Mohon tunggu...
Syafika Salsa N
Syafika Salsa N Mohon Tunggu... Mahasiswa - Blog Pribadi

Mahasiswa Sastra Inggris, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesenian Cokean Asal Ponorogo yang Menggabungkan Era Modern dan Lama

11 Desember 2021   02:06 Diperbarui: 30 Desember 2021   20:37 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fakultas Ilmu Budaya, sesuai namanya, seorang mahasiswa fakultas Ilmu Budaya dituntut untuk melek terhadap isu kebudayaan dan Humaniora. Mahasiswa Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Untag Surabaya melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN)  selama 12 hari (07-19 November 2021) di Desa Plunturan, Pulung-Ponorogo. Selama berkegiatan di Desa Plunturan, mahasiswa dikenalkan dengan grup musik tradisional yang bernama Cokean. Mahasiswa Sastra Inggris Untag pun juga diberi kesempatan untuk melakukan wawancara (08/11/21) dengan 2 pelaku kesenian Cokean yaitu selaku penabuh Bonang dan Pesinden yang bernama Pak Riyanto (55) dan Bu Istirini (45), warga Dusun Krajan, Pulung, Ponorogo.

Cokean berasal dari kata Coke’ yang berarti seni tradisional, sehingga dapat diartikan dengan grup seni musik tradisional. Kesenian Cokean Sama seperti seni Karawitan, yang terdiri dari alat musik Gamelan, Laras, dan Sinden. Perbedaan antara Cokean dengan Karawitan berada pada jumlah pemain serta alat musik yang digunakan. Cokean terdiri dari Gender, Saron (2), Demung (2), Kendhang (2), Keyboard, Bass, dan Sinden, dengan total jumlah pemain alat music 9 orang dan 2 Pesinden.

Grup music Cokean di Desa Plunturan, Pulung-Ponorgo berdiri pada tahun 2010 yang awalnya hanya berisikan Kendhang dan Sitter, seiring perkembangan zaman, pelaku seni warga Desa Plunturan berinovasi dan mengembangkan alat musik yang ada di Cokean. Hingga saat ini, pelaku seni Cokean di Desa Plunturan masih terus berinovasi mengembangkan kesenian Cokean baik berinovasi pada alat musik ataupun membuat lagu baru. Hal inilah yang menjadi titik pembeda Cokean Desa Plunturan dengan kesenian Cokean lainnya.

Kesenian Cokean Desa Plunturan telah banyak menghadiri berbagai undangan acara syukuran, seperti Khitanan, akad nikah, dan acara syukuran sejenis. Ini disebabkan berita yang tersebar dari mulut kemulut dari satu warga ke warga lainnya, hingga sampai luar kota Ponorogo.

Saat ini, grup Cokean belum mempunyai akun sosial media yang secara khusus berisikan tentang seluruh aktifitas kesenian Cokean. Aktifitas grup Cokean biasa diabadikan melalui akun Instagram @desa_plunturan.

Grup Cokean sdang berlatih (09/11/21)/Dokumentasi pribadi
Grup Cokean sdang berlatih (09/11/21)/Dokumentasi pribadi
Balai Desa Plunturan menjadi lokasi grup Cokean berlatih, tak hanya grup Cokean melainkan seluruh kesenian milik desa juga turut berlatih di Balai Desa Plunturan.

Mahasiswa Sastra Inggris Untag Surabaya berhasil mewawancarai salah satu pelaku seni dari Cokean yaitu Pak Riyanto (55), yang memegang alat music Balungan di kesenian Cokean. Berdasarkan hasil wawancara, Pak Riyanto menceritakan bahwa Pak Riyanto menekuni dan tertarik dengan bidang alat music tabuhan sedari beliau kecil hingga saat ini.

“Saya mulai belajar sedari kecil, ketertarikan saya dengan alat musik tabuhan diwariskan dari orang tua saya, dan saat ini saya juga mewariskannya ke anak serta cucu saya.”

Sinden, Bu Istrini dan Bu Muji./Dokumentasi pribadi
Sinden, Bu Istrini dan Bu Muji./Dokumentasi pribadi
Selain Pak Riyanto, ada Bu Istrini, salah satu Pesinden yang ada di Desa Plunturan. Kesenian Sinden yang ada di Desa Plunturan, memiliki ciri khas yang kurang lebih sama dengan kesenian Sinden jawa lainya. Tetapi di Desa Plunturan, memiliki tembang yang berjudul “Plunturan Bersatu.” yang biasa dinyanyikan pada perayaan-perayaan Desa Plunturan. Kesenian tradisional Sinden sendiri bisa digabungkan dengan kesenian lainnya, seperti kesenian Cokean, Sinden Wayang, Sinden Ketoprak, Sinden Campursari, dan Langgam.

Pesinden yang ada di Desa Plunturan berjumlah 4 yang terdata masih aktif yaitu Bu Istirini, Bu Yasi, Bu Sri, dan Bu Muji.

“Saat ini kesenian Sinden terutama di Desa Plunturan ini, belum ada penerusnya, karena proses belajarnya yang cukup rumit dan panjang.” Ujar Bu Istirini. Sama seperti Pak Riyanto, Bu Istirini tertarik dengan dunia Sinden sedari Bu Istrini duduk di bangku Sekolah Dasar lalu dilanjutkan hingga saat ini.

Selain wawancara, mahasiswa juga berhasil mengabadikan latihan Sinden yang tergabung dalam kelompok Cokean di Balai Desa Plunturan. (09/11/2021)

Hasil dari wawancara dan dokumentasi latihan Cokean rencananya akan dikemas kedalam bentuk video sebagai bentuk hasil pendampingan promosi pelaku kesenian Desa Plunturan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun