Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... Penulis - magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengenal Konsep Negara Teater atau Sandiwara, Belajar dari Clifford Geertz

19 Januari 2025   23:19 Diperbarui: 19 Januari 2025   21:22 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelima, sebagaimana aktor dalam panggung, pemimpin Indonesia sangatlah mementingkan citra ketimbang kinerja, kemasan (gimmick) ketimbang praktik. Sehingga, manajemen pers, kehumasan, dan konsultasi citra menjadi sokoguru utama untuk memoles kinerja. Padahal, kinerja prima sejatinya adalah alat utama yang otomatis akan memoles citra.

Penonton Kritis

Berpijak pada analisa di atas, konsep kekuasaan ala negara panggung di Indonesia berpotensi memantik penyalahgunaan kekuasaan. Karena itu, untuk mencegah politik Indonesia menjadi panggung drama tak berkualitas, terpulang pada penonton-lah untuk bersikap kritis terhadap tontonan yang disajikan. Sebuah lakon jelas tak akan bergaung tanpa penonton. Maka itu, setidaknya ada dua cara untuk menjadi penonton kritis satu negara teater. Pertama, 'rakyat penonton' harus cermat memirsa aktor-aktor pemimpin mana yang tak berkualitas. Ini berguna sebagai bahan untuk menghukum seniman-seniman politik medioker itu dengan tidak lagi memilih mereka di ajang pemilihan umum berikutnya.

Kedua, 'rakyat penonton' harus membekali diri mereka dengan peranti yang relevan untuk mengkritik pelakon teater politik. Misalnya, 'rakyat penonton' harus melek hukum dan melek politik guna melakukan langkah-langkah demokratis dalam mengkritik penguasa, seperti: menulis surat pembaca, menulis opini, berdemonstrasi, melakukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK), dan lain sebagainya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun