Mohon tunggu...
Syaf Anton Wr
Syaf Anton Wr Mohon Tunggu... Penulis - Rakyat Kecil

Sekedar sapa untuk pembaca Kunjungi: www.lontarmadura.com www.rumahliterasisumenep.org www.maduraaktual.blogspot.com www.liliksoebari.blogspot.com www.babadmaduraline.blogspot.com www.lontarmadura.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Perempuan Syaf Anton Wr

8 Juli 2017   04:15 Diperbarui: 8 Juli 2017   05:57 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

wahai perempuan-perempuanku, mari bersijingkat

menuju negeri asing

hari ini adalah ulang tahunmu pertama

ketika kau menggerus nasib jadi noktah

ketika kau menghampar laut jadi ombak

ketika kau menggerai langit jadi bintang

ketika kau mengumbar nafsu jadi nanah

perempuan-perempuanku, helakan nafasmu

lepaskan baju kutangmu, dan bentangkan di dermaga

lalu jadikan mercuar bagi pelaut yang tersesat

dan biarkan mereka lahap menikmati nafas-nafasmu

perempuan-perempuanku, yang kini merenda waktu

sebelum kau kembali ke negeri asalmu

sematkan bunga untuk para lelaki

yang tak pernah mengerti

bahwa tubuhmu adalah jaman

yang akan terus menjadi kesintalan negeri ini

karena kau adalah tonggak waktu

yang melahirkan banyak mesiu

perempuan-perempuanku, segeralah dandani diri

biarkan dadamu mengambang dalam angan

karena lelaki akan segera menyergapmu

dan  akan melahirkan mesiu baru

2016    

Cahaya Perempuan Luka

kubangunkan cahaya untukmu

agar kau berkaca seraya menghitung hari

sambil menuai mimpi yang tak berakhir

meski kau runtuhkan langit

lukamu yang satu, biarkan menganga

biarkan ornamen hidup menyusup didalamnya

karena lukamu adalah bara

yang akan membakar bumi ini

kisah luka telah menjadi sejarah nenek moyang

yang pernah kau sapa dalam rahim ibu

kisah luka akan selalu mendera para pengeja    

perempuan-perempuan perkasa

ada bentuk yang tak tampak

dari helaan nafas panjang kaum penista

dan mengabarkan hiruk pikuknya kota

kota yang menggilas peradaban ini

sampai tubuhmu renta

pekabaran malam telah kusingkapkan  untukmu

dan kualirkan darah untuk basuhmu

lalu biarkan langit bergerai

agar kau lebih tampak dalam warna cahaya

cahaya perempuanmu

2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun