Berita hoax (berita bohong) mempunyai efek pecah belah persatuan yang sangat tajam. Era digitalisasi ternyata mempunyai dua sisi ibarat sebuah pedang. Sisi keuntungan dan kerugian selalu mengikuti, tergantung pada manusianya. Jika dahulu mulutmu adalah harimaumu, era sekarang jempolmu atau jarimu adalah harimaumu. Tinggal pencet geger antar teman, tetangga bahkan sesama anak bangsa.
Bagi manusia yang mempunyai niat jahat selalu ada kesempatan untuk meraup keuntungan. Adalah sekelompok manusia jahat itu berkongsi dalam sara center atau Saracen. Tidak peduli kondisi bangsa akan terpecah belah yang penting rekening penuh terisi sesuai pesanan. Dimulai dari pemilihan presiden RI 2014 silam atmosfir permusuhan terasa baik di darat maupun di dunia maya. Suhu mulai mereda, sekam api yang belum padam sepenuhnya dikipas kembali oleh kelompok Saracen di helatan pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Sentimen Suku, Agama, Ras dan antar golongan (SARA) menjadi bahan bakar sepenuhnya. Beberapa peristiwa bisa dilihat hanya melalui dunia maya, jutaan manusia terkumpul untuk melakukan demonstrasi di pusat ibu kota yang terkenal dengan aksi nomor cantik. Padahal ada tukang kompor seperti Saracen yang memainkan peran dan mendulang rupiah.
Proposal Saracen kepada Siapa?
Gerak cepat aparat kepolisian layak diacungi jempol lima (yang satu meminjam tetangga biar toleran). Aparat melalui kesatuan cyber-nya berhasil membongkar kelompok penyebar kebencian Saracen. Saracen mempunyai 'peternakan' akun di dunia maya yang siap untuk digunakan menyebar kebencian. Menurut keterangan Polisi ratusan ribu akun kloning Saracen siap pakai memenuhi pesanan yang dipatok Rp 75 juta- Rp 100 juta per isu. Luar biasa bukan!
Saat mengamankan kelompok Saracen, aparat juga menyita proposal ujaran kebencian yang sudah siap. Publik menunggu pengembangan kasus Saracen, tujuan proposal dan yang pernah memakai jasa mereka tentunya.
Menurut penulis jika politisi yang memakai jasa mereka, itu bukan hal yang wah atau mengagetkan. Berbeda jika pemakai jasa mereka adalah orang atau masyarakat biasa, maka itu sangat mengejutkan. Apa yang dicarinya dan apa tujuannya mempunyai daya kejut luar biasa seandainya benar orang biasa yang memanfaatkan jasa jahat sekelompok orang yang tergabung dalam Saracen. Jika politisi yang memesan, publik tidak akan terkejut paling komentar yang keluar 'ohh pantesan bla..bla..bla..', atau 'gila ya merebut kekuasaan begitu amat bla..bla..bla..
Walhasil, publik menunggu aparat mengungkap pemesan jasa kejahatan Saracen yang sempat mengoyak persatuan dan kesatuan Republik Indonesia.
Menghindari Jadi Akun Ternak Saracen
Untuk publik, terbongkarnya kelompok penyebar kebencian seperti Saracen harus jadi momentum kesadaran bahwa ada oknum yang ingin Indonesia terpecah belah. Untuk itu, diharapkan masyarakat memilah sumber bacaan atau portal berita online yang terpercaya bukan abal-abal tanpa mencantumkan nama redaksi.Â
Jika menemukan sebuah berita atau artikel biasakan membaca tuntas bukan terpaku pada judul kemudian ikut nge-share. Memilih berita atau artikel yang mengandung fakta bukan hoax serta bermanfaat. Â Hal tersebut diatas merupakan upaya agar kita bukan menjadi bagian dari akun ternakan kelompok kejahatan Saracen. Satu lagi, jika kita tidak mempunyai info mencukupi kemudian ikut nge-share isu produk Saracen secara sadar atau tidak sadar kita menjadi akun ternakan Saracen.
Ini penting dikampanyekan karena penulis yakin, kelompok kejahatan Saracen tidak akan pernah kapok. Selama masih ada pemesan kejahatan, selama itu pula Saracen akan eksis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H