Mohon tunggu...
Syafa Yolanda Putri Bunda
Syafa Yolanda Putri Bunda Mohon Tunggu... Editor - Internasional Relation Student'18

Artikel yang diterbitkan untuk memenuhi Evaluasi Tengah Semester Hubungan Internasional di Asia Pasifik semester gasal 2020/2021, Universitas Kristen Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dinamika Strategi Singapura dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

3 November 2020   10:17 Diperbarui: 3 November 2020   18:32 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

COVID-19 virus baru dan penyakit yang disebabkannya ini tidak dikenal sebelum mulainya wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. COVID-19 ini sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia. 

Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) . 

Semenjak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan wabah virus corona sebagai pandemi. Penyebarannya kini merebak secara global dan memunculkan wilayah-wilayah penularan baru di seluruh dunia, mulai dari Asia, Timur Tengah, Eropa, hingga Benua Amerika. 

Menurut data statistik Global WHO pada tanggal 1 November 2020 tercatat ada 45.942.902 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, termasuk 1.192.644 kematian . 

Sedangkan di wilayah Asia tenggara sendiri menyokong angka kasus kematian sebanyak 144,194 jiwa, angka kematian ini menduduki posisi ke-3 setelah wilayah Eropa diposisi ke-2 dengan angka kematian 285,135 jiwa, sedangkan di posisi pertama dengan angka kematian sebanyak 639,353  jiwa diduduki oleh Wilayah Amerika.

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memuji "pendekatan pemerintah" Singapura dalam penanggulangan Covid-19. Dia juga mengatakan ancaman pandemi telah menjadi sangat nyata, dan mendesak negara-negara di seluruh dunia untuk "tidak menyerah" dalam memerangi penyakit virus corona. 

Ada banyak contoh negara yang menunjukkan bahwa pendekatan semua-masyarakat, semua-pemerintah berhasil, katanya. Terlepas dari sistem perawatan kesehatan publiknya yang sangat baik dan administrasi publik yang efisien, Singapura telah sangat terpengaruh oleh pandemi COVID-19. 

Meskipun kematian di negara kota itu tetap rendah dan upaya pelacakan kontak sebagian besar berhasil, negara itu tetap mengalami tingkat infeksi yang tinggi dan munculnya kelompok infeksi besar di asrama pekerja asingnya. 

Di Singapura, mencatat kasus pertamanya pada 23 Januari 2020. Di luar China, Singapura memiliki kontak terkuat dengan Wuhan, dengan perkiraan 3,4 juta orang melakukan perjalanan antara Wuhan dan Singapura setiap tahun, dan mereka memiliki potensi ancaman eksistensial terbesar karena COVID-19 (WHO, 2020b). Namun, menarik untuk dicatat bahwa tingkat penyebaran infeksi virus korona di Singapura merupakan salah satu yang paling lambat di dunia.

Pada 2003 Singapura telah mengalami wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), yang menewaskan 33 orang sehingga memahami potensi kematian yang dapat ditimbulkan oleh virus baru Covid - 19 yang mempunyai gejala yang hampir sama dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).  

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong turun tangan, mendesak negaranya untuk "tetap tenang". Strategi komunikasi yang jelas ini  hanyalah salah satu senjata Pemerintah dalam menangani  kepanikan dan kekhawatiran masyarakat untuk melawan virus corona baru. Perdana Menteri Singapura juga membuat pidato rutin kepada masyarakat Singapura, dimaksudkan untuk menjelaskan dan meyakinkan.  

"Kami tidak menutup kota kami seperti yang dilakukan oleh Cina, Korea Selatan atau Italia, apa yang kami lakukan sekarang adalah merencanakan ke depan untuk beberapa langkah yang lebih ketat ini, mencobanya, dan mempersiapkan warga Singapura ketika kami benar-benar perlu menerapkannya."katanya dalam pidato nasional bulan Maret 2020.

Di awal krisis, Pemerintah membentuk gugus tugas lintas kementerian, yang mencakup perwakilan dari kesehatan, keuangan, dan banyak kementerian lainnya. Satgas memberikan pembaruan harian kepada publik dan memiliki pesan yang konsisten.  Sistem WhatsApp dengan cepat menerjemahkan pesan Pemerintah ke dalam empat bahasa resmi Singapura - Cina, Inggris, Melayu, dan Tamil.

Selain itu, Singapura juga mengaktifkan jaringan puskesmas yang disebut dengan Klinik Kesiapsiagaan Kesehatan Masyarakat (PHPC). Ini adalah klinik GP dengan keahlian dalam mengobati penyakit pernapasan. 

Pada pertengahan Februari, sekitar 900 klinik PHP telah beroperasi, dengan tujuan menjadi tempat persinggahan pertama bagi orang-orang dengan gejala mirip flu. Mereka bertindak sebagai pusat memilah mereka yang membutuhkan bantuan medis yang lebih serius atau tes dari mereka yang tidak membutuhkan. 

Ini menghilangkan tekanan dari rumah sakit dan menghentikan mereka menjadi sumber infeksi itu sendiri. Ini memungkinkan  cara yang lebih baik untuk mempertahankan pengawasan terhadap pasien yang datang dengan gejala flu atau batuk sehingga kami memiliki data dan statistik yang lebih baik untuk memantau situasi.

Strategi selanjutnya yaitu Pelacakan kontak , melacak orang-orang yang mungkin telah terinfeksi oleh seseorang yang membawa COVID-19. Setelah seseorang dinyatakan positif, petugas kementerian kesehatan mulai melacak secara rinci pergerakan orang tersebut baru-baru ini; di mana mereka berada dan dengan siapa mereka berhubungan. 

“Jika dapat mengidentifikasi kontak suatu kasus sejak dini sebelum timbul gejala, maka  akan dapat memutus rantai penularan da mereka dapat dirujuk untuk pemeriksaan medis lebih awal,” Olivia Oh dari Kementerian Kesehatan menjelaskan. 

Orang yang pernah melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi dapat dimasukkan ke dalam karantina rumah. Melanggar perintah ini akan dikenakan hukuman berat termasuk hukuman penjara.

Sementara banyak negara kalah dalam untuk mengendalikan COVID-19, tanggapan terhadap pemerintah Singapura telah dijadikan contoh oleh banyak orang.  

Sejauh ini, tingkat infeksi dan kematiannya lebih rendah daripada kebanyakan negara lain, meskipun Singapura tidak melakukan “lockdown” sehingga sekolah dan universitas tetap buka, untuk menghindari jatuhnya sektor bisnis yang mulai terpengaruh, negara tersebut sejauh ini menghindari penguncian total yang berlaku di banyak negara lain.  

Namun terlepas dari upaya awal dalam pelacakan kontak dan isolasi, tingkat infeksi COVID-19 telah melonjak di Singapura, menurut data statistik WHO pada tanggal 1 november 2020 tercatat jumlah kasus positif Covid - 19 sebanyak 58.015 ribu jiwa dengan 28 jiwa anggka kematian dan sekarang Singapura mentais salah satu negara yang paling parah terkena dampak di dunia.

Sources
WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard     (diakses pada 1 November 2020).
J.J Woo, (2020). “ Policy capacity and Singapore’s response to the COVID-19 pandemic”.  (diakses pada 1 November 2020).
Oppah Kuguyo, Andre Pascal Kengne, and Collet Dandara, (2020). “Singapore COVID-19 Pandemic Response as a Successful Model Framework for Low-Resource Health Care Settings in Africa?”.  (diakses pada 1 November 2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun