Pendahuluan
Setidaknya semua orang yang lahir di dunia pernah belajar. Bahkan, pemerintah mewajibkan bagi warga negara Indonesia untuk belajar paling tidak selama 12 tahun, yaitu pada jenjang sekolah dasar sampai menengah. Hasil dari proses belajar adalah perubahan atas sikap seseorang.Â
Misalnya seseorang yang merasa tahu pernah dan tahu jalan ke suatu tempat, merasa lebih "pintar" dibandingkan orang yang belum tahu tempat tersebut. Seorang guru dianggap lebih tinggi karena memahami gaya Fisika dibandingkan murid-muridnya. Di dalam artikel ini, kita membahas topik tentang belajar dan mengukur level berpikir secara singkat.
Arti Belajar
Asal kata "belajar" adalah dari kata dasar  "ajar" yang merupakan kata serapan dari bahasa Jawa Kuno, yang artinya "latihan." Mendapatkan awalan ber-, dan dengan huruf  "r" mengalami peluruhan, maka kata jadian menjadi kata "belajar," bukan berajar. Bila mengacu kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terdapat beberapa 4 arti "belajar," yaitu berusaha mendapatkan kepandaian atau ilmu; berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman; berlatih.
Bila melihat padanan pada bahasa Inggris, yang cocok adalah kata "learn," di mana menurut kamus Merriam Webster artinya "to gain knowledge; to come be able," atau memperoleh pengetahuan; menjadi mampu. Jadi kata "belajar" sepadan dengan kata "learn."
Seseorang yang sedang membaca sebuah buku tentang mengapa seekor kucing sering menggerak-gerakkan ekornya, berarti ia sedang belajar agar memperoleh pengetahuan tentang kucing. Seorang pesepakbola dengan tekun sedang mendengarkan petunjuk dari pelatih, berarti sedang belajar. Seorang anak yang sedang mencoba memajukan dan mengendarai sepeda berarti juga sedang belajar.
Ada cukup banyak definisi tentang "belajar" menurut berbagai ahli. Sebagian besar definisi menyatakan bahwa belajar merupakan perbuatan dan proses yang dilakukan oleh seseorang dengan sengaja. Hasil dari belajar adalah terjadi suatu perubahan pada mereka, baik pada aspek tingkah laku, cara berpikir, sikap, ataupun perbuatan. Misalnya, seseorang yang sudah belajar dan mengetahui bahwa api menyebabkan panas dan bisa membakar, maka dia akan bersikap hati-hati pada saat memperlakukan api. Munculnya sikap hati-hati ini diperoleh setelah yang bersangkutan melalui proses belajar.
Belajar bagi manusia menyangkut 3 aspek, yaitu aspek kognitif, advektif, dan psikomotorik. Penjelasan secara singkat dari masing-masing aspek adalah sebagai berikut:
- Aspek kognitif; aspek yang berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menangkap, memikirkan, dan memahami sesuatu. Di dalamnya mencakup proses-proses berkaitan dengan mental, seperti mengingat, memahami, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Aspek ini dianggap sebagai domain paling erat terkait pembelajaran secara akademik.
- Aspek advektif; aspek ini berhubungan dengan sikap, perasaan, emosi, dan nilai-nilai secara individu. Mencakup juga tentang bagaimana seseorang memberikan tanggapan secara emosional terhadap objek, orang, atau situasi tertentu. Aspek ini dianggap sangat penting dalam membentuk sikap dan motivasi pembelajaran.
- Psikomotorik; aspek ini berhubungan dengan keterampilan fisik atau gerakan otot-otot manusia, di mana melibatkan pula koordinasi antara otak dan organ-organ tubuh untuk menghasilkan gerakan dan tindakan tertentu. Termasuk juga kemampuan-kemampuan untuk melakukan tugas-tugas secara fisik yang tentu membutuhkan kendali dan keterampilan motorik, misalnya gerakan tangan, jari, kaki, mata, dan sebagainya.
Pada beberapa objek pembelajaran, mungkin saja lebih menekankan pada salah satu atau kombinasi dari masing-masing aspek tergantung materi dan tujuan dari pembelajaran tertentu. Misalnya, pembelajaran matematika mungkin lebih pada aspek kognitif dan psikomotorik terkait kemampuan menuliskan dan memecahkan soal dengan teknik dan penjabaran berbagai solusi.
Sebaliknya, pembelajaran materi menari lebih menekankan pada aspek psikomotorik dan sikap dibanding pada aspek kognitif.
Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah alat, metode, atau teknik yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran kepada peserta belajar. Media pembelajaran ini berperan sebagai sarana pendukung dalam proses belajar mengajar, membantu peserta belajar untuk memahami materi secara lebih mudah dan mendalam. Media pembelajaran dapat berbentuk visual, audio, atau kombinasi keduanya, yang diadaptasi berdasarkan kebutuhan dan karakteristik peserta belajar.
Terdapat berbagai jenis media pembelajaran yang dapat digunakan di berbagai tingkatan pendidikan. Secara umum, media pembelajaran dibagi menjadi beberapa kategori utama:
- Media Visual; Media ini mengandalkan indera penglihatan, seperti gambar, grafik, poster, peta, atau model. Penggunaan media visual membantu untuk memperjelas konsep-konsep abstrak yang sulit dijelaskan hanya dengan kata-kata.
- Media Audio; Media ini melibatkan suara, seperti rekaman audio, podcast, atau siaran radio. Media audio efektif untuk melatih kemampuan mendengar dan mengembangkan pemahaman terhadap materi secara auditori.
- Media Audiovisual; Media ini menggabungkan antara elemen visual dan audio, seperti video pembelajaran, animasi, atau film. Media audiovisual sering digunakan untuk memperkaya pengalaman belajar dengan menyajikan informasi sehingga lebih interaktif.
- Media Interaktif; Media ini memberikan fasilitas interaksi langsung antara peserta dengan materi pembelajaran, seperti perangkat lunak, aplikasi edukatif, atau platform e-learning. Media interaktif mendorong keterlibatan peserta secara aktif dalam proses belajar.
Tingkat Pemahaman
Tingkat pemahaman atas materi belajar merupakan tahapan-tahapan yang dilalui oleh peserta didik dalam memahami dan menguasai sebuah konsep atau informasi. Setiap tingkat mengacu kedalaman pemahaman serta kemampuan peserta belajar dalam mengaplikasikan pengetahuan tersebut. Berikut ini adalah beberapa tingkat pemahaman yang umum dalam proses belajar:
- Tingkat Pemahaman Dasar (Recall); Pada tingkat ini, peserta hanya mampu mengingat atau mengenali informasi dasar yang telah dipelajari. Pemahaman ini biasanya melibatkan hafalan fakta, istilah, atau konsep tanpa memerlukan analisis mendalam. Contohnya, peserta dapat mengingat definisi dari suatu istilah atau mengulang rumus matematika tanpa benar-benar memahami penggunaannya.
- Tingkat Pemahaman Interpretatif; Pada tingkat ini, peserta mulai memahami makna atau arti dari informasi yang telah dipelajari dan dapat memberikan penjelasan yang lebih mendalam. Peserta tidak hanya sekadar mengingat informasi, tetapi juga dapat mengartikulasikan apa yang dipelajari dengan kata-kata mereka sendiri. Contoh: Menjelaskan konsep gravitasi dalam bahasa sederhana atau menerangkan fungsi hati dalam sistem pencernaan.
- Tingkat Pemahaman Aplikatif; Pada tahap ini, peserta mampu menggunakan informasi atau konsep yang telah dipelajari untuk menyelesaikan masalah nyata atau menerapkannya dalam situasi baru. Pemahaman ini melibatkan kemampuan menghubungkan pengetahuan teoritis dengan praktik atau dunia nyata. Contoh: Menggunakan rumus matematika untuk menghitung luas permukaan sebuah bangunan atau menerapkan konsep hukum fisika dalam kehidupan sehari-hari.
- Tingkat Pemahaman Analitis; Pemahaman analitis mengacu pada kemampuan peserta untuk menguraikan informasi atau konsep menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, kemudian menganalisis bagaimana elemen-elemen tersebut saling berhubungan. Pada tingkat ini, peserta mampu mengidentifikasi pola, hubungan sebab-akibat, serta memahami struktur atau fungsi suatu konsep. Contoh: Menganalisis mengapa suatu peristiwa sejarah terjadi atau membedah sebuah teks sastra untuk mengidentifikasi tema dan motif yang mendasarinya.
- Tingkat Pemahaman Sintesis; Pada tingkat ini, peserta dapat menggabungkan berbagai informasi atau konsep untuk menciptakan pemahaman baru atau solusi inovatif. Pemahaman sintesis menuntut kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan dari berbagai sumber atau bidang studi dan menggunakannya untuk menghasilkan ide-ide baru. Contoh: Mengembangkan strategi bisnis berdasarkan analisis pasar atau menciptakan karya seni yang menggabungkan berbagai aliran dan gaya.
- Tingkat Pemahaman Evaluatif; Pemahaman evaluatif adalah tahap di mana peserta mampu menilai atau mengevaluasi informasi berdasarkan kriteria atau standar tertentu. Mereka dapat memberikan justifikasi terhadap pendapat atau keputusan mereka, serta membuat penilaian yang didukung oleh bukti atau data yang relevan. Contoh: Mengevaluasi argumen dalam debat politik atau menilai efektivitas sebuah kebijakan publik berdasarkan data yang ada.
- Tingkat Pemahaman Kreatif; Pada tingkat pemahaman kreatif, peserta mampu menciptakan sesuatu yang orisinal berdasarkan pengetahuan dan pemahaman yang telah mereka pelajari. Ini melibatkan kemampuan berpikir kritis, menggabungkan berbagai konsep, serta berinovasi. Contoh: Menciptakan teknologi baru yang memecahkan masalah lingkungan atau menulis novel berdasarkan pemahaman mendalam tentang karakter dan plot.
- Tingkat Pemahaman Metakognitif; Ini adalah tingkat pemahaman yang tertinggi, di mana peserta tidak hanya memahami materi, tetapi juga mampu menyadari proses berpikir mereka sendiri. Mereka dapat mengatur, memantau, dan mengevaluasi strategi belajar mereka, serta menyadari bagaimana cara mereka belajar paling efektif.
Teknik Menghafal
Salah satu tingkat dalam belajar adalah menghafal, yaitu menyimpan sesuatu pada memori otak sedemikian rupa sehingga bisa dikeluarkan kembali pada waktu kemudian. Ada beberapa teknik yang umumnya disarankan untuk menghafal materi belajar, antara lain sebagai berikut:
- Teknik mnemonik; teknik ini menggunakan teknik menghubungkan (asosiasi) ataupun alat-alat bantu memori sebagai pembantu untuk mengingat suatu informasi, misalnya membuat singkatan, Â frasa, atau merangkai suatu cerita tertentu untuk memudahkan untuk diingat.
- Metode loci; teknik menghafal dengan cara menghubungkan informasi yang perlu diingat dengan lokasi-lokasi tertentu yang sudah sangat dikenal, misalnya rumah atau jalan yang sering dilalui.
- Chunking; teknik ini dilakukan dengan cara memecah informasi menjadi unit-unit yang lebih kecil atau "chunk" agar lebih mudah diingat.
- Pengulangan terjadwal; teknik ini dilakukan dengan cara mengulang informasi pada selang waktu tertentu, dan dengan berjalannya waktu, selang waktu pengulangan makin panjang. Para penghafal Al Quran biasanya menggunakan teknik ini, di mana mereka secara terjadwal membaca hafalan sendiri maupun di depan gurunya.
- Peta pikiran (mind map); teknik ini menggunakan visualisasi berupa kombinasi gambar dan tulisan dimulai dari ide utama, bercabang ke beberapa ide cabang, dan selanjutnya ke ide-ide cabang yang lebih kecil.
- Teknik SQ3R; teknik ini dirancang untuk meningkatkan pemahaman dan ingatan dari materi bacaan, singkatan dari Survey (survei bahan bacaan), Question (pertanyaan mengenai harapan dari materi bacaan), Read (membaca materi belajar secara teliti untuk mendapatkan jawaban  pertanyaan), Recite (mengingat kembali dan merangkum teks, tanpa melihat bacaan), dan Review (meninjau kembali materi bacaan untuk memperkuat ingatan).
- Visualisasi; teknik ini dilakukan dengan membuat berbagai gambar yang secara mental jelas dan hidup dari informasi yang perlu dihafalkan.
- Rekaman suara dan dengarkan; teknik ini dilakukan dengan merekam diri sendiri terhadap materi bacaan yang perlu dihafal, dan selanjutnya mendengarkan rekaman tersebut berulang kali.
- Teknik Feynman; teknik ini dilakukan dengan cara mengajarkan kembali materi bacaan secara sederhana dan mudah dipahami, seolah-olah Anda menjelaskan kepada orang lain.
Taksonomi Bloom
Seorang ahli psikologi pendidikan dari Universitas Pennsylvania, Benjamin Bloom, pada tahun 1956, mengusulkan suatu hierarki keterampilan berpikir. Di dalamnya mencakup mulai dari tingkatan rendah sampai dengan tingkatan tinggi, dan selanjutnya disebut dengan Taksonomi Bloom (TB). Di dalamnya mencakup 3 aspek pembelajaran, yaitu aspek kognitif, advektif, dan psikomotorik. Semula TB terdiri 6 tingkatan keterampilan berpikir dengan sebutan: Pengetahuan, Pemahaman, Penerapan, Analisis, Sintesis, dan Evaluasi.
Menurut TB, pengetahuan digolongkan menjadi 4 jenis sebagai berikut:
- Fakta: berupa informasi yang merujuk kepada berbagai fenomena dalam pembelajaran.
- Konseptual: tercakup di dalamnya adalah kategorisasi atau klasifikasi, struktur, generalisasi-spesialisasi, model, dan teori.
- Prosedur: berupa rangkaian langkah yang melibatkan teknik dan metode khusus, algoritma, dan menentukan waktu kapan saat menggunakan.
- Metakognitif: mencakup strategi dalam pengambilan keputusan, pengetahuan tentang diri sendiri, dan memikirkan tentang pemikiran (thinking about thinking).
TB versi 2001, yang sudah direvisi oleh Krathwohl, dkk., terdapat 2 kategori keterampilan berpikir, yaitu keterampilan berpikir tingkat rendah yang mencakup: mengingat, memahami, menerapkan, dan menganalisis. Kedua, keterampilan berpikir tingkat tinggi yang mencakup: mengevaluasi dan mengkreasi.
Penjelasan dari masing-masing keterampilan berpikir adalah sebagai berikut:
- Mengingat; merupakan tingkat pembelajaran paling dasar, meskipun memungkinkan mencakup informasi yang rumit, bisa berkaitan dengan subjek, fakta, angka, sistem, maupun teori yang telah disampaikan orang-orang lain. Kata kerja yang umum digunakan: mengingat, mengenali atau mengidentifikasi.
- Memahami; mengetahui lebih banyak atau lebih lengkap arti dari informasi yang sedang dipelajari. Kata kerja yang umum digunakan: mencontohkan, menafsirkan, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan.
- Menerapkan; mempergunakan pengetahuan yang sudah dikuasai dengan cara baru dan diterapkan untuk memecahkan masalah yang lebih rumit. Kata kerja yang digunakan: menerapkan, mengimplementasikan, melaksanakan.
- Menganalisis; memecah informasi ke dalam beberapa bagian dan selanjutnya memeriksa masing-masing dan melihat struktur atau hubungan antara informasi satu dengan lainnya. Kata kerja yang digunakan: membedakan, mengorganisasikan, mendekonstruksi.
- Mengevaluasi; memberikan penilaian terhadap apa telah ditemukan sejauh ini dan mampu membuat rekomendasi atau memberikan saran-saran atau ide-ide inovatif. Kata kerja yang digunakan: mencek, mengkritisi.
- Mengkreasi (mencipta); membuat penyusunan atau pengaturan ulang informasi dan menggabungkan dengan berbagai informasi lain untuk menciptakan sesuatu yang baru. Kata kerja yang digunakan: membangkitkan, merencanakan, menghasilkan (memroduksi).
Penutup
Belajar menyangkut di dalamnya aspek-aspek secara psikologis, yaitu kognitif, advektif, dan psikomotorik. Sesuai dengan materi pembelajaran akan ditujukan pada salah satu atau gabungan aspek di atas. Masing-masing aspek memiliki jenis tersendiri, mulai sekadar mengingat atau menghafal pengetahuan tertentu, sampai dengan seorang peserta mampu menciptakan sesuatu sesuai sasaran pembelajaran yang dimaksud.
Penting bagi para peserta belajar dan mengukur level berpikir sampai pada tingkatan mana suatu pengetahuan tertentu harus dikuasai. Umumnya hasil akhir dari proses belajar tidak sekadar mengingat atau menghafal, namun juga pada perubahan sikap seseorang atas topik tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H