Mohon tunggu...
Swiss German University Official
Swiss German University Official Mohon Tunggu... -

Swiss German University Prominence Tower Campus Jalan Sutera Barat Kav 15, Alam Sutera, Tangerang Marketing Hotline: +62 811-8010-600

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terhadap Penutupan Paksa Kampus Swiss German University : Kami Tahu Kebenarannya

25 Desember 2016   17:59 Diperbarui: 2 Januari 2017   10:00 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Sabtu (17/12) sore kemarin, saya mendapat kiriman foto-foto keadaan kampus saya Swiss German University. Sangat sedih melihat akses ke kampus saya sudah ditembok dan diblokir oleh pengelola properti yang namanya tidak asing bagi kita.

Sebelumnya saya cerita dulu kenapa saya mau kuliah di SGU dan kenapa saya sayang sama kampus saya ini. Padahal kalau tanya orang, nggak banyak yang mengenal kampus yang berlokasi di EduTown BSD ini.

Saya mencari kampus yang bertaraf internasional, lokasi yang terjangkau, dan bisa pergi ke luar negri saat kuliah. Dan teman saya menyarankan saya daftar ke SGU. Ya kenapa tidak? Bahasa pengantar bahasa inggris, bisa ditempuh dalam waktu 15 menit dari rumah saya dengan mobil, dan semester 6 saya bisa pergi magang di Jerman. Magang loh, bukan kuliah! Ya kuliah sih, tapi cuman sebulan. Sisanya magang.

Semester 6 kemarin alias Februari 2016, saya berangkat ke Jerman dengan perasaan senang, excited, dan sinonimnya.

Tapi, pada bulan April, saya terkena leukemia. Hal ini membuat saya harus berhenti semua kegiatan perkuliahan dan fokus berobat hingga sekarang.

Terus apa hubungannya sama SGU, Dir?

SGU membantu saya dari segala hal selama pengobatan saya berlangsung.

Ibu Mitta dari Internship Office saat mendengar kabar saya langsung datang ke kampus di hari Sabtu untuk membuatkan surat yang ditujukan kepada kedutaan agar pembuatan visa ibu saya bisa dipercepat.

Frau Will alias konsultan dari SGUW di Jerman berhubungan terus dengan perusahaan asuransi saya agar saya bisa mendapatkan asuransi pemerintah dari privat.

Dosen-dosen saya terus menanyakan keadaan saya disini dan membantu agar saya bisa tetap mengikuti kegiatan akademis walaupun dari jauh.

Pak Chris Kanter, selaku ketua Yayasan SGU, turut aktif menghubungi kedutaan Jerman di Jakarta untuk membantu ibu saya agar mendapatkan visa menetap di Jerman untuk menemani saya.

Saya pun banyak dikirimi oleh senior dan junior doa saat mereka mendengar kabar kalau saya sakit. Bahkan, ada alumni yang saya tidak kenal datang menjenguk saya. Beliau katanya mendengar kabar saya sakit dari salah satu staff SGU.

Tak hanya itu, saya dikirimi video dari dosen-dosen dan staff SGU yang sering saya temui waktu saya di kampus dulu. Dan saya juga dikirimi surat-surat kecil yang berisikan pesan agar saya cepat sembuh dari dosen, staff, dan junior saya.

Bagaimana saya nggak sedih kampus saya diblokir dan ditemboki? Memang kegiatan perkuliahan semester ganjil sudah selesai pada hari Jumat sebelum pembangunan tembok dimulai. Tapi bagaimana dengan teman-teman saya yang mau thesis? Bagaimana mereka berkomunikasi dengan para dosen pembimbing? Bagaimana teman-teman saya yang di jurusan lain yang perlu menggunakan lab di kampus?

Kampus tersebut sudah seperti rumah kedua saya. Saya dulu ikut organisasi, kegiatan tari saman, bahkan saya sering stay hingga malam di kampus untuk melakukan photoshoot di studio kampus bersama teman-teman sekelas saya. Rapat bersama staff SGU pun sering kami lakukan karena mengikuti organisasi.

Orang-orang yang berada di kampus itu sudah bukan orang-orang asing lagi bagi saya. Mereka adalah keluarga.

Mungkin kami memang kecil dalam jumlah, tapi semangat kami untuk mempertahankan SGU sangat besar. Karena kami tahu mana yang benar, dan mana yang rakus.

Saya yakin ini semua ada hikmahnya dan akan ada pencerahan di balik semua ini.

15622056-10210028250555994-546220210694843935-n-585fa63e327b610e082d7fdc.jpg
15622056-10210028250555994-546220210694843935-n-585fa63e327b610e082d7fdc.jpg
15622686-10210028250155984-3883339608135196099-n-585fa6728efdfd03076e42fe.jpg
15622686-10210028250155984-3883339608135196099-n-585fa6728efdfd03076e42fe.jpg
15665541-10210028249995980-4468634972524029070-n-585fa68310977300251975d4.jpg
15665541-10210028249995980-4468634972524029070-n-585fa68310977300251975d4.jpg
P.S. Foto-foto ini saya dapat dari beberapa grup chat, bukan saya yang ambil.

Tulisan oleh Clarines Sadira (Mahasiswi Swiss German University Semester 6) yang diambil dari akun Facebook beliau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun