Stretenski Boulevard
Oleh: W.S Rendra
Di sepanjang Sretenski Boulevard
kuseret langkahku
dan kebosananku.
Di bawah naungan pepohonan rindang
di sepanjang jalan bersih dengan bunga-bungaan
kucekik kebosananku
dalam langkah-langkah yang lamban.
Di Sretenski Boulevard
di bangku panjang
di antara pasangan berciuman
dan orang tua membaca buku
kuhenyakkan tubuhku yang lesu
kuhenyakkan kebosananku.
Maka
sambil diseling memandang
pasangan yang lewat bergandengan
dan ibu mendorong bayi dalam kereta
kupandang pula di depanku
kelesuanku dan kejemuanku.
Terang bukan soal kesepian
di tengah berpuluh teman
dan wanita untuk berkencan.
Masing-masing orang punya perkelahian.
Masing-masing waktu punya perkelahian.
Dan kadang-kadang kita ingin sepi serta sendiri.
Kerna, wahai, setanku yang satu
bernama kebosanan!
Di sepanjang Sretenski Boulevard
di sepanjang Sretenski Boulevard
di tempat yang khusus untuk ini
kuseret langkahku
dan kebosananku.
Lalu kulindas
di bawah sepatu.
Dr. (H.C.) Willibrordus Surendra Broto Narendra, S.S., M.A. (7 November 1935 – 6 Agustus 2009), atau yang lebih dikenal dengan W.S. Rendra, adalah seorang penyair, dramawan, pemeran, dan sutradara teater berkebangsaan Indonesia. Sejak muda, Rendra menulis puisi, skenario drama, cerpen, dan esai sastra di berbagai media massa. Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok.
Rendra pernah menempuh pendidikan di Universitas Gajah Mada dan dia menerima gelar Doktor Honoris Causa. Penyair yang kerap dijuluki sebagai “Burung Merak” ini melahirkan banyak seniman, antara lain Sitok Srengenge, Radhar Panca Dahana, Adi Kurdi, dan lain-lain.