BAB. 4
PENCAPAIAN KINERJA
KEMENTERIAN SEKTOR
PROGRAM KERJA PRIORITAS
 1. BIDANG PERTANIAN / PANGAN. MENTERI : AMRAN SULAIMAN
A. Target dan Program Kerja 2014-2015 ( 1 Tahun )
Target besar pemerintahan adalah untuk mencapai swasembada pangan dalam waktu tiga tahun. Beberapa langkah pun dilakukan seperti pembangunan irigasi, pengontrolan pupuk dan benih agar dapat memenuhi kebutuhan pokok dari hasil produksi sendiri. Dalam bidang pangan / pertanian Indonesia menghadapi lima persoalan besar yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian produktivitas pangan. Kelima persoalan tersebut menjadi target penataan untuk mencapai swasembada pangan yang dicanangkan tercapai tiga tahun kedepan. Persoalan pertanian tersebut, antara lain, irigasi, benih, pupuk, alat mesin pertanian serta penyuluh lapangan. Irigasi, kondisinya cukup parah.
Sebab 52 persen dari jaringan irigasi di Indonesia rusak. Bahkan ada disatu provinsi jaringan irigasi yg rusak mencapai 82 persen. Persoalan benih, ialah tidak terserapnya benih yang ada. Tingkat keterserapan benih hanya 20 persen. Persoalan pupuk juga sangat krusial. Sebab apabila pupuk tidak ditata dan petani terlambat mendapatkan pupuk, potensi penurunan produksi padi mencapai 4 juta ton. Untuk meningkatkan produksi pertanian, Kementerian pertanian juga melakukan pengadaan alat mesin pertanian. Pemerintah telah menyediakan 60.000 alat mesin pertanian, berupa traktor, dan lainnya.
Ini adalah pengadaan mesin pertanian terbesar dalam sejarah Indonesia. Pengadaan alat mesin pertanian ini juga diharapkan meningkatkan minat anak muda untuk menekuni pertanian. Seperti diketahui jumlah petani semakin hari semakin berkurang. Saat ini 500 ribu KK petani berpindah menjadi non petani dalam setahun. Persoalan terakhir ialah penyuluh lapang pertanian. Dalam setahun, akibat kurangnya penyuluh lapangan kita kehilangan peluang produksi 3 juta ton gabah kering giling.
B. Yang telah dikerjakan selama 1 Tahun ( 2014-2015 ).
Sesuai dengan target Nawacita 2015-2019, saat ini telah direalisasikan pembangunan/ rehabilitasi jaringan irigasi tersier 1,56 juta ha atau 52% dari target 3,0 juta ha; pembangunan 1.000 Desa Mandiri Benih sudah 100% dan pada tahun 2016 dimantapkan, penyiapan 1.000 Desa Organik, serta cetak sawah 23.000 ha.
1. Produksi pangan strategis meningkat tinggi.
Sejak Oktober 2014 hingga kini Pemerintah fokus mewujudkan kedaulatan pangan dengan mengembangkan pangan strategis, yaitu: padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, daging sapi, dan gula. Capaian kinerja produksi pangan 2015 meningkat signifikan. Produksi padi, jagung, dan kedelai meningkat sekaligus dalam waktu bersamaan yang belum pernah terjadi selama ini dan berkontribusi terhadap nilai tambah ekonomi Rp 29,94 triliun.
Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai
Tahun 2014-2015
No. Komoditas Produksi (000 ton)
ATAP 2014 ARAM 2015
1 Padi 70.846 75.551
2 Jagung 19.008 20.667
3 Kedelai 955 999
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)
Data Angka Ramalan-I (ARAM-I) BPS menunjukkan produksi padi tahun 2015 sebesar 75,55 juta ton GKG atau naik 4,70 juta ton (6,64%) dibandingkan Angka Tetap (ATAP) tahun 2014. Produksi jagung 20,67 juta ton pipilan kering atau naik 1,66 juta ton (8,72%) dan kedelai 998,87 ribu ton biji kering atau naik 43,87 ribu ton biji kering (4,59%).Peningkatan produksi padi 4,70 juta ton GKG mampu memberikan kontribusi ekonomi sekitar Rp24,28 triliun. Produksi padi ini merupakan produksi tertinggi selama sepuluh tahun terakhir. Peningkatan produksi bersumber dari peningkatan produktivitas 52,80 ku/ha atau naik 1,45 ku/ha (2,82%) dan luas panen 512 ribu ha.
Kinerja luas tambah tanam padi Januari-Agustus 2015 sebesar 645.210 ha dibandingkan 2014. Provinsi dengan luas tambah tanam padi tertinggi berturut-turut JawaTimur 127.683 ha, Sulawesi Selatan 107.308 ha, Sumatera Selatan 85.293 ha, Jawa Tengah 78.409 ha, dan Lampung 73.727 ha. Produksi padi ini setara dengan beras 43,3 juta ton dan bila dihitung kebutuhan konsumsi beras 33,3 juta ton, maka neraca beras mencapai surplus 9,96 juta ton yang tersebar di pedagang, gudang penggilingan, dan di masyarakat.
Peningkatan produksi terjadi juga pada komoditi jagung. Produksi jagung yang tinggi terjadi karena produktivitas 51,70 ku/ha atau naik 2,16 ku/ha (4,36%) dan luas panen meningkat 160 ribu ha (4,18%), dibandingkan 2014. Peningkatan produksi jagung 1,66 juta ton ini memberi nilai tambah ekonomi Rp5,31 triliun merupakan produksi tertinggi selama lima tahun. Neraca jagung menunjukkan surplus 817 ribu ton setelah dikurangi untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak 8,25 juta ton, pakan ternak lokal 6,34 juta ton, industri pangan 3,92 juta ton, rumah tangga 0,39 juta ton, benih dan lainnya.
Kinerja produksi kedelai meningkat melalui peningkatan produktivitas 15,60 ku/ ha atau naik 0,9 ku/ha (0,58%) dan luas panen yang meningkat 25 ribu ha (4,01%). Peningkatan produksi kedelai 43,8 ribu ton (4,59%) berkontribusi terhadap ekonomi Rp 0,35 triliun. Hal ini merupakan peningkatan tertinggi dari rerata lima tahun terakhir. Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan industri, produksi kedelai 2015 harus ditingkatkan lagi fokus dikembangkan pada lokasi yang mempunyai keunggulan komparatif untuk mencukupi kebutuhan domestik.
Produksi daging karkas sapi / kerbau 2015 diperkirakan 409 ribu ton, meningkat 5,23% dibandingkan 2014. Untuk memenuhi kebutuhan komsumsi daging domestik akan dikembangkan sentra pembibitan dan penggemukan sapi pada lahan 18 juta ha oleh 9 investor.
Produksi sayuran juga mengalami peningkatan, untuk aneka cabai (cabai merah dan rawit) diperkirakan 200 juta ton atau naik 7,41.% dibandingkan 2014, sementara kebutuhan konsumsi cabai 1,96 juta ton, yang berarti neraca cabai surplus 52,2 ribu ton. Kondisi surplus menyebabkan pemerintah tidak melakukan impor. Lokasi sentra cabai besar: Garut, Cianjur, Karo, Batubara, Solok, Magelang, Malang dan cabai rawit di: Garut, Boyolali, Kediri, Blitar, LombokTimur dan lainnya.
Produksi bawang merah 1,26 juta ton atau naik 2,51.%. Sedangkan kebutuhan konsumsi dornestik 150 ribu ton yang berarti ketersediaan surplus 31.3 ribu ton. Kondisi surplus bawang merah ini sebagian (1..500 ton) telah diekspor ke luar negeri. Sentra bawang merah ada di Brebes, Demak, Nganjuk, Probolinggo, Cirebon, Enrekang, dan Bima.
Adanya fluktuasi harga cabai dan bawang merah di tingkat konsumen diperlukan intervensi pasar oleh Pemerintah melalui Bulog dengan cara membeli langsung ke petani dan dijual ke sentra konsumen, sehingga rantai tata niaqa diperpendek dari 7-8 rantai menjadi 3-4 rantai dan disparitas harga konsumen dengan produsen diperkecil.
Solusi permanen guna mengatasi gejolak harga pangan, di samping ditetapkan kebijakan Harga Pembelian pemerintah (HPP), juga dibangun Pasar Tani Indonesia (TTl). Pada tahun 2015 sudah terealisasi 38 TTl dan tahun 2016 akan dibangun minimal 1.000 TTl.
Berbagai capaian kinerja peningkatan produksi pangan strategis merupakan hasil dari terobosan kebijakan/regulasi yang ditempuh, meliputi:
(1) merevisi prosedur pengadaan dari Lelang menjadi Penunjukan Langsung untuk pengadaan benih dan pupuk (Perpres 1.72/201.4) dan e-catalogue untuk pengadaan alat dan mesin pertanian (Alsintan), sehingga penyediaan benih, pupuk dan alsintan menjadi tepat waktu, sesuai musim tanam.
(2) refocusing anggaran Rp 4,1 triliun dari pos perjalanan dinas, rapat/ seminar menjadi perbaikan irigasi dan penyediaan alsintan, sehingga setiap rupiah APBN berdampak terhadap output dan outcome:
(3) bantuan saprodi/benih tidak di lokasi existing, sehingga menambah luas tanarn:
(4) kebijakan tidak dialokasikan anggaran pada tahun berikutnya bagi daerah yang produksi padi, jagung dan kedelai menurun.
(5) (secara sinergis dan melepaskan ego-sektoral, sehingga terpadu mulai aspek hulu sampai hilir.
(6) melakukan pengawalan dan pendampingan Upsus secara masif, melibatkan 51.000 TNI-AD, 8.610 Mahasiswa, 25.437 penyuluh PNS,19.503 THL-TBPP, dan 1.0 ribu KTNA,
(7) mengevaluasi serapan secara harian/mingguan dan.
(8) melakukan antisipasi dini terhadap dampak perubahan iklim melalui penanganan banjir, kekeringan serta serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) secara terpadu.
Implikasi kebijakan dan realisasi fisik kegiatan turut memberi kontribusi pada produksi pangan. Realisasi kegiatan tahun 2015 meliputi: (1.) membangun/rehab jaringan irigasi tersier, optimasi lahan dan jalan usaha tani realisasi 2,08 juta ha (57,1.%) dari tarqet, (2) menyalurkan subsidi pupuk 6,38 juta ton (66,8 %) (3) menyalurkan benih padi, jagung. Kondisi kekeringan tahun ini lebih kuat dari tahun 1.997. Pada tahun 1.998 Indonesia melakukan impor beras sebanyak 7,1.juta ton. Berkat antisipasi dini dan penanganan kekeringan secara masif, maka selama setahun kabinet kerja 2014-2015 tidak ada impor beras.
Antisipasi dini dan penanganan kekeringan/EI-Nino dilakukan sejak Oktober tahun 2014 dengan mendistribusikan 21.953 unit pompa air, rehabilitasi irigasi tersier, membangun 2.000 sumur dangkal di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Grobogan, membangun 100 unit embung dan dam-parit, bekerjasama dengan BNPB melakukan hujan buatan, memberikan asuransi usaha tani untuk 1,0 juta ha. Hasilnya adalah penyelamatan dari ancaman puso sejak Oktober 2014 hingga September 2015 sebesar 114.707 ha dan telah disiapkan bantuan benih dan pupuk 105 ribu ha sebagai kompensasi bagi petani terkena puso.
Dalam rangka melindungi petani dari risiko usaha tani akibat banjir, kekeringan, serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), maka telah diluncurkan asuransi pertanian khususnya padi dengan target 2015 seluas 1.0 juta ha, sehingga bila terjadi kegagalan panen, petani mendapat klaim ganti rugi Rp 6 juta/ha.
2. Pengendalian impor pangan dan menghemat devisa Rp 52 triliun
Kebijakan pengendalian rekomendasi impor dan mendorong ekspor pada tahun 201.5 telah menunjukkan hasil. Pada tahun 2014 terdapat impor beras medium, berkat pengendalian impor, maka sejak Januari 2015 tidak ada impor beras medium sehingga telah menghemat devisa US$ 374 juta. Produksi jagung tahun 2015 yang naik 8,72% diikuti dengan peningkatan ekspor Jagung terutama dari pelabuhan di Sumbawa dan Gorontalo sehingga memperoleh devisa US$1.02 juta dan pada sisi lain juga mengendalikan impor jagung, sehingga menghemat devisa US$ 483 juta.
Demikian pula pengendalian terhadap impor cabai, bawang merah, dan gula putih serta terobosan ekspor kacang hijau dari Gresik ke Filipina, bawang merah dari Bima, dan telur tetas ke Myanmar telah meningkatkan devisa. Nilai devisa yang bisa dihemat dari pengendalian I mpor dan peningkatan ekspor pangan sejak Januari hingga Agustus 2015 senilai US$ 4,03 miliar. Hemat devisa ini setara Rpc52 triliun bila menggunakan kurs Rp13.000/US$. Di samping menghemat devisa, kebijakan ini berdampak pada harga yang dinikmati petani. Pengendalian impor jagung telah berdampak pada harga di petani naik dari Rp1.500/kg menjadi Rp 3.200/kg setara dengan nilai Rp 34 triliun. Demikian pula tidak ada impor beras sehingga harga gabah di petani meningkat dan petani menikmati surplus Rp 43,3 triliun. Secara keseluruhan dampak kebijakan ini berkontribusi terhadap perekonomian nasional Rp 21.5 triliun yang dinikmati petani dan pelaku usaha lainnya.
3. Tahun mulai bangkitnya modernisasi pertanian
Modernisasi pertanian melalui mekanisasi merupakan solusi yang efisien untuk menggantikan pola usaha tani manual dan mengatasi keterbatasan jumlah tenaga kerja. Minat generasi muda pada pertanian meningkat seiring pemanfaatan alat dan mesin pertanian (alsintan). Mekanisasi ini sudah lama dilakukan, namun dalam jumlah terbatas. Pada 201.4 hanya mampu menyediakan alsintan kurang dari 10 ribu unit. Mulai tahun 2015 dilakukan mekanisasi besar-besaran dengan alsintan 62.221. unit dan tahun 2016 akan disediakan lebih banyak lagi. Alsintan meliputi: Rice Transplanter, Combine Harvester, Dryer, Power Thresher, Corn Sheller, Rice Milling Unit (RMU), traktor, dan pompa air. Mekanisasi ini menghemat biaya produksi ±30% dan menurunkan susut panen 1.0%. Mekanisasi mampu menghemat biaya olah tanah, biaya tanam, dan biaya panen sebesar Rp 2,2 juta/ha dari pola manual Rp7,3juta/ha. Dengan demikian total biaya produksi menjadi Rp 5,1juta/ha.
Bila mengolah tanah secara manual memerlukan 20 orang hari kerja/ha dan biaya Rp 2,5 juta/ha, jika menggunakan traktor, satu orang mampu menyelesaikan 3 ha per hari dengan biaya Rp 1,8 juta/ha. Pada APBN tahun 2015 didistribusikan 26.100 traktor roda-2 dan roda-4, kepada kelompok tani.
Mekanisasi tidak hanya dilakukan untuk mengolah tanah, namun juga untuk menanam padi dengan menggunakan rice transplanter. Alat ini mampu menghemat tenaga dari pola rnanual 19 orang/ha menjadi 7 orang/ha dan biaya tanam menurun dari Rp 1,72 juta/ha menjadi Rp 1,1 juta/ha. Pada APBN tahun 2015 didistribusikan 5.563 unit rice transplanter kepada kelompok tani. Mekanisasi untuk menyiang rumput (power weeder) mampu menghemat tenaga kerja dari pola rnanual 15 orang/ha menjadi 2 orang/ha dan biaya menyiang turun dari Rp 1,2 juta/ha menjadi Rp 510 ribu/ha. Alat mekanisasi untuk panen padi, yaitu combine harvester mampu menghemat tenaga kerja dari pola manual 40 porang/ha menjadi 7,5 orang/ha dan biaya panen dapat ditekan dari RP2,8 juta/ha menjadi Rp2,2 juta/ha. Dengan alat ini mampu menekan kehilangan hasil (lossis) dari 10,2% menjadi 2%.
Apabila dihitung secara nasional dengan produksi 20l.4 sebesar 70,8 juta ton, berarti potensi kehilangan hasil 7 juta ton atau setara Rp 24,5 triliun. Dengan menggunakan combine harvester, maka dapat menyelamatkan potensi kehilangan hasil Rp 1,7 triliun rupiah. Pada tahun 2015, didistribusikan 2.790 unit combine harvester kepada kelompok tani.
Penyiapan mekanisasi secara masif dan berkelanjutan ini telah dirasakan manfaatnya bagi petani, sehingga pada saat Kunjungan Kerja Menteri Pertanian 21. April 2015 di Kabupaten Tulangbawang, Bupati mengusulkan agar Menteri Pertanian dinobatkan sebagai Bapak Modernisasi Pertanian. Dengan adanya mekanisasi secara besarbesaran, maka dapat dikatakan tahun 2015 sebagai tahun dimulainya Modernisasi Pertanian. Intinya modernisasi membuat usaha pertanian lebih efisien, produktif, berdaya saing, pendapatan tinggi, dan meningkatkan nilai tambah.
4. Tahun 2015 ditandai mulai bangkitnya investasi di sektor pertanian
Sektor pertanian memberikan peluang usaha dan nilai tambah yang tinggi bagi pelakunya. Komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi seperti: kelapa sawit, karet, kakao, tebu, sapi, jagung dan lainnya sangat potensial dikembangkan di Luar Jawa. Usaha pro-aktif meningkatkan investasi telah menunjukkan hasil. Investasi yang sudah berjalan didominasi subsektor perkebunan terutama kelapa sawit, karet, kopi, tebu, teh dan sebagian komoditas pada subsektor peternakan dan hortikultura.
Pada tahun 2015 mulai bangkit investasi untuk tebu/gula, jagung, dan sapi. Terdapat kesiapan 15 Pabrik Gula (PG) existing untuk memperluas kebun tebu 200 ribu ha dan 19 PG baru akan mengembangkan lahan 500 ribu ha yang mampu membuka lapangan kerja baru bagi 3,87 juta jiwa. Investasi PG sudah mulai konstruksi dan berproduksi 2019.
Terdapat komitmen 9 investor siap mengembangkan pembibitan dan penggemukan sapi dengan di lahan sawit dan membuka lahan hutan a,o juta ha dengan 650.000 sapi indukan yang akan melibatkan 50 ribu tenaga kerja. Pada tahun 20l5 ini beberapa investor sudah tahap konstruksi dan sebagian beroperasi dengan target produksi 2019 sekitar 150 ribu ton. Tahun 2015 terdapat empat investor siap mengembangkan jagung pakan ternak pada lahan hutan 500 ribu ha dan lahan Perhutani 265 ribu ha, target nilai investasi Rp 4,1 triliun dan menyerap 81.7 ribu tenaga kerja. Target produksi 2019 sebesar 5 juta ton sehingga kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak dapat terpenuhi.
Kebijakan dalam rangka akselerasi pertumbuhan ekonomi dan mendorong investasi pertanian tersebut, antara lain: (a) deregulasi untuk penyediaan dan penyiapan lahan 2,2 juta ha, (2) menyederhanakan persyaratan perijinan pendaftaran produk.
Pada bulan Oktober-November 20l5 ini terdapat empat investasi pertanian dalam tahap konstruksi sudah siap untuk diresmikan, berupa: (a) PG Tambora Sugar Estate saat ini konstruksi 62,9% dan giling pertama April 20l6 dengan kapasitas 5,000- l.0.000 TCD; (2) pembangunan sentra pembibitan dan penggemukan sapi potong 20.000 ha di Sumba Timur, (3) investasi terpadu sapi dan budidaya jagung untuk pakanternak g,o ribu ha di Maros; serta (4) pembangunan kebun tebu dan operasional satu Pabrik Gula (PG) di Lamongan dan telah tes giling pada 28 September 2015 dengan target tebu rakyat mitra dan tebu rakyat bebas seluas l80 ribu ha di Jawa Timur.
Investasi tidak terbatas pada tebu/gula, jagung dan sapi, tetapi juga didorong untuk hilirisasi kelapa sawit dan bio-diesel berbahan baku CPO, industri kakao, industri tepung tapioka maupun di bidang hortikultura. Dengan demikian boleh dikatakan bahwa tahun 2015 merupakan tahun dimulainya investasi besar-besaran di sektor pertanian.
D. RENCANA KERJA 2016
1. Harus sejalan dengan RPJMN dan Renstra Kementan 2015-2019
2. Memprioritaskan alokasi untuk 14 program aksi Nawacita
3. Fokus melanjutkan UPSUS Padi, Jagung, Kedelai, Tebu, Sapi, Bawang Merah dan Cabai, termasuk Kakao.
4. Pendekatan kawasan (minimal 50% dari Pagu Tugas Pembantuan) menuju hilirisasi dan pola integrasi.
5. Mendukung Pengembangan Food Estate 500 ribu ha:
• Kalimantan Barat 120.000 Ha
• Kalimantan Tengah 180.000 Ha
• Kalimantan Timur 10.000 Ha
• Maluku (Kep. Aru) 190.000 Ha
6. Kegiatan Perkebunan:
• Intensifikasi (bongkar ratoon, rawat ratoon, alsintan, bibit tebu)
• Ekstensifikasi (perluasan kebun tebu 500.000 ha, 10 PG baru, 15 investor, penyediaan sarana-prasarana, pemberdayaan petani, regulasi)
• Pengembangan kebun tebu di Sulawesi Tenggara: Kab. Bombana, Kab. Buton Utara, Kab. Kolaka, Kab. Kolaka Timur, Kab. Konawe Selatan, Kab. Muna, Kab. Muna Barat.
• Mendorong/mendukung pembangunan/rehabilitasi Pabrik gula: Kab. Way Kanan, Kab. OKU Timur, Kab. Blora, Kab. Lamongan, Kab. Lampung Tengah, Kab. Banyuwangi, Kab. Indramayu, Kab. Cirebon, Kab. Dompu.
7. Pengembangan Kelapa Sawit dan integrasi Sawit – Ternak di Wilayah Perbatasan NKRI:
• Kalimantan Barat: Kab. Sambas, Kab. Bengkayang, Kab. Sanggau, Kab. Sintang, Kab. Kapuas Hulu
• Kalimantan Timur: Kab. Mahakam Ulu
• Kalimantan Utara: Kab. Malinau dan Kab. Nunukan
8. Merespon arahan Menteri Pertanian pada saat Rapim/Kunker/Rapat yang memerlukan tindak lanjut untuk ditampung pada anggaran 2016 (diantaranya investasi sapi di Pulau Buru, sentra bawang merah di Kabupaten Bima, dll)
• Potensi 1,5 juta ha integrasi sawit – jagung/kedelai
• Potensi 1,85 juta ha integrasi sawit – sapi (kontribusi investor)
9. Integrasi Sawit- Pangan-Ternak.
10. Integrasi Hutan – Pangan – Ternak
• Integrasi hutan – jagung/kedelai 267.ooo ha
• Integrasi hutan – sapi 260.000 ha (kontribusi investor)
11. Pendampingan penyuluh, mahasiswa, dan Babinsa di 32 Provinsi
• BPP Kecamatan minimal 3.000 unit
• P4S 300 unit
• Penyuluh 24.000 WKPP
• Penyuluh swadaya 10.000 orang
• Dosen/mahasiswa 10.000 orang
• Diklat minimal 50.580 petani/Babinsa/aparatur teknis/fungsional
12. Mendukung penyediaan bahan baku bio-energi dan bio-industri (Kelapa sawit, ubi kayu, dll)
13. Pembangunan gedung baru dan pengadaan roda-4 sangat dibatasi
14. Efisiensi pada belanja operasional, perjalanan dinas, rapat, seminar, dll
15. E-proposal akan dibuka kembali untuk menampung penyesuaian hasil Pra- Musrenbangtan/Musrenbangtan Nasional 2015. Penyesuaian eProposal juga harus memasukan Masterplan kawasan pertanian
• Potensi 1,5 juta ha integrasi sawit – jagung/kedelai
• Potensi 1,85 juta ha integrasi sawit – sapi (kontribusi investor)
10. Integrasi Hutan – Pangan – Ternak
• Integrasi hutan – jagung/kedelai 267.ooo ha
• Integrasi hutan – sapi 260.000 ha (kontribusi investor)
11. Pendampingan penyuluh, mahasiswa, dan Babinsa di 32 Provinsi
• BPP Kecamatan minimal 3.000 unit
• P4S 300 unit
• Penyuluh 24.000 WKPP
• Penyuluh swadaya 10.000 orang
• Dosen/mahasiswa 10.000 orang
• Diklat minimal 50.580 petani/Babinsa/aparatur teknis/fungsional
12. Mendukung penyediaan bahan baku bio-energi dan bio-industri (Kelapa sawit, ubi kayu, dll)
13. Pembangunan gedung baru dan pengadaan roda-4 sangat dibatasi
14. Efisiensi pada belanja operasional, perjalanan dinas, rapat, seminar, dll
15. E-proposal akan dibuka kembali untuk menampung penyesuaian hasil Pra- Musrenbangtan/Musrenbangtan Nasional 2015. Penyesuaian eProposal juga harus memasukan Masterplan kawasan pertanian.
KEBIJAKAN TEKNIS RENCANA KERJA 2016
 Perluasan Areal Lahan Kering dilaksanakan melalui 2 kegiatan utama: (1) penanaman komoditas tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan; dan (2) pengembangan sumber air (mengikuti lokasi perluasan areal).
 Belanja Bantuan Sosial dikurangi, misal: untuk kegiatan optimasi lahan bisa dilakukan melalui Belanja Bansos, tetapi untuk pembangunan infrastruktur dilaksanakan secara kontraktual.
 Kegiatan System of Rice Intensification (SRI) di Ditjen PSP dialihkan ke Ditjen Tanaman Pangan (Full Organik).
 Desa Mandiri Benih dilaksanakan melalui mekanisme:
• BS à dilakukan oleh Badan Litbang (BB Padi/Balit Sereal/Balit Kabi)
• BS ke FS dilakukan oleh BPTP
• FS ke SS dilakukan oleh penangkar
• PSO membeli SS dari penangkar untuk didistribusikan ke petani
 Kegiatan Pengendalian OPT, diarahkan untuk mendanai daerah (BPTPH), terutama untuk kegiatan non operasional (misal: obat-obatan, peralatan, empos), sedangkan untuk kegiatan operasionalnya diarahkan untuk didanai oleh APBD.
 Kegiatan Bioindustri pilot project dilakukan oleh Badan Litbang, selanjutnya di-scaling up bersama dengan Ditjen Komoditas à Keberhasilan pilot project ditransfer ke daerah.
 Memperhatikan kegiatan-kegiatan Kementan mendukung kegiatan Tematik
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H