Mohon tunggu...
syamsud dhuha
syamsud dhuha Mohon Tunggu... profesional -

Pemuda, pembelajar dan penulis biografi lepas

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Perang Dagang AS vs Tiongkok, Indonesia Mesti Waspada

26 Maret 2018   19:10 Diperbarui: 26 Maret 2018   19:21 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden Amerika Serikat Donald Trump membuat kejutan dengan membuat kenaikan tarif impor barang dari Tiongkok. Tarif baru tersebut diperkirakan memberi efek hingga US$ 50 miliar atau sekitar Rp 650 triliun. Awalnya hanya baja dan aluminium, tapi Amerika Serikat sedang membidik sekitar 100 produk Tiongkok lainnya. Kebijakan tersebut memantik perseteruan dagang dengan Tiongkok. Meskipun demikian alasan yang dipakai adalah data intelejen AS tentang penyelewengan hak intelektual teknologi AS di Tiongkok.

Sebenarnya itu tidak terlalu mengejutkan karena latar belakang Presiden AS Donald Trump sebagai pengusaha. Dimana manajemen pengelolaan sebuah negara disamakan dengan perusahaan. Apalagi bidang perdagangan yang memiliki efek ekonomi bagi negaranya, apapun pasti dilakukan Trump.

Efek Perang AS vs Tiongkok bagi Indonesia

Indonesia sebenarnya juga sedang berjuang melobi Amerika dan Uni Eropa melalui World Trade Organisation (WTO). Hal itu terkait pajak impor anti dumping sebesar 50,71 persen terhadap produk biodiesel dari Indonesia lantaran subsidi pemerintah terhadap industri sawit. Itu akan berdampak kepada neraga dagang Indonesia. Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor terbesar untuk produk industri nasional dengan nilai sebesar US$ 15 miliar per tahun.

Kebijakan pengetatan yang dilakukan Trump tentu mempunyai efek internasional apalagi jika Tiongkok membalas hal serupa. Indonesia yang menjalin persahabatan dengan dua negara yang sedang 'bertikai' pun akan terkena imbas. Kecil atau besar. Pemerintah sebagai dirijen keberlangsungan ekonomi negara Republik Indonesia diharapkan menyediakan jurus ampuh mengantisipasi dampak perang dagang Amerika dengan Tiongkok.

Memang efek pertikaian dua negara besar tidak dirasakan secara langsung. Namun perlu dengan sungguh-sungguh aparat bidang ekonomi menganalisa dan menimbang jurus terbaik menghadapinya. Jangan kemudian menganggap sepele persoalan yang berdampak pada perekonomian nasional. Terlebih jika pemerintah menunggu ada korban yang menjerit terkena dampak perang dagang tersebut. Tentu kita tidak ingin pengusaha nasional menggelepar tak berdaya yang berakibat lesunya ekonomi secara nasional.

Pemerintah harus menyiapkan serbuan barang Tiongkok yang batal diekspor ke Amerika Serikat karena kebijakan tarif baru. Tentu serbuan barang baja dan alumunium datang dengan harga murah, konsumen senang bagaimana dengan produsen lokal? Disini pemerintah harus menyiapkan jurus agar produsen nasional tidak gulung tikar. Pemerintah bisa membuat aturan persaingan harga barang kompetitif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun