seandainya aku walmiki
kutulis takdirmu mencintaiku
sejak detik pertama
engkau lahir ke dunia
aku tak perlu setampan rama
demikian engkau, tak usah secantik dewi sinta
cukuplah sepasang pengembara
yang hidup di atas sapi benggala
berbaju sederhana
berlaku sederhana
sedang cinta kita istimewa
seandainya aku walmiki
tak perlu kata-kata sebagai perantara cinta
ketakutan-ketakutan memenuhi dada
“jika cinta kenapa perlu merasa takut?”
entah!
kumaki rembulan
sebab cahayanya mengingatkanku padamu
kuhardik angin
sebab belaiannya serupa belaianmu
kubenamkan senja
sebab , memandangnya
tak ada bedanya dengan memandangmu
apakah percintaan ini
sama riwayatnya
dengan percintaan hanuman dan trijata?
percintaan tanpa kata-kata?
meskipun mustahil, darinya terlahir trigangga
tahukah engkau
aku bisa menjelma menjadi rahwana sekarang
mengerang diatara gunung sondara-sondari
suaraku bermukim di hati para nelangsa
yang hatinya hampa dari cinta
aku cinta kau
aku cinta kau
aku cinta kau
alangkah sulitnya berkata-kata
wahai batara
batara guru...
rasukilah tubuhku dan bicaralah kepadanya sebagai aku
katakan aku mencintainya
“bukankah engkau walmiki?”
bukan, aku hanya bilang seandainya
apalah artinya swarga loka
tanpa bidadari yang menghuninya
apalah artinya hati
jika bukan engkau yang memiliki
aku sedang mabuk
sedang ingin mabuk
mabuk engkau wahai kekasih
aku semakin mabuk memikirkan bahwa katanya,
cinta tak harus memiliki
jika tidak kumiliki, engkau akan menjadi milik orang lain
dan jika aku mencoba mencintai milik orang lain
akan jadi perkara tentu saja
merepotkan
aku mengerti teori, filsafat, tafsir,
atau entah engkau menyebutnya apa
bahwa cinta tak bisa berada dalam kuasa
bahwa kuasa adalah pisau yang mengiris nadi cinta
tentu saja
aku bukannya ingin menguasaimu
aku hanya ingin bersamamu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H