guru!" seru Jessica, "Janji," janjiku.
Sejak saat itu, Serlina kembali diterima oleh teman- temanku, semua teman meminta maaf atas kejadian itu, termasuk Jessica, aku dan Jean karena telah menyal ahkannya. Setelah kejadian itu, aku, Serlina dan Jean kembali bersahabat, dan ditambah Jessica dan Queency, "Aku ingin memberikan ini," kata Jessica sebagai permintaan maaf, ia memberikan sebuah gelang bertuliskan BFF. Dalam hati aku berjanji tidak akan asal menuduh sembarangan.Â
Persahabataan may daan piona dapat digambarkan dengan Bahasa yang hangat dan menyentuh hati, seperti "tawa piona selau seperti sinar matahari pagi, membuat hati mayyang mendukung menjadi cerah Kembali" penggambaran lingkungan cerita bisa mempercantiik suasana dengan dekripsi lokasi yang menawarkanseprti, taman bunga penuh warna, tetapi sungai yang tenang, atau ruang kelas yang ceria. Siska yang tertarik dengan sulap langsung mengantre di depan loket karcis yang terletak tepat di samping tenda. "Hello, mau beli tiket berapa?" tanya petugas loket. "Aku ingin satu saja," jawab Siska sambil menyerahkan uang sejumlah lima ribu rupiah. Petugas loket memberinya satu karcis masuk dan dia lalu masuk ke tenda dan memilih duduk di barisan per- tama dari lima deretan kursi yang ada. "Hello, Adik-Adik, Mau lihat sulap?" tanya MCyang tiba-tiba muncul di atas panggung muncul seorang anak perempuan yang kelihatannya berusia delapan tahun, berambut pendek, mengenakan topi sulap dan membawa sebatang tongkat sulap. "Namaku Nesy. Aku bisa menyulap apa saja!" Semua penonton bertepuk tangan. Nesy menarik tangan Siska yang berada di kursi barisan pertama dan mengajaknya ke atas panggung. "Namamu siapa?" tanya Nesy. mengantre di samping "Aku Siska." "Siska, percaya atau tidak?
"Nah, sekarang aku akan mengembalikan gelang ini seperti semula. Sim salabim. Abrakadabra!" Langsung gelang Siska kembali lagi menjadi seperti semula. Semua penonton kagum dan riuh bertepuk ta- ngan. Terima kasih, Siska. Silakan kembali ke tempat," ujar Nesy. "Sama-sama." "Nah, sekarang aku menginginkan dua batang pensil yang sama beratnya dan sama panjangnya. Penonton ada yang bawa?" teriak Nesy sambil tersenyum. Seorang anak laki-laki yang duduk di sebelah Siska maju dan memberikan dua batang pensil. "Terima kasih. Ayo, ikut membantu aku," pinta Nesy. "Siapa namamu?" "Aku Rihan." "Baik, Rihan. Ini adalah pensil-pensilmu. Sama berat dan sama panjang. Pensil-pensil ini akan kuikat dengan tali ajaib yang tak dapat dilihat oleh siapa pun. Sekarang, pegang pensil ini menyilang. Yang ada di tangan kananmu di atas dan yang ada di tangan kirimu di bawah. Pegang baik-baik. Jangan bergerak! Ini adalah tali ajaib," jelas Nesy sambil menggerak- gerakkan tang... Terima kasih, Siska. Silakan kembali ke tempat," ujar Nesy.
"Sama-sama." "Nah, sekarang aku menginginkan dua batang pensil yang sama beratnya dan sama panjangnya. Penonton ada yang bawa?" teriak Nesy sambil tersenyum. Seorang anak laki-laki yang duduk di sebelah Siska maju dan memberikan dua batang pensil. "Terima kasih. Ayo, ikut membantu aku," pinta Nesy. "Siapa namamu?" "Aku Rihan." "Baik, Rihan. Ini adalah pensil-pensilmu. Sama berat dan sama panjang. Pensil-pensil ini akan kuikat dengan tali ajaib yang tak dapat dilihat oleh siapa pun. Sekarang, pegang pensil ini menyilang. Yang ada di tangan kananmu di atas dan yang ada di tangan kirimu di bawah. Pegang baik-baik. Jangan bergerak! Ini adalah tali ajaib," jelas Nesy sambil menggerak- gerakkan tangannya seolah-olah sedang mengikat kuatkuat kedua pensil yang dipegang Rihan. "Nah, sekarang, tarik pelan-pelan pensil yang ada di kananmu. Rihan segera mengikuti petunjuk Nesy. "Wah, pensilnya susah diangkat. Berat sekali. Seperti diikat tengahtengahnya!" seru Rihan sambil berusaha. Akhirnya, pensil yang ada di kanan bisa diangkat juga. Semua penont "Nah, sekarang, tarik pelan-pelan pensil yang ada di kananmu. Rihan segera mengikuti petunjuk Nesy. "Wah, pensilnya susah diangkat. Berat sekali. Seperti diikat tengahtengahnya!" seru Rihan sambil berusaha. Akhirnya, pensil yang ada di kanan bisa diangkat juga. Semua penonton terpesona dan bertepuk tangan penuh semangat. Atraksi sulap yang lain pun berlangsung seru dan menakjubkan. Tak terasa tiba waktunya untuk berpisah.
Akhirnya, pensil yang ada di kanan bisa diangkat juga. Semua penonton terpesona dan bertepuk tangan penuh semangat. Atraksi sulap yang lain pun berlangsung seru dan menakjubkan. Tak terasa tiba waktunya untuk berpisah. "Terima kasih semuanya. Senang sekali bisa menghibur kalian semua. Hari ini adalah pertunjukan sulapku yang terakhir. Besok, kami akan pindah ke tempat lain. Sampai jumpa!" pamit Nesy sambil membungkuk memberi hor- mat. Sesampainya di rumah, Siska menceritakan pengalam- annya pada ayah. "Ayah, tadi aku menonton sulap, lho!" "Wow, di mana, Nak?" "Di situ, dekat taman bermain. Ada tenda di sana. Tapi, sayang sekali, tadi itu pertunjukan yang terakhir. Besok, sudah tak ada lagi." Seharian, Siska sibuk melamunkan kehebatan sulap yang baru ditontonnya. Saat makan malam, dia bertanyatanya dalam hati, Apakah aku bisa melihat pertunjukan sulap lagi? Hmmm ... menurutmu, apakah Siska bisa menonton penampilan Nesy lagi? sebuah kerajaan yang megah dan mewah bernama Clasty, tinggallah seorang putri yang cantik bernama Selly. Dia masih berumur delapan tahun. Dia tinggal ber- sama ibunya, sang Ratu.
Sedangkan ayahnya, sang Raja, sedang menginap di Kerajaan Cilay, karena ada sebuah urusan penting. Pada suatu hari, Putri Selly berkata pada ibunya, "Ibu, apa acara kita di istana hari ini?" "Kamu dan Ibu akan naik kereta kuda dan berkeliling kota Clasty," jawab Ratu. "Keluar istana? Aku belum pernah keluar istana. Bolehkah aku ikut bermain bersama anak-anak lain?" "Sellyku, kamu tidak boleh bermain bersama anakanak di luar istana. Kita harus tetap duduk di dalam kereta. Menjadi putri itu tidak boleh bermain-main semaunya. Harus ada dalam kondisi di belakang penjaga. Tak boleh pergi sendiri dan tak boleh pakai celana panjang!" jelas Ratu. "Ah ... Ibu. Sayang sekali!" keluhnya. Saatnya mereka berkeliling kota. Ratu dan Putri me lambai-lambaikan tangan pada rakyat yang berjejer di trotoar. Tibatiba, Putri Selly melihat seorang bapak tua yang sebuah kancing bajunya lepas. Putri langsung berteriak, "Kancingmu lepas! Awas!" Semua orang langsung mendekat ke arah bapak itu dan semua tertawa. Menertawai Selly.
"Ibu, mengapa semua orang jadi tertawa?" bisiknya. "Selly, Putri itu tidak boleh berteriak-teriak. Harus duduk diam. Duduk manis. Sekarang, duduk yang rapi!" "Baik, Bu." Sesuai peraturan, putri dan ratu harus menengok kuda-kuda yang siap perang di pondok kuda. Setiap bulan, harus lima kali ditengok. Sampailah mereka di pondok kuda. Mereka turun dan masuk ke dalamnya. Terlihat hanya ada enam ekor kuda, tiga di kiri dan tiga di kanan.
Sebenarnya, jumlah kuda Kerajaan Clasty sangat banyak, ada lima puluh, cuma kudakuda yang lain sedang ada di kota Cilay untuk dilatih perang.terhadap temantemannya dan setiap membantu dalam setiap situasi Antagonis piona bisa di gambarkan sebagai teman yang kadang meentingkan dirinya sendiri atau mudah cemas, yang mengganggu hubungan mereka. Ramya Hayasrestha Sukardi lahir di Negeri Kanguru, tepatnya di Perth, Australia, pada 1998. Putri dari pasangan Bapak Marcapada Sukardi dan Ibu Gitawati Setianingrum ini murid SDI Al Azhar 8 Kembangan. Ramya punya hobi membaca buku, berenang, dan bersepeda. Pada waktu luang, Ramya suka berlatih tarian Bali dan balet, juga bermain piano. Wah Kegiatan Ramya banyak juga, ya. My Piano My Best Friend (DAR! Mizan, 2008) adalah kumpulan cerpen kedua Ramya yang diterbitkan Penerbit DAR! Mizan Bandung. Buku pertamanya Dunia Es Krim (DAR! Mizan, 2008). Ramya berharap teman- teman suka cerita-cerita dalam buku ini!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI