Integrasi ilmu adalah pemaduan antara ilmu-ilmu yang terpisah menjadi satu kepaduan ilmu, dalam hal ini penyatuan antara ilmu-ilmu yang bercorak agama dengan ilmu-ilmu yang bersifat umum. Islam merupakan agama yang mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan dan agama serta  sesuatu yang saling berkaitan dan saling melengkapi. Agama merupakan sumber ilmu  pengetahuan dan ilmu pengetahuan merupakan sarana untuk mengimplementasikan segala  sesuatu yang terdapat dalam ajaran agama. Islam menyamakan dirinya dengan ilmu  pengetahuan dan Islam menjadikan ilmu pengetahuan sebagai syarat ibadah. Islam sangat  memuji orang-orang yang giat dalam mencari pengetahuan, karena dalam Islam ilmu disebut sebagai cahaya kebenaran dan diyakini sebagai kunci kesuksesan dunia dan akhirat.
Oposisi antara dua kelompok, yaitu untuk mengatakan antroposentris dikotomi teosentris. Dikotomi menjadi sama mengerikannya seperti sebelumnya kualifikasi dan status ilmiah yang lain ditolak. Modernisme dan sekularisme adalah produk turunan yang melakukan hal tersebut diferensiasi yang kuat di berbagai bidang kehidupan. Yang disebut peradaban dalam postmodernisme diperlukan perubahan yaitu gerakan sakralisasi mengenai penarikan agama dan mengarah pada diferensiasi atau standarisasi dan rekonsiliasi agama-agama dengan lingkungan kehidupan lainnya, termasuk sains dan agama.
Ilmu yang lahir dari agama menjadi ilmu yang objektif atau sains tidak mengenal penganut, non-agama dan penentang agama lain. Agama sebagai norma, tetapi hanya sebagai gejala ilmiah yang objektif. Di dalam makna lain dari ilmu obyektif adalah ilmu yang diterima oleh orang beriman untuk semua manusia bukan hanya untuk orang percaya.
Kesesuaian integrasi dalam hubungan antara ilmu umum dan ilmu pengetahuan agama yaitu dengan menghormati pengetahuan umum yang ada demi pengetahuan umum itu juga memiliki dasar epistemologis, ontologis dan aksiologis yang mapan melalui pendekatan interdisipliner dan cara berpikir (approach). Selain itu penggabungan nilai-nilai keilmuan islam ke dalam ilmu umum ini dapat saling bekerja sama tanpa membatalkan satu sama lain.
Validitas ilmiah dari ketiga metode ini berbeda. Penalaran bayan lebih bergantung pada kedekatan dengan teks, penalaran irfan lebih terkait dengan kedewasaan keterampilan sosial seperti empati, sedangkan burhani menekankan penalaran kesesuaian rumus yang diciptakan oleh nalar dengan hukum alam dan harmoni dan keteraturan pemikiran logis. Dan jika ketiga metode ini digunakan berhasil, dikotomi pengetahuan saat ini rusak.
Konsep paradigma sains islam adalah tentang peran dan bertujuan pada kehidupan manusia dan alam semesta agar menjadi lebih bermakna. Seorang ilmuwan lembaga dan pusat keilmuan islam harus memiliki tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan keadilan dan kesejahteraan rakyat. Semua rencana dan proyek penelitian yang terealisasi harus dipertimbangkan dicegah bila bersifat destruktif karena ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dapat memicu kebiasaan konsumsi yang terus meningkat.
Teknik dalam mengintegrasikan ilmu dapat diperoleh dari urgensi-urgensi ilmu pengetahuan. Berikut 3 faktor yang mendorong urgensi integrasi ilmu dan agama :
- Adanya gagasan atau pencetus dari kaum cendekian untuk membangkitkan ghirah dan masa keemasan islam
- Factor yang berasal dari sikap taqlid dan jumud yang berdampak pada tertutupnya pintu itjihad sehingga membawa kemunduran islam. Selain itu juga diakibatkan adanya ragam paradigma pemikiran di tataran ontologis, epistemologis, dan aksionologis.
- Masih ditemukannya dikotomi antara ilmu agama dengan ilmu umum.
Jadi, dalam teknik pengintegrasian ilmu dapat diperoleh dari paradigma pemikiran ilmuan terdahulu yang menggabungkan ilmu menjadi satu kesatuan sehingga muncul ilmu-ilmu baru yang menjadikan kemajuan untuk peradaban modernisme dengan berbagai pembaharuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H