Kedua, pemimpin kita kerap terlena dengan citra dan akomodasi politik sesaat ketika memilih sosok-sosok anak buah atau anggota timnya. Maka itu, sering tokoh yang banyak dapat sorotan positif media, influencer dengan banyak subscribers, atau figur kuat yang diajukan oleh partai peserta koalisi langsung direkrut tanpa banyak memperhatikan rekam jejak dan kompetensinya. Sehingga, alih-alih perbaikan performa, yang terjadi justru penumpulan kinerja atau perburukan citra pemerintah secara keseluruhan.
Ketiga, banyak elit pemimpin kita kerap 'buang badan', alih-alih pasang badan, untuk membela kreativitas para anak buahnya dalam menggolkan suatu inisiatif kebijakan. Sebab, jika kreativitas itu tidak didukung, ini bisa berbuah demoralisasi besar-besaran
pada figur-figur yang menginginkan perubahan dan berujung pada kegagalan tim secara keseluruhan.
Keempat, para pemimpin politik kita harus mau belajar terus dan mencari masukan dari berbagai pihak untuk bisa terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Baru-baru ini, tindakan Presiden Prabowo Subianto yang menyambangi Prof Emil Salim dan tekun mencatat uraian beliau bisa kita sebut sebagai teladan yang baik.
Akhirul kalam, telah kita lihat betapa Jose Mourinho mampu memberikan pelajaran berharga bagi para pemimpin politik kita. Oleh karena itu, kita bisa belajar mendongkrak kinerja pemerintahan kita buat publik dengan mencontoh resep jitu The Special One.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI