Kota Bogor Mulai Merasakan Dan Transisi angkutan kota (angkot) konvensional berbahan bakar fosil ke angkot listrik. Kebijakan ini tidak hanya bertujuan untuk menakan emisi karbon dan polusi udara, tetap juga perubahan signifikan dalam perekonomian lokal.
Program konversi angkot ini di dorong oleh kerja sama antara pemerintah kota bogor, kementrian perhubungan dan sektor wisata. Angkot listrik di harapkan mampu meningkatkan efisiensi transportasi sekaligus membuka peluang ekonomi baru di berbagai sektor, seperti energi dan industri otomotif. Namun perubahan ini juga menghadapi sejumlah tantangan, terutama terkaitinfestasi dan adaptasi operasional.
Sigit irfansyah, direktur transportasi jalan kemenhub, melihat bahwa program ini dapat meningkatkan daya saing ekonomi daerah dengan menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi dan otomotif serta mendukung perkembangan ekowista yang berfokus pada transportasi ramah lingkungan. Ia juga menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam memberi subsidi dan pembiayaan yang memadai agar transisi ini dapat diakses lebih luas.
Pengemudi dan operator angkot melaporkan bahwa biaya operasional kendaraan listrik lebih rendah di banding angkot konvesional. "dulu pengeluaran untuk bahan bakar bisa mencapai Rp.10.000 perhari,sekarang dengan angkot listrik, biaya perhari jauh lebih murah" kata budi salah satu pengemudi angkot listrik yang telah beroperasi di Bogor. Selain itu biaya perawatan kendaraan listrik lebih rendah karna komponen mesin yang lebih sederhana
Perubahan ke angkot listrik juga memunculkan peluang bisnis di sektor energi, terutama dalam pengadaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum ( SPKLU ). Beberapa investor mulai membuka SPKLU di titik-titik strategis kota untuk mendukung operasional angkot listrik. Industri jasa perawatan kendaraan listrik dan pemasaran baterai juga mulai berkembang di bogor, menciptakan lapangan kerja baru bagi warga lokal.
Budi Karya Sumadi, mentri perhubungan, menyebutkan bahwa tantangan utama transisi ini melibatkan investasi dalam infrastruktur pengisian daya (SPKLU) agar transisi berjalan lancar. Menurutnya, infestasi dari pemerintah pada infrastruktur ini adalah kunci untuk memaksimalkan manfaat lingkungan dan ekonomi dari transisi menuju kendaraan listrik.
Meskipun memberikan efisiensi operasional, harga angkot listrik sampai ratusan juta rupiah masih menjadi kendala bagi banyak pemilik angkot. Pemerintah memberikan insetif berupa subsidi dan kredit ringan, namun sebagai pemilik angkot mengaku masih kesulitan untuk beralih karena khawatir tentang keberlanjutan dan keberuntungan jangka panjang, angkot listrik memang lebih hemat, tetapi harga beli nya masih tinggi.
Perubahan pola operasional angkot juga memengaruhi pendapat pengemudi. Waktu pengisian daya yang lebih lama di bandingkan pengisian daya bahan bakar membuat beberapa pengemudi harus menyesuaikan jadwal mereka namun penurunan biaya operasional memberikan keuntungan tambahan yang dapat menutup potensi berkurang nya waktu operasional dalam jangka panjang angkot listrik di proyeksikan dapat meningkatkan kualitas transportasi di daerah kota bogor dan menarik lebih banyak penumpang terutama wisatawan yang mengutamakan trasnportasi ramah lingkungan. Pemerintah juga optimis bahwa sektor pariwisata akan semakin berkembang seiring dengan modenisasi sistem trasportasi di kota ini.
Adapun Solusi dari angkot konvensional ke angkot listrik di kota bogor bisa mempengaruhi berbagai aspek ekonomi,baik secara positif maupun negatif. Untuk mengatasi dampak negatif dan mengoptimalkan manfaat ekonomi dari perubahan ini,contoh yang bisa di ambil seperti subsidi dan insentif untuk pengemudi angkot, tantangan biaya kendaraan listrik yang lebih tinggi di bandingkan dengan angkot konvensional  bisa menjadi kendala bagi pengemudi untuk melakukan pergantian,
solusinya pemerintah kota bogor dapat menawarkan subsidi, insentif pajak, atau skema pembiyaan yang lebih terjangkau. Misalnya, potongan harga kendaraan, insentif pajak untuk kendaraan ramah lingkungan, atau pinjaman dengan bunga rendah.
Dengan langkah tersebut, transisi ke angkot listrik dapat dikelola dengan baik, mengurangi dampak negatif dan mengoptimalkan dampak ekonomi dan lingkungan di daerah kota bogor.
Perubahan dari angkot konvesional ke angkot listrik membawa dampak ekonomi signifikan bagi kota bogor. Di satu sisi, efisiensi operasional dan peluang bisnis baru di sektor energi memberikan dampak positif, namun tantangan infestasi dan operasional perlu segera di atasi agar manfaat ekonomi dapat di rasakan secara optimal oleh seluruh pemangku kepentingan. Pemerintah berharap transisi ini menjadi contoh sukses transportasi berkelanjutan di indonesia dan mendukung pertumbuhan ekonomi hijau di masa depan.