Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... Penulis - magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tak Disangka-sangka, Ada Peran Sepak Bola dalam Revolusi Politik Sejumlah Negara

16 Januari 2025   18:30 Diperbarui: 16 Januari 2025   17:31 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kover Buku Memahami Dunia Lewat Sepak Bola karya Franklin Foer(Sumber: Koleksi pustaka pribadi)

Selama ini, banyak orang mengenal sepak bola hanya sebagai olahraga hiburan yang digilai jutaan umat manusia. Padahal, jika kita lihat sejarah dunia, sepak bola lebih dari itu.  Sepak bola tanpa disangka-sangka sebenarnya punya kekuatan luar biasa untuk menggerakkan revolusi politik suatu negara.

Dalam konteks Indonesia, sejak Boedi Oetomo berdiri pada 1908, para tokoh politik nasional mendukung berdirinya klub-klub sepak bola karena menyadari pertandingan sepak bola yang ditonton ribuan orang pribumi dapat mengusik pihak kolonial Belanda. Selain itu, taktik sepak bola ikut melatih pola pikir masyarakat bumiputra mematangkan strategi perjuangan.

Soekarno bahkan mencanangkan olahraga sebagai penggerak nasionalisme. Komitmen politik pemerintah terhadap sepak bola demikian kuat sampai-sampai Soekarno menunjuk R. Maladi sebagai ketua KOGOR (Komando Gerakan Olahraga) yang bertugas menyiapkan Asian Games IV di Jakarta pada 1962. Boleh dibilang, pada era Soekarno-lah prestasi tim nasional sepak bola kita paling disegani.  Artinya, prestasi sepak bola sangat terkait dengan komitmen politik (political will) pemerintah.

Sepak bola jelas punya kekuatan raksasa membangkitkan nasionalisme suatu bangsa dan demikian pula sebaliknya: nasionalisme bergelora akan melejitkan prestasi sepak bola. Franklin Foer dalam How Soccer Explains the World: The Unlikely Theory of Globalization (Memahami Dunia lewat Sepak Bola, terjemahan Marjin Kiri, 2006) memaparkan begitu banyak revolusi politik di sejumlah negara yang mampu menggulingkan pemerintahan diktatorial justru bermula dari euforia akibat sepak bola.

Sebagai contoh, perayaan lolosnya Rumania ke Piala Dunia 1990 berlanjut di alun-alun Bucharest dan menggulingkan diktator Nikolai Ceaucescu. Di Serbia, hooligan Belgrad turut menggulingkan Slobodan Milosevic, sementara gerakan melengserkan diktator Paraguay Alfredo Stoessner juga berawal di lapangan olahraga.

Dalam konteks nasionalisme melejitkan prestasi sepak bola, lihatlah bagaimana nasionalisme fasistis Italia pada 1930-an mewujud dalam gaya klasik yang mengandalkan kemampuan teknis, operan pendek efektif, kolektivitas tinggi, dan pertahanan solid (Seno Gumira Ajidarma, “Sepakbola dan Pembauran Gaya”, Intisari, Juni 2010) yang menjadi cikal bakal sistem gerendel alias catenaccio.
Hasilnya, Italia menjuarai Piala Dunia 1938 di Prancis.

Dari segi klub, kita tak bisa memungkiri peran nasionalisme Katalan mendongkrak prestasi Barcelona di La Liga Spanyol. Dikenal sebagai bangsa pemberontak dalam sejarah perang saudara Spanyol, Katalan yang diwakili klub Barcelona menjadi simbol perlawanan terhadap pemerintahan diktator Spanyol pimpinan Jenderal Miguel Primo de Rivera dan Jenderal Franco yang berpusat di
Madrid. Itulah sebabnya Barcelona dan Real Madrid menjadi seteru abadi. Semangat revolusi pemberontakan berbahan bakar nasionalisme inilah yang selalu memantik dukungan setia fans Barca dan memicu tim ini menampilkan permainan terbaik. Alhasil, Barcelona kini mentereng sebagai salah satu klub elit dunia.

Akhirulkalam, di tengah pentingnya nasionalisme sebagai bagian dari elemen intangible (tak kasatmata) dalam geostrategi alias ketahanan nasional Indonesia (Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma, 2010), ada satu pelajaran penting terkait sepak bola yang patut kita camkan: revolusi kebangsaan dan sepak bola adalah dwitunggal tak terpisahkan. Sukseskan sepakbola, Indonesia akan jaya. Bangkitkan Indonesia, sepak bola nasional pun akan melegenda di mata dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun