Mohon tunggu...
Swara Mahardhika
Swara Mahardhika Mohon Tunggu... -

Penikmat fotografi, film, tulisan dan gambar bertema alam, hidup dan kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aksara Kehidupan

12 Maret 2012   02:08 Diperbarui: 3 November 2015   08:57 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 
 Saat mengetahui istilah -aksara- tidak semestinya kita memahaminya sebatas pada barisan huruf yang membentuk kata atau kalimat. Sebab, makna aksara ternyata lebih luas dari hanya sekedar sinonim huruf.

Suatu tanda grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi seperti garis, titik, pola, atau sistem tanda grafis yang mampu membentuk pesan yang dipahami dapat juga dikatakan sebagai aksara. Sehingga istilah aksara dapat juga ditujukan untuk gambar atau simbol atau media visual apapun yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan.
Sederhananya, aksara adalah media visual (terlihat secara kasat mata) yang digunakan manusia untuk bisa saling memahami antara satu sama lain. Karena dengan adanya kesepakatan pemahaman, maka akan tercipta komunikasi yang efektif. Dampak yang dihasilkan dari komunikasi efektif itulah yang akan memberikan nuansa harmonis dalam sistem kehidupan manusia.

Jika hal tersebut tidak terjadi, maka aksara akan kehilangan maknanya. Jika aksara sudah kehilangan maknanya, maka efektifitas suatu pesan tidak akan pernah terjadi. Jika efektifitas komunikasi tidak terjadi, maka akan muncul ketidaksepakatan yang berdampak pada tidak harmonisnya sistem kehidupan manusia itu sendiri.
Contoh sederhana dapat dibuktikan bahwa semua pengendara kendaraan bermotor paham bahwa makna dari lampu merah adalah berhenti. Namun ketika ada pengendara yang tetap jalan pada saat lampu masih menyala merah, saat itulah terjadi pelanggaran yang tentunya berpotensi menyebabkan ketidakharmonisan dalam sistem lalu lintas, yaitu kecelakaan. Karena aksara dalam simbol "lampu merah" sudah kehilangan maknanya.
Kasus tersebut bisa juga dikatakan metafora yang mendukung bahwa keharmonisan dalam suatu sistem adalah hal mutlak yang juga berlaku dalam sistem kehidupan manusia dan juga alam semesta.

Pada skala global, krisis multidimensi yang terjadi sudah tidak bisa kita pungkiri lagi. Terjadinya resesi ekonomi, peperangan, pemberontakan, kerusuhan, kelaparan, penindasan, dan segala hal yang masuk dalam kategori penyebab rusaknya kedamaian dan kesejahteraan di dunia adalah bukti nyata yang membuat kita sudah tidak mungkin lagi menutup mata sambil berdiam diri dan merasa seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Melihat kondisi tersebut, maka perlu adanya upaya untuk bisa mengatasi disharmonisasi yang telah terjadi di segala aspek kehidupan manusia. Sudah saatnya kita saling membagi informasi positif yang membangun di tengah kerusakan yang disebabkan serangan krisis global ini.

Marilah bersama-sama kita memanusiakan diri kita. Menyadarkan diri kita. Mengingatkan diri kita. Sehingga kita sebagai manusia mampu mengembalikan citranya sebagai penjaga dan perawat bumi yang menjadi rumah kita bersama ini. Ingat! Tuhan telah memberikan bumi-Nya untuk kita jaga dan kita rawat, bukan sebaliknya.

Percayalah, bahwa semua itu dapat terwujud apabila kita mampu mencapai kesepakatan dalam pemahaman dan tindakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun