Padahal, jika digabungkan, keduanya bisa saling melengkapi dan sintesis itulah yang bisa ditemukan dalam ekonomi kreatif. Pasalnya, jika ekonomi kreatif didefinisikan sebagai "ekonomi yang bersumber dari ide, seni, dan teknologi yang dikelola untuk mencapai kemakmuran," maka kita memiliki keunggulan komparatif dalam ekonomi kreatif berbentuk kekayaan budaya yang luar biasa.Â
Juga, kita tidak berkekurangan dalam hal ide-ide kreatif yang cemerlang. Buktinya, ide-ide usaha berseliweran demikian banyak di Indonesia.
Di sisi lain, keunggulan komparatif dari segi ide dan khazanah budaya ini sembari jalan bisa ditopang oleh keunggulan kompetitif berupa proses industrialisasi ekonomi kreatif beserta penciptaan dan pengadopsian teknologinya. Lihat saja, dalam industri musik yang merupakan salah satu contoh ekonomi kreatif, kita sudah maju pesat dan mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Juga, sudah banyak anak bangsa cerdas yang mampu menciptakan teknologi-teknologi inovatif di bidang mereka masing-masing.
 Akhirul kalam, peran ekonomi kreatif alias "Widjobienomics" di era kesulitan ekonomi sekarang ini memang kian relevan. Perwujudannya, perekonomian kita harus memberikan penekanan pada keunggulan komparatif (mazhab Widjojo), termasuk dalam bidang budaya, sekaligus pada keunggulan kompetitif dalam bentuk penguasaan dan penciptaan teknologi tinggi (mazhab Habibie). Dengan begitu, semoga ekonomi kreatif kita bisa melejitkan kontribusi positifnya selama ini.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI