Mohon tunggu...
SuburWidodoDipoSandiwirya
SuburWidodoDipoSandiwirya Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Apa dan bagaimana kita mencari akan dipertanggungjawabkan nanti.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kuliah Kedokteran Mahal, Lari ke Tiongkok dan Filipina

17 Juli 2014   20:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:03 2327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan dokter saat ini masih menjadi pilihan terfavorit para lulusan SMU di Indonesia. Terbukti fakultas kedokteran menjadi pilihan yang paling diminati para calon mahasiswa baru setiap tahunnya. Namun untuk menjadi dokter, bukanlah perkara mudah. Mahalnya biaya pendidikan kedokteran di Indonesia menjadi masalah klasik yang tidak hanya dirasakan oleh masyarakat golongan miskin tetapi masyarakat golongan menengah pun ikut mengeluhkan hal yang sama. Walaupun pemerintah sudah berupaya menurunkan biaya pendidikan dengan menerapkan uang kuliah tunggal, tetapi kebijakan tersebut belum dapat diimplementasikan oleh seluruh fakultas kedokteran dari perguruan tinggi negeri di Indonesia.

UU No. 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran memberikan jaminan bagi masyarakat miskin yang berprestasi dapat mengikuti kuliah di fakultas kedokteran. Tetapi kapan kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dan dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat? Bagaimana dengan biaya pendidikan kedokteran di perguruan tinggi swasta? Bukankah FK swasta berbiaya mahal? Pembatasan kuota jumlah mahasiswa baru saja dapat membuat FK PTS kolaps, karena mereka hidup dari biaya yang dipungut dari mahasiswa.

Pendidikan dokter dan dokter gigi memang tergolong pendidikan yang berbiaya mahal. Hal tersebut menjadi salah satu alasan bagi orang-orang Indonesia memilih kuliah kedokteran di Tiongkok dan Filipina. Karena negara-negara tersebut menerapkan biaya murah bagi calon dokter dan dokter gigi, dan lebih murah biayanya dibandingkan pendidikan kedokteran di Indonesia. Apakah pendidikan mahal juga berbanding lurus dengan mutu dokter dan dokter gigi yang dihasilkan? Apakah pendidikan mahal juga menjamin kualitas proses pendidikan? Apakah biaya rendah akan menghasilkan mutu yang rendah juga? Apakah pendidikan murah tidak mampu menghasilkan produk yang berkualitas? Mahalnya biaya pendidikan dokter dan dokter gigi berpengaruh pada mahalnya biaya pelayanan kedokteran di rumah sakit. Tetapi bagaimana dengan kualitas pendidikan kedokteran di Indonesia dengan di luar negeri? Pemerintah dan masyarakat tentu akan menilai dari mutu produk yang dihasilkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun