendobrak-dobrak pintu, sering kepoisme dan sering membentak anak-anaknya ketika melakukan kesalahan kecilpu sering diundat undat istilah jawanya. Aku bersama 3 saudara sering merasakan luapan emosi dari emak dan kami pun terkadang mulai agak sebel dengan sikap emak yang baru-baru ini mulai menyimpang dari pandangan kami, dan kami pun agak mengacuhkan emak ketika beliau mulai mengajak berkomunikasi dengan kami. Mungkin emak memang dahulu waktu kecilnya ada tahap perkembangan yang tidak dilaluinya sehingga, mengganggu masa perkembangannya sekarang, atau emak mengalami masa lalu dan banyak masalah yang dihadapi? Kami selalu bertanya-tanya dalam hati, ataukah emak harus mencari pendamping hidup lagi agar beliau tak kesepian?

Kadang aku dengan kakak angkatku mulai memahami dan mencoba sabar ketika emak mulai kumat, tapi kadang kami juga sebel. Kami mau marahpun juga berfikir-fikir gimana kalau nanti emak terluka akibat perkataan kami. Jalan satu-satunya ialah kami selalu berdoa agar sikap emak yang menjadi-jadi ini mulai berubah pada kami dan lebih menyayangi kami seperti anak kandungnya sendiri dan tidak lagi berkelakuan yang menjadi-jadi. Dan semoga emak selalu sadar dengan apa yang telah ia lakukan kepada kami ketika titik darahnya mulai dalam tekanan tinggi. Doa kami pun selalu terpanjat agar apapun urusan emak diperlancar dan tidak berefek kepada kami hehehe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun