Mohon tunggu...
Money

Pentingnya Produksi dalam Islam

3 Maret 2019   14:56 Diperbarui: 3 Maret 2019   15:37 2342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Para ulama' sepakat tidak boleh memanfaatkan anjing kecuali untuk keperluan tertentu yang terdapat hajat seperti anjing buruan dan anjing penjaga serta maksud linnya yang tidak dilarang dalam agama islam.

Kegiatan produksi dalam ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan kegiatan yang menciptakan manfaat untuk keperluan pribadi maupun orang lain yang menciptakan manfaat untuk waktu sekarang ataupun yang akan datang. Produksi merupakan konsep arus, yakni kegiatan yang di ukur sebagai tingkat output per unit perode, sedangkan kualitas output diamsusikan kualitas konstan.

Dalam memaksimalkan keuntungan, sistem ekonmi konvensional sangan mengedewakan produktivitas dan efisienssi produksi. Sikap ini terkadang menyebabkan para produsen mengabaikan eksternalitas atau dampak merugikan dari proses produksi yang biasanya justru masyarakat sekitar yang tidak ada hubungannya dengan produk yang di buat.

Namun sebenarnya, wilayah produksi tidaklah se sempit itu, mengejar orientasi jangka pendek dengan laba sebagai titik acuan. Produksi dalam ekonomi islam sebagaimana dikemukakan oleh kahf tidak sekadar upaya untuk meningkatkan kondisi material tetapi juga moral dalam sarana untuk mencapai tujuan di akhirat kelak, bukan semat-mata memaksimalisasi laba duniawi tetapi juga memasimalisasi laba ukhrawi.

Dari beberapa pengertian tersebut, maka tujuan produsen bukan hanya mencari keuntungan saja, namun bagaimana produksi tersebut memberikan masalah bagi masyarakat. Menurut nejatullah, tujuan prduksi dalam islam yaitu memenuhi kebutuhan diri secara wajar, memenuhi kebutuhan masyarakat, keperluan masa depan, keperluan generasi yang akan datang, dan pelayanan terhadap masyarakat.

Tujuan produksi islami yang berbeda dengan tujuan produksi konvensional membawa implikasi yang mendasar bagi kegiatan produksi dan perekonomian secara keseluruhan antara lain:

  • Seluruh kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan tekhnikal yang islam.
  • Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial kemasyarakatan.
  • Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan (scarcity), tetapi lebih kompleks.

Dengan paradigma tersebut, produden dalam ekonomi islam akan berusaha untuk:

  • Memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, dan perusahaan.
  • Memberikan bantuan langsung kepada masyarakat melalui zakat dan sedekah.
  • Membantu masyarakat melalui sumbangan tidak langsung, yaitu dalam bentuk memproduksi barang barang keperluan dasar dalam bentuk jumlah yang banyak.
  • Mengkaji ulang input-input yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang mewah yang menggunakannya untuk mendistribusikan barang-barang yang berguna bagi kepentingan masyarakat.
  • Menyediakan barang dengan harga yang relatif murah namun berkualitas baik.

Produsen islam mempunyai kewajiban sosial untuk memaksimalkan output, bukan memaksimasilasi laba, tentu saja dengan mempertimbangkan penggunaan input dan output yang di hasilkan.

Daftar Pustaka :

Monzer Kahf, Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 36.

Muhammad Nejatullah Siddiqi, "Islamic Producer Behavior" dalam Saiful Azhar Rosly, Fondation of islamic economics, (Malaysia: Kulliyah of Economics and Management.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun