Fakultas Ilmu Budaya, sesuai namanya, seorang mahasiswa fakultas Ilmu Budaya dituntut untuk melek terhadap isu kebudayaan dan Humaniora. Mahasiswa Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Untag Surabaya melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 12 hari (07-19 November 2021) di Desa Plunturan, Pulung-Ponorogo. Selama berkegiatan di Desa Plunturan, mahasiswa dikenalkan dengan grup musik tradisional yang bernama Cokean. Mahasiswa Sastra Inggris Untag pun juga diberi kesempatan untuk melakukan wawancara (08/11/21) dengan 2 pelaku kesenian Cokean yaitu selaku penabuh Bonang dan Pesinden yang bernama Pak Riyanto (55) dan Bu Istirini (45), warga Dusun Krajan, Pulung, Ponorogo.
Cokean berasal dari kata Coke’ yang berarti seni tradisional, sehingga dapat diartikan dengan grup seni musik tradisional. Kesenian Cokean Sama seperti seni Karawitan, yang terdiri dari alat musik Gamelan, Laras, dan Sinden. Perbedaan antara Cokean dengan Karawitan berada pada jumlah pemain serta alat musik yang digunakan. Cokean terdiri dari Gender, Saron (2), Demung (2), Kendhang (2), Keyboard, Bass, dan Sinden, dengan total jumlah pemain alat music 9 orang dan 2 Pesinden.
Grup music Cokean di Desa Plunturan, Pulung-Ponorgo berdiri pada tahun 2010 yang awalnya hanya berisikan Kendhang dan Sitter, seiring perkembangan zaman, pelaku seni warga Desa Plunturan berinovasi dan mengembangkan alat musik yang ada di Cokean. Hingga saat ini, pelaku seni Cokean di Desa Plunturan masih terus berinovasi mengembangkan kesenian Cokean baik berinovasi pada alat musik ataupun membuat lagu baru. Hal inilah yang menjadi titik pembeda Cokean Desa Plunturan dengan kesenian Cokean lainnya.
Kesenian Cokean Desa Plunturan telah banyak menghadiri berbagai undangan acara syukuran, seperti Khitanan, akad nikah, dan acara syukuran sejenis. Ini disebabkan berita yang tersebar dari mulut kemulut dari satu warga ke warga lainnya, hingga sampai luar kota Ponorogo.
Saat ini, grup Cokean belum mempunyai akun sosial media yang secara khusus berisikan tentang seluruh aktifitas kesenian Cokean. Aktifitas grup Cokean biasa diabadikan melalui akun Instagram @desa_plunturan.
Mahasiswa Sastra Inggris Untag Surabaya berhasil mewawancarai salah satu pelaku seni dari Cokean yaitu Pak Riyanto (55), yang memegang alat music Balungan di kesenian Cokean. Berdasarkan hasil wawancara, Pak Riyanto menceritakan bahwa Pak Riyanto menekuni dan tertarik dengan bidang alat music tabuhan sedari beliau kecil hingga saat ini.
“Saya mulai belajar sedari kecil, ketertarikan saya dengan alat musik tabuhan diwariskan dari orang tua saya, dan saat ini saya juga mewariskannya ke anak serta cucu saya.”
Pesinden yang ada di Desa Plunturan berjumlah 4 yang terdata masih aktif yaitu Bu Istirini, Bu Yasi, Bu Sri, dan Bu Muji.
“Saat ini kesenian Sinden terutama di Desa Plunturan ini, belum ada penerusnya, karena proses belajarnya yang cukup rumit dan panjang.” Ujar Bu Istirini. Sama seperti Pak Riyanto, Bu Istirini tertarik dengan dunia Sinden sedari Bu Istrini duduk di bangku Sekolah Dasar lalu dilanjutkan hingga saat ini.
Selain wawancara, mahasiswa juga berhasil mengabadikan latihan Sinden yang tergabung dalam kelompok Cokean di Balai Desa Plunturan. (09/11/2021)
Hasil dari wawancara dan dokumentasi latihan Cokean rencananya akan dikemas kedalam bentuk video sebagai bentuk hasil pendampingan promosi pelaku kesenian Desa Plunturan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H