Mohon tunggu...
Syafiq Ramadani
Syafiq Ramadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - student of Jember University

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiwa KKN BTV 3 UNEJ Membentuk Kelompok Belajar di Desa Petung, Bangsalsari, Jember

2 September 2021   18:38 Diperbarui: 2 September 2021   18:43 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 hampir mempengaruhi sektor kehidupan, termasuk sektor pendidikan. Pendidikan yang selama ini dilakukan di sekolah secara tatap muka otomatis tidak dapat dilakukan untuk menghindari penyebaran virus secara masif. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyikapi kondisi tersebut dengan membuat sejumlah kebijakan. Pembelajaran di sekolah dilakukan secara jarak jauh dengan memanfaatkan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi).

DI tengah tantangan situasi pandemi covid-19, sekolah-sekolah di Indonesia melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sebuah upaya penegasan bahwa belajar sejatinya ialah kebutuhan--bagi baik murid maupun guru--yang tak boleh terhenti karena keadaan yang tak menguntungkan. Jika sebelumnya kegiatan bersama guru (Forum Guru Belajar Bersama/FGBB) untuk membahas berbagai persoalan seperti mengatasi siswa bermasalah, pengembangan kapasitas (belajar bahasa Inggris, dll), pengelolaan kelas, sistem evaluasi, sampai dengan diskusi tentang teori-teori pembelajaran dapat dilakukan dengan tatap muka secara langsung, kali ini berbagai kegiatan tersebut harus lebih banyak dilakukan secara virtual.

Membangun budaya belajar guru Kesulitan yang terjadi selama PJJ, terutama terkait dengan infrastruktur dan kapasitas guru, mendorong berbagai pihak mendesak pemerintah untuk meningkatkan kualitas belajar dari rumah. Tentunya kita tidak hanya diam menunggu kebijakan pemerintah dikeluarkan. Banyak cara yang bisa dilakukan guru dan manajemen sekolah. Dengan diawali dari membangun budaya belajar/learning culture dan motivasi belajar para guru, sekolah dapat memetakan kesulitan yang dihadapi dan mencari solusi bersama.

Perlu ada penyesuaian kurikulum di masa pandemi ini yang bisa dikategorikan sebagai masa darurat. Setidaknya ada empat karakteristik yang sebaiknya ada dalam kurikulum darurat, yaitu kesederhanaan, kejelasan, prioritas, dan aktivitas. Kurikulum sederhana hanya memuat materi yang esensial dengan skala prioritas perumusannya menghasilkan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa yang menyenangkan. Aktivitas belajar siswa di rumah pada masa pandemi lebih banyak menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Dalam proses pengerjaan tugas inipun para guru mengalami kesulitan untuk melakukan penilaian apakah tugas-tugas tersebut benar-benar dilakukan secara mandiri oleh siswa.

Dengan di adakannya KKN Back To Village 3 oleh Universitas Jember membantu masyarakat yang terdampak khususnya pada sektor pendidikan akan sangat merasa terbantu dengan berbagai macam proker dan kelas desa yang dilakukan mahasiswa KKN Back To Village 3 oleh Universitas Jember.

Dan dengan permasalahan yang terjadi di samping untuk memberikan variasi aktivitas belajar yang lebih menyenangkan. Pada KKN ini saya selaku mahasiswa KKN BTV III UNEJ membantu pada murid untuk belajar di rumah dengan konsep pembentukan kelompok belajar.

Gambar 2. Proses pembelajaran dengan konsep kelompok belajar (Dokpri)
Gambar 2. Proses pembelajaran dengan konsep kelompok belajar (Dokpri)

Ditambah dengan pengadaan kelas KKN dengan topik topik tentang pengetahuan yang diberikan di Sekolah Dasar.

Kelas KKN yang sudah terlaksana dan yang akan dilaksanakan mahasiswa KKN BTV III UNEJ

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun