Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... Penulis - magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Investasi Emas Memang Menguntungkan, Tapi Kenali Juga 6 Tipe Investasi Emas Berisiko

21 Januari 2025   08:29 Diperbarui: 21 Januari 2025   08:32 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini orang menganggap emas adalah investasi yang paling moncer. Alasan utamanya: emas minim risiko mengingat harganya selalu naik signifikan melampaui bunga deposito dan inflasi, likuid (mudah dijual kala butuh uang), dan multiguna (bisa dijadikan perhiasan).  Keutamaan emas makin terbukti dari tren belakangan ini di mana harga emas per gramnya melejit hingga menembus di atas Rp 1.500.000. 

Namun prospek menggiurkan investasi emas ini juga membuat marak tawaran kasus produk investasi emas yang berisiko tinggi. Jika salah memilih, investor bukannya untung, malah buntung. Karena itu, kita perlu mengidentifikasi ciri-ciri investasi emas yang berisiko.

Perangkap Investasi Emas

Menurut Michael Maloney dalam Guide to Investing in Gold (Gramedia, 2013), ada banyak perangkap investasi emas yang terkluster ke dalam enam kategori besar. Pertama, ETF (exchange-traded funds) emas. Ini adalah sekuritas yang ditransaksikan layaknya saham, tapi bertujuan memantau harga suatu komoditas seperti minyak atau emas. Jadi, kita umumnya tidak memegang emas secara fisik, melainkan hanya kertas. Singkat kata, ETF lebih bersifat produk sekuritas, ketimbang investasi emas. Tanpa pengetahuan investasi memadai, investor bisa menderita kerugian.

Kedua, rekening kumpulan (pool account) dan "program sertifikat". Kembali, ini adalah skema investasi emas di mana investor hanya membeli janji bahwa penjaja akan mengirimkan emas pada suatu hari nanti jika investor mencairkan kertas tersebut. Umumnya, investasi ini menarik karena dijajakan dengan harga murah (tanpa biaya penyimpanan). Padahal, merujuk pakar investasi emas Theodore Butler, penjaja belum tentu menggunakan uang investor untuk membeli emas. Seringkali, uang itu dipakai untuk investasi lain. Maka itu, jika terjadi gelombang pencairan sertifikat, penjaja harus giat mencari uang investor baru untuk menutup kewajiban kepada investor lama dan itulah awal kehancuran skema investasi ini.

Ketiga, kontrak berjangka. Ini adalah kontrak untuk mengirimkan komoditas spesifik dalam kuantitas yang sudah disepakati, harga yang sudah disetujui, dan tanggal yang sudah disepakati di masa depan. Meskipun ini adalah investasi legal dan umum, tapi ia bisa menjadi pedang bermata-dua: Anda bisa untung besar, tapi juga bisa rugi gila-gilaan. Sebab, ini adalah produk sekuritas, bukan investasi emas riil di mana Anda memegang aset investasi secara fisik. Tanpa pengetahuan teknis yang cukup, kontrak berjangka bisa menjadi bumerang bagi investor.

Keempat, numismatik dan koin peringatan (commemorative coins). Ini adalah produk investasi yang menawarkan koin langka atau koin yang dikeluarkan untuk memperingati peristiwa tertentu. Kelemahannya: sebagai koleksi, koin ini kurang likuid. Karena, Anda hanya bisa menjualnya ke sesama kolektor. Selain itu, produk ini masih membebankan sejumlah biaya seperti premi numismatik dan laba diler.

Kelima, piramida emas dan perak. Ini adalah investasi emas berkedok multilevel marketing (MLM). Skema piramida ini mensyaratkan ada sejumlah besar orang yang merugi (downliner yang gagal) untuk segelintir pemenang besar. Hal demikian sungguh disayangkan karena merusak citra banyak MLM yang bagus dan menjalankan model bisnis sehat nonpiramida.

Keenam, investasi emas lewat fasilitas margin. Sederhananya: investasi emas yang didanai fasilitas utang. Kelemahan investasi ini adalah jika untung, persentase untung Anda sejatinya kecil karena harus membayar utang. Sementara jika rugi, kerugian Anda akan berlipat ganda karena harus menalangi rugi plus membayar utang ditambah bunga.

Ciri-ciri

Berdasarkan peringatan di atas, maka ada lima ciri utama investasi emas berisiko. Pertama, jika suatu skema investasi terlalu muluk, memang demikianlah adanya. Tentu indah bisa memetik keuntungan berpuluh-puluh persen dari investasi dalam waktu singkat dan minim risiko. Apalagi jika membandingkan dengan produk semisal deposito atau reksa dana yang imbal hasilnya hanya 5 -- 25% per tahun. Hanya saja, mengharapkan itu bagai mimpi di siang bolong.

Kedua, investor tidak memegang emas secara fisik. Sifat logam mulia adalah indah dipandang dan likuid. Jika kita tidak memegang emas secara fisik, maka kedua sifat itu akan hilang sekaligus menyalahi pakem investasi emas. Ketiga, fisik emas di luar kebiasaan. Prinsip ini simpel. Emas investasi adalah emas batangan, koin emas murni yang dikeluarkan perusahaan bonafid semisal Aneka Tambang (Antam) atau perhiasan. Itu saja!

Keempat, no pain, much gain. Padahal, tidak ada keuntungan berlipat ganda tanpa bekerja keras. Keuntungan hanya bisa terjadi lewat mentalitas kerja keras dan berhemat. Jadi, jika satu produk investasi menjanjikan imbal hasil besar tanpa memaksa investor bekerja keras, produk itu kemungkinan besar abal-abal.

Kelima, investasi bermodel 'gali lubang tutup lubang'. Menurut A Prasetyantoko dalam Ponzi Ekonomi (2010), ada tiga tipe pengutang: pengutang berhati-hati (hedge), pengutang spekulatif (speculative), dan pengutang yang tak bisa membayar (ponzi) cicilan dan bunga dari aliran kas yang dihasilkan investasinya." Jadi, pada suatu waktu, hasil investasi aliran uang yang dihimpun produk investasi ponzi tidak akan mampu "melawan" kewajiban yang harus mereka bayarkan kepada investor. Sebab, tingkat imbal hasil pasti yang mereka tawarkan akan sulit terbayarkan lewat investasi pada produk legal apa pun.

Biasanya untuk menunda kebangkrutan, pengutang ponzi akan meminta investor mencari lebih banyak investor supaya uangnya bisa diputar untuk mencicil kewajiban kepada investor lain. Akhirul kalam, dalam berinvestasi, camkanlah moto "tidak ada makan siang gratis". Yakni, kita harus berusaha keras untuk mencapai kesuksesan. Jadi, dalam menyikapi berbagai produk investasi yang
rumit, bekalilah diri dengan pengetahuan teknis mendalam dan konsultasi dengan ahli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun