Mohon tunggu...
Swan Dito
Swan Dito Mohon Tunggu... -

Seorang calon manula yang ingin hidup praktis, sederhana tapi membawa ketentraman dan kedamaian batin. Hidup sehat dan bahagia adalah pilihan saya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berpetualang ke Pulau Bali di Tahun 1971...

17 Januari 2016   15:08 Diperbarui: 17 Januari 2016   16:07 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salah satu kenangan indah dalam hidup saya adalah berpetualang kepulau Bali setelah lulus dari SMA (Sekolah Menengah Atas) kala itu. Kalau dibandingkan dengan cara para kawula muda jaman sekarang, yang menghabiskan masa liburan dengan 'back packing' atau 'camping', pengalaman saya bukan apa apa nya. Hanya berbekal uang sedikit, pakaian seadanya, handuk kecil, sabun dan sikat gigi. Tanpa topi dan jaket segala macam.

Maklum saya adalah anak yang berasal dari keluarga miskin. Yang namanya 'piknik' atau ber darmawisata tidak pernah saya alami sampai saya segede itu. Masa liburan selalu dihabiskan dengan pergi bersepeda dengan teman2 kedesa desa sekitar kota Solo. Atau paling apes, ya hanya berdiam dirumah saja seperti biasa.

Idenya berasal dari seorang teman saya, "Ayo pergi ke Bali, berani nggak?" begitu ajakannya waktu itu. Jelas jawaban saya secara spontan "Tidak berani". Saya bilang pergi ke Bali kan butuh uang banyak dan saya juga belum pernah bepergian sejauh itu seumur hidup. Dia mengatakan, yang penting adalah uang untuk transport naik bis dari Solo ke Bali pulang pergi, selebihnya uang untuk makan dan begitu uang makan habis, langsung pulang.

Senangnya bukan main, setelah ibu saya mengijinkan dan saya diberi bekal uang sedikit. Segera saya dan teman saya menentukan tanggal keberangkatan. Naik bus dari Solo menuju Surabaya, waktu itu hampir sehari penuh baru sampai disana. Bis selanjutnya ke Banyuwangi berangkat esok harinya, jadi kami terpaksa menginap di terminal bis saja. Duduk2 dibangku yang ada semalam suntuk. Di Banyuwangi juga nginap semalam, di Ketapang tepatnya, menunggu kapal ferry menyeberang ke Gilimanuk keesokan harinya.

Kearifan lokal masyarakat Bali

Tiba di Den Pasar, kami segera mencari penginapan. Waktu itu mencari tempat penginapan tidaklah sulit. Banyak rumah penduduk sepanjang jalan memasang papan nama penginapan didepan rumah. Kita memilih yang paling sederhana, sebuah rumah dengan beberapa kamar tidur kecil. Setelah setuju dengan tarip sewa kamarnya, kami diantar menuju kekamar kami. Ternyata pintu kamar tersebut tidak dilengkapi dengan kunci atau gembok, layaknya pintu kamar sebuah penginapan. Kami tanyakan ke bapak pemilik rumah, beliau menjawab dengan tersenyum. "Di Bali pintu rumah jarang dikunci, jangan kuatir barang2 akan aman selama didalam kamar".

Saya sangat heran dan sekaligus kagum akan adat istiadat masyarakat Bali yang begitu polos dan jujur dalam menjaga martabat dan harga diri. Bagi mereka, mengambil barang yang bukan miliknya adalah hal yang memalukan.

Setelah tidur semalam, esok harinya kami menanyakan tempat persewaan kendaraan motor roda dua kepada bapak pemilik penginapan kami. Ternyata di penginapan tersebut juga disediakan motor roda dua untuk disewa harian. Langsung pagi itu juga kami menentukan pilihan motor mana yang akan kami sewa.

Untuk kedua kalinya saya dibuat terkejut dengan kearifan masyarakat Bali. Kalau sehari sebelumnya saya dibuat kagum tentang kamar yang tidak terkunci dan barang dijamin aman, kali ini tentang bisnis sewa menyewa motor. Kami hanya diminta menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP), dicatat sebentar lalu dikembalikan lagi kepada kami, tanpa uang jaminan atau syarat lainnya. Kami masih sempat bertanya kenapa syaratnya begitu sederhana, bapak pemilik penginapan hanya menjawab karena kami menginap dirumahnya.

Selama berada di Bali, kami selalu start dari kota Den Pasar pagi hari, berkeliling dari satu tempat tujuan ketempat lainya sampai hari gelap dan kembali lagi ke Den Pasar. Tempat2 yang kami kunjungi antara lain (yang masih saya ingat) adalah Tanah Lot, Tampak Siring, Bedugul, Truyan, Besakih, Pantai Kuta, Gua Gajah, Kintamani, Singaraja.

Keunikan masyarakat Bali dalam merayakan hari besar keagamaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun