Mohon tunggu...
Syafa Tasya Kamila Fitri
Syafa Tasya Kamila Fitri Mohon Tunggu... Lainnya - INFJ-T

Currently working as an Announcer, and pursuing a Bachelor Degree in Psychology.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Permainan Edukatif untuk Anak Penderita Cerebral Palsy

26 Juli 2021   19:50 Diperbarui: 26 Juli 2021   20:05 1912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://indianexpress.com

Definisi

Cerebral Palsy adalah salah satu jenis disabilitas fisik, berupa kelemahan pada otot yang menyebabkan penderita tidak dapat duduk, berdiri, maupun berjalan karena koordinasi gerak pada tangan dan kaki tidak maksimal. Anak yang menderita Cerebral Palsy mengalami perubahan gerak atau fungsi motor yang tidak normal akibat dari kecelakaan, luka, atau penyakit susunan syaraf yang terdapat pada rongga tengkorak, sehingga mempengaruhi aspek fisiknya, terutama pada fungsi gerak seperti otot dan persendian yang mengalami kekakuan. Anak-anak penderita Cerebral Palsy dapat di identifikasi dari beberapa faktor, yaitu mulai dari faktor pre-natal,  faktor  kelahiran,  dan  faktor  setelah  kelahiran yang berkaitan dengan kerusakan jaringan saraf tidak progresif yang menyebabkan keterlambatan gangguan  dalam  proses  tumbuh  kembang baik  secara  fisik  maupun  emosional  dimulai dari masa pre-natal sampai usia 2 tahun (post-natal).

Cerebral Palsy terdiri dari 2 macam klasifikasi, yaitu:

Berdasarkan gejala klinis:

  • Spastik,
  • Athetoid (Diskinetik, Distonik),
  • Rigid,
  • Ataksia,
  • Tremor,
  • Atonik atau Hipotonik,
  • Campuran.

Berdasarkan derajat kemampuan fungsional:

  • Golongan Ringan: Penderita Cerebral Palsy golongan ringan masih mampu beraktivitas sehari-hari dengan membutuhkan sedikit bantuan.
  • Golongan Sedang: Penderita Cerebral Palsy golongan sedang memiliki keterbatasan dalam beraktivitasdan membutuhkan beberapa bantuan khusus untuk menjalani aktivitasnya.
  • Golongan Berat: Penderita Cerebral Palsy golongan berat sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas fisik maupun mental, sehingga dibutuhkan pelatihan atau perawatan khusus untuk menjaga kondisi fisik serta emosionalnya.

Kondisi fisik yang dialami oleh anak-anak penderita Cerebral Palsy berbeda dengan individu normal, sehingga mengakibatkan beberapa hambatan, seperti tidak mampu bergerak atau beraktivitas dengan leluasa, keterbatasan untuk berkomunikasi, mengurus diri sendiri, serta mengembangkan potensi dalam dirinya, yang terjadi seumur hidup, dimana belum ditemukan metode pengobatan yang bisa menyembuhkan kondisi ini sepenuhnya. Namun, dengan dukungan dari keluarga terdekat, yaitu peran orangtua yang memberikan bimbingan serta arahan, mampu menggali potensi yang dimiliki anak-anak penderita Cerebral Palsy.  Anak-anak penderita Cerebral Palsy dapat melakukan sesi terapi untuk melatih kembali keterampilan fungsionalnya yang hilang, mencegah kecacatan sekunder, serta diharapkan mampu melakukan aktivitas kesehariannya dengan dukungan fasilitas dan ruang yang dapat diaplikasikan melalui permainan edukatif.

Permainan Edukatif

Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan, dilakukan secara intrinsik, dipilih secara bebas, tidak literal, yang secara aktif melibatkan individu. Dalam bermain, anak-anak mampu berekspresi dan mengekplorasi diri mereka secara bebas untuk mengembangkan potensi dalam dirinya, baik dari segi fisik, mental, intelektual, dan spiritual.

Anak-anak penyandang Cerebral Palsy memerlukan permainan khusus yang menunjang kebutuhan mereka dalam bermain yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak penderita Cerebral Palsy dalam rangka mengembangkan kemampuan emosi dan kemandirian dalam penggunaan motorik halus. Pada anak penderita Cerebral Palsy memiliki hambatan pada perkembangan motorik halusnya, seperti menggenggam, menjangkau, menggerakkan jari-jarinya, sehingga diperlukan latihan khusus untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak-anak penderita Cerebral Palsy. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan gerak pada motorik halus anak-anak penderita Cerebral Palsy, yaitu melalui permainan edukatif.

Permainan Edukatif adalah bentuk permainan yang dirancang khusus untuk memberikan manfaat pengalaman pendidikan dalam pembelajaran kepada anak-anak, dimana permainan edukatif harus disesuaikan dengan kondisi keterbatasan anak yang menggunakan alat bantu, seperti tongkat atau kursi roda, mampu mengakomodasi kebutuhan latihan koordinasi gerak anak meliputi bagian leher, lengan, tangan, jari dan kaki, usia anak, serta mampu memberi stimulasi perkembangan sosial, mental, fisik, dan emosional. Permainan edukatif dapat difungsikan secara multi guna dengan beberapa ciri khas, yaitu:

  • Dapat dimainkan dalam berbagai cara, tujuan, serta manfaat yang memiliki bermacam-macam bentuk.
  • Biasa dimainkan untuk anak-anak usia pra sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan kecerdasan serta motorik anak, yang memiliki desain unisex sehingga dapat digunakan oleh anak perempuan maupun anak laki-laki.
  • Memiliki segi keamanan yang sangat diperhatikan baik dari bentuk maupun penggunaannya.
  • Anak terlibat secara aktif dalam suatu permainan.
  • Bersifat konstruktif.

Permainan edukatif dirancang dengan pemikiran yang mendalam, dimana melalui rancangan permainan edukatif, anak diharapkan mampu mengembangkan imajinasinya secara terampil, serta memberi kepuasan dan manfaat bagi anak, sehingga anak-anak penderita Cerebral Palsy mampu memahami konsep-konsep yang terkandung di dalam permainan edukatif.

Beberapa permainan edukatif yang dapat dimainkan oleh anak-anak penderita Cerebral Palsy untuk melatih gerak pada motorik halus, yaitu:

  • Membaca Buku bersama Orangtua,
  • Papan Alur,
  • Puzzle Sederhana,
  • Permainan bentuk dan citra, rupa, wujud yang bervariasi,
  • Permainan Lego,
  • Permainan Slime,
  • Permainan Congklak,
  • Permainan Monopoli.

Efektivitas permainan edukatif untuk anak penderita Cerebral Palsy mampu membantu anak dalam mengurangi kecemasan, perubahan perilaku, perbaikan konsep diri, serta penyesuaian sosial yang lebih baik, sehingga anak-anak penderita Cerebral Palsy mampu melepaskan ketegangan dari emosi yang mereka pendam. Melalui permainan edukatif, anak-anak penderita Cerebral Palsy mendapatkan pengetahuan yang mendukung aspek perkembangan kognitif, afektif, serta psikomotor, yang mampu mendorong anak lebih aktif dalam melatih motorik halusnya dengan metode belajar dan bermain yang menyenangkan.

Serta pentingnya dukungan serta peran orangtua dan orang-orang disekitar anak-anak penderita Cerebral Parsy dalam berpartisipasi melakukan permainan edukatif dengan fasilitas yang memadai, mampu menunjang keefektifan anak-anak penderita Cerebral Palsy dalam melakukan permainan edukatif dan untuk menjalin hubungan yang baik dan lebih erat antara anak-anak penyandang Cerebral Palsy dengan orangtua dan orang-orang disekitarnya.

Referensi

FK UNAIR. (n.d.). Palsi serebral. Surabaya: Jawa Timur.

Handoyo, D.A., Liritantri, W., dkk. (2020). Penerapan konsep A.B.L.E. pada ruang terapi anak berkebutuhan khusus cerebral palsy. ARSITEKTURA: Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, 18(2), 315-326. Diakses dari https://jurnal.uns.ac.id/Arsitektura/article/view/43680

Khobir, A. (2009). Upaya mendidik anak melalui permainan edukatif. Forum Tarbiyah, 7(2), 196-208. Diakses dari http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/forumtarbiyah/article/view/262

Nabila, Z. (2017). “Difabel: mereka bagian dari hidup kita”. https://pijarpsikologi.org/?s=disabilitas Diakses pada 20 Juli 2021 pukul 01.23 WIB.

Pijar Psikologi. (2020). “Membaca buku bersama: alternatif kegiatan edukatif untuk orang tua dan anak selama pandemi”. https://pijarpsikologi.org/membaca-buku-bersama-alternatif-kegiatan-edukatif-untuk-orang-tua-dan-anak-selama-pandemi/ Diakses pada 20 Juli 2021 pukul 01.38 WIB

Pradipta, F.R. (2017). Motion development program for parents of child with cerebral palsy. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Luar Biasa, 4(2), 160-164. Diakses dari http://journal2.um.ac.id/index.php/jppplb/article/view/1736

Pratiwi, P.C.P., Baroto, T.I. (2016). Desain mainan anak khusus penderita cerebral palsy dengan konsep menstimulus koordinasi gerak anak. JURNAL SAINS DAN SENI ITS, 5(2), 249-252. Diakses dari https://www.neliti.com/publications/133892/desain-mainan-anak-khusus-penderita-cerebral-palsy-dengan-konsep-menstimulus-koo

Veronica, N. (2018). Permainan edukatif dan perkembangan kognitif anak usia dini. PEDAGOGI: Jurnal Anak Usia Dini dan Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 49-55. Diakses dari http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Pedagogi/article/view/1939

Wicaksana, R.W., Yuwono, J., Utami, Y.T. (2018). Penerapan permainan monopoli untuk meningkatkan kemampuan motoric halus anak cerebral palsy di Skh Al-Khairiyah Cilegon.  Jurnal UNIK Pendidikan Luar Biasa, 3(2), n.pag. DOI: http://dx.doi.org/10.30870/unik.v3i2.5310

Widinarsih, D. (2019). Penyandang disabilitas Indonesia: perkembangan istilah definisi. JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, 20(2), 127-142. Diakses dari http://jurnalkesos.ui.ac.id/index.php/jiks/article/view/239

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun