Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... Penulis - magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Merumuskan Humanisme Pancasila

12 Januari 2025   07:04 Diperbarui: 12 Januari 2025   07:04 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Selain itu, humanisme-religius menjanjikan kepastian nilai lebih besar kepada umat manusia, sehingga tidak timbul kegersangan moral asalkan manusia tunduk dan menaati prinsip-prinsip ajaran agama secara benar. Hanya sayangnya, ada ajaran agama yang bersifat kaku dan eksklusif, sehingga menimbulkan potensi efek negatif dari humanisme religius. Pertama, agama yang terlalu kaku pastilah membelenggu potensi akal, sehingga perkembangan sains-teknologi dan ekonomi pun terhambat.

Kedua, agama yang eksklusif ingin menjadikan ajaran agama sebagai landasan politik dan konstitusi, yang berpotensi pada fenomena diktator mayoritas yang menindas dan 'menghabisi' agama atau tafsir agama minoritas. Akibatnya, humanisme-religius yang dilandasi doktrin tafsir agama yang kaku berujung para praktik anti-demokrasi.

Humanisme Integral Pancasila

Di sinilah, humanisme Pancasila ingin menambal kelemahan keduanya. Humanisme Pancasila adalah humanisme integral karena ia bersifat antroposentris (menghargai HAM) tapi secara terbuka menerima inspirasi dari pesan universal agama (teosentris), bukan pesan satu agama tertentu, apalagi pesan tafsir terhadap satu agama tertentu. Dengan demikian, humanisme integral mencita-citakan manusia seutuhnya, yang diartikan sebagai totalitas dalam dirinya (etis dan religius) dan totalitas dalam hubungannya dengan lingkungan (ekologis).

Karena itu, manusia Pancasila secara ideal merupakan manusia yang menggunakan nalar saintifiknya secara optimal untuk mencari etika publik yang baik dalam kehidupan sosial berbangsa bernegara, tapi tanpa menutup pintu akan inspirasi dari terang ajaran agama yang sudah diperas saripati universalnya untuk bisa diterima tanpa sekat oleh seluruh umat. Contoh dari ajaran agama universal adalah perdamaian, kesetaraan derajat manusia di depan Tuhan, toleransi, perlunya merawat lingkungan sebagai sesama makhluk Tuhan, dan lain sebagainya. Inilah cita-cita yang disumbangkan Pancasila kepada dunia dan harusnya menjadi inspirasi bagi manusia Indonesia untuk mencapainya. Semoga.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun